You Are My Soft Spot - Bab 346 Berduka Karena Tidak Juga Mau Melepas (1)

Stella Han seumur-umur belum pernah berada di situasi se-memalukan ini. Sekalinya teringat kejadian barusan, ia sungguh ingin mengigit leher pria ganas tadi sampai berdarah. Sekalipun ia duduk di sofa dengan pakaian lengkap sekarang, ia tetap tidak bisa menyembunyikan rasa canggungnya.

Di sebelah Stella Han duduklah seorang polisi wanita. Polisi itu baru dipanggil oleh kedua polisi yang datang lebih awal. Pertimbangan mereka adalah wanita akan lebih bersedia bercerita dengan sesama wanita. Si polisi wanita berujar simpatik sekaligus risih: “Nyonya, jangan takut. Berceritalah sejujur-jujurnya pada kami, kami pasti bakal berada di pihakmu. Pria jahat dan kejam macam priamu ini, dia layak di……”

Belum kelar dia berbicara, sebuah pandangan dingin tersapukan padanya. Ia kaget sampai berhenti bicara. Tiga detik kemudian, ia lanjut berbicara dengan volume yang jauh lebih kecil, “Tenanglah! Perilakunya ini terhitung pelanggaraan hukum. Hakim pasti akan membelamu demi bisa lepas dari dia!”

Jordan Bo daritadi memang berdiri di dekat jendela sembari mengamati Stella Han dan polisi wanita. Ia sudah cukup kesal karena “permainan”-nya dihentikan di tengah jalan. Sekarang, ia jadi makin kesal karena di hatinya muncul satu ganjalan lagi.

Dua polisi junior ini masak tidak tahu wanita biasa berteriak saat berhubungan seks sih?

Polisi yang berdiri di sebelah Jordan Bo berbicara bijak sekaligus tegas: “Tuan, istrimu sudah berkorban meninggalkan keluarganya demi hidup denganmu. Tidak peduli seberapa besar kesalahan yang ia lakukan, kamu tidak boleh melakukan kekerasan padanya. Mengerasi seorang perempuan bukanlah tindakan seorang suami yang bijak. Kamu bisa tinggal di vila dan punya mobil mewah, jadi harusnya merupakan orang berpendidikan tinggi. Bagaimana bisa kamu melakukan tindakan yang sangat tidak berkelas begini?”

Jordan Bo menoleh dengan dingin ke arahnya. Si polisi langsung tutup mulut. Gila, pria di hadapannya ini sungguh intimidatif! Ditatapnya sedetik saja ia langsung merinding. Ia sendiri merasa pernah menjumpainya, namun tidak ingat di mana dan kapan.

Melihat perangai Jordan Bo yang tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali, ia lanjut bicara: “Sebenarnya, biar istrimu mau memaafkanmu, kamu hanya perlu mengaku salah dan menulis surat jaminan tidak akan mengulangi. Wanita kan memang hatinya lembut, dia tidak bakal tega melihatmu dipenjara.”

“Mengaku salah?” tanya Jordan Bo dengan diikuti tawa keras.

Si polisi mengangguk, “Iya, betul. Jangan pikir mengaku salah akan menurunkan harga dirimu. Sebaliknya, mengaku salah akan membuatmu terlihat makin jantan di mantanya.”

Jordan Bo tersenyum dingin. Senyuman ini membuat si polisi jadi agak menunduk karena merasa semakin terintimidasi. Meski merasa tidak nyaman, polisi itu tetap berbicara lagi: “Tuan, kalau kamu setelah ini jadi lembut, istrimu pasti tidak akan mengungkit lagi kejadian ini kok. Kami pihak kepolisian juga sangat sibuk, kami tidak punya waktu untuk mengurusi masalah rumah tangga orang. Jadi, kamu suruh saja dia tarik laporannya dengan jaminan kamu tidak akan melakukan kekerasan lagi.”

Bibi Liu berdiri di pojokan dengan rasa bersalah. Wajahnya sangat merah karena melihat adegan barusan. Mana dia tahu bos pria dan bos wanitanya hanya lagi “main?” Kalau tahu dari awal, ia tidak bakal lapor polisi!

Melihat wajah Jordan Bo yang tidak senang dan tidak sabaran, si bibi dalam hati berdoa tanpa putus. Langit, lindungilah aku. Aku tidak sengaja, jadi tolong buat Tuan Muda melepaskanku kali ini……

Stella Han bisa merasakan tatapan dingin Jordan Bo yang kini terarah padanya. Hatinya canggung sekaligus tidak nyaman, ia sungguh ingin menggali lubang di bawah tanah dan bersembunyi di sana! Mendengar usaha polisi wanita menenangkan dan menyemangatinya, ia jadi tergagap-gagap, “Anu, polisi, aku……”

Polisi wanita merasa bangga karena si korban mau mengucapkan terima kasih. Sebelum korban itu benar-benar berucap demikian, ia sudah membalas duluan: “Tidak perlu berucap terima kasih padaku. Kita sama-sama wanita, aku paham penderitaanmu. Percayalah, hukum akan memberikan balasan yang setimpal buat pria brengsek!”

Stella Han garuk-garuk kepala. Ia bukan ingin bicara begitu. Yang ia ingin katakan adalah: “Polisi, kalau pun kita ke pengadilan, ia rasa-rasanya tidak bakal bisa dihukum.”

Polisi wanita menepuk-nepuk bahu Stella Han, “Mengapa begitu? Jangan takut, ada aku di sisimu. Aku pasti bakal bantu.”

“Kamu tahu tidak dia itu siapa?” tanya si wanita hati-hati. Ia memahami niat baik si polisi wanita, namun ia tidak bisa membuatnya masuk dalam masalah. Lagipula, kalau masalah ini benar-benar naik ke pengadilan, keluarga Bo pasti akan memberi reaksi keras! Mau ditaruh di mana wajahnya sebagai istri?

Polisi wanita baru tersadar dia belum menanyai nama si pria dari sejak masuk vila. Ia daritadi hanya memedulikan Stella Han saja. Polisi itu pun bertanya, “Siapa memangnya?”

“Jordan Bo,” jawab Stella Han dengan semakin hati-hati. Ia sebenarnya bisa jujur bahwa Jordan Bo sudah memukulnya. Yang jadi masalah, kata “sudah memukul” ini akan membawa satu hal yang tidak mau ia bongkar ke orang lain. Hal itu adalah…… dia sendiri juga menikmati “permainan” mereka tadi sampai terengah-engah.

Ia tahu tubuhnya sudah mengalami kekerasan, tetapi mengaap dia masih bisa menikmati momen ini ya? Mengapa dia masih bisa menikmati keganasan Jordan Bo yang kelewat batas coba?

Polisi wanita mengingat-ingat sejenak identitas dan kedudukan nama Jordan Bo ini. Selesai berpikir, ia langsung bangkit berdiri dengan panik tanpa berani melihat si pria lagi.

Pantas saja sejak masuk vila ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Sekarang, ia paham apa yang tidak beres itu. Aduh, habislah sudah dirinya! Pria yang dihadapinya adalah Jordan Bo, ia bahkan memakinya sebagai “pria brengsek” juga. Langit, ini engkau mau membunuhku ya?

Stella Han menyadari perubahan yang drastis pada wajah si polisi wanita. Ia bertanya dengan pura-pura tidak merasa bersalah: “Polisi, jadi kapan kalian bisa mulai menyelidiki laporan kasus ini?”

Mana berani si polisi memegang bola panas ini? Ia buru-buru menyudahi kunjungan: “Eh nyonya, aku rasa aku sepertinya salah paham deh dengan kalian berdua. Tuan pasti sangat cinta padamu, mana mungkin dia melakukan kekerasan rumah tangga? Tolong anggap aku tidak pernah datang kemari, aku pergi sekarang.”

Kelar berujar begini, polsii wanita memakai topi dan buru-buru berjalan ke mobil.

Seorang polisi pria agak kebingungan melihat koleganya balik ke mobil dengan gelisah. Ia menoleh ke Stella Han. Apa koleganya itu sudah berhasil membujuk nyonya buat damai saja?

Aduh, mengapa tidak lapor ke dia coba? Kan mereka bisa pamit bareng-bareng.

Polisi pria jadi merasa ditinggalkan. Ia berujar pada Jordan Bo dengan iri: “Tuan, istrimu sungguh baik. Rekanku sudah mau pergi, itu tandanya istrimu tidak berencana memproses lebih lanjut kasus kalian dan bersedia baikan denganmu. Ingat sekali lagi, jadi suami harus lembut dan jantan!”

Si polisi pria lalu mengajak polisi pria yang satunya lagi buat ikut balik ke mobil.

Jordan Bo mendengarkan suara sirene mobil polisi yang menjauh sembari menatap Stella Han dingin. Setelah menatap Stella Han, ia mengalihkan pandangannya ke Bibi Liu. Bibi itu langsung merasa lemas dan terduduk di lantai. Ia memohon: “Tuan, maaf aku salah. Aku tidak memahami situasi dengan baik terlebih dahulu. Mohon jangan pecat aku.”

Bibi Liu sungguh malu bila mengingat semua yang terjadi barusan. Beruntung matanya sudah tua, jadi sebelum pandangannya bisa fokus, bos pria dan bos wanitanya sudah tertutup selimut.

Tetapi, bagaimana pun juga ia tetap merasa canggung! Polisi-polisi itu ia yang panggil, bukan orang lain!

Jordan Bo baru menjawab cukup lama kemudian: “Lain kali jangan diulangi!”

“Terima kasih tuan, terima kasih tuan. Aku lain kali tidak akan mengurusi hal-hal pribadi kalian,” kata Bibi Liu dengan hati tersentuh.

Si pria mengibas-ngibaskan tangan dengan datar. Melihat gerakannya ini, Bibi Liu buru-buru bangkit berdiri dan melangkah cepat ke dapur. Sekarang sudah tiba jam makan siang, jadi ia perlu segera menyiapkan makanan. Setelah menyuruh Bibi Liu pergi, Jordan Bo menatap Stella Han yang lagi duduk di sofa. Ia melangkahkan kaki dan menghampirinya.

Si wanita bisa merasakan sosok Jordan Bo yang mendekat. Tidak berani bertatap-tatapan mata dengannya, ia hanya melipat kedua lututnya dengan kencang dan menarik kulit sofa. Aduh, mau apalagi dia ini!

Semakin Jordan Bo mendekat, keinginan Stella Han untuk kabur makin besar. Ia berpikir keras apakah ia benar-benar harus kabur atau tidak.

Seperti bisa membaca isi pikirannya, Jordan Bo mempercepat langkah biar bisa lebih cepat tiba di sebelahnya. Ia menahan bahu si wanita dan menekannya, “Mau kabur?”

“……” Stella Han tidak menyangka Jordan Bo akhir-akhirnya bergerak sangat cepat. Ia mendongak melihat si pria dan menjumpai bekase gigitan di lehernya. Bekas itu ia sendiri yang sebabkan.

Saat Bibi Liu menuntun polisi jalan ke kamar, ia sedang “disiksa” mati-matian oleh Jordan Bo. Hukuman Jordan Bo kalau cemburu padanya benar-benar menyeramkan!

Begitu polisi mendobrak pintu dengan cara menendangnya, Jordan Bo relfeks menutupi tubuh Stella Han dengan selimut. Meski sudah tertutup, siapa sih yang tidak merasa malu dilihat orang lain saat lagi beginian?

Tatapan Jordan Bo pada Stella Han saat ini dipenuh nafsu. Mulutnya kering seperti ingin kembali melakukan hal barusan. Terpikir “penyiksaan” barusan, Stella Han menggeretakkan gigi marah: “Jordan Bo, kamu monster ganas.”

Jordan Bo mengangkat dagu si wanita, memencetnya, dan mendekatkan wajah tampan perlahan-lahan. Ia berhenti mendekat ketika jarak di antara wajah mereka tinggal tersisa sekitar lima sentimeter. Pria itu bertanya dengan senyuman tipis: “Kamu bukannya sangat menikmati keseruan si monster ganas ini?”

Jordan Bo tidak salah tebak. Tubuh Stella Han sungguh sensitif. Ia jadi suka dengan “mainan” barusan!

Tadi mereka “main” pakai pecut, selanjutnya mau pakai apa? Lebih baik pakai seragam anak sekolahan atau pakai lilin ya?

Si wanita menyadari maksud tidak baik yang terkandung dalam tatapan si pria. Sekujur tubuhnya gemetar. Pria ini benar-benar deh! Ia jadi ingin cek sebenarnya kontrak pernikahan, atau lebih tepatnya kontrak “jual tubuh”, macam apa yang sudah ia tandatangani.

Ia waktu itu memang salah karena tidak membaca semua isi kontrak sampai habis. Ia terlalu percaya dengan penjelasan verbal Jordan Bo. Sekarang, ia jadi menyesal sendiri!

Stella han mengangkat tangan dan memukul tangan Jordan Bo yang memencet dagunya. Pukulannya itu tidak kencang, namun juga tidak bisa dibilang pelan. Dengan alis terangkat, ia meminta: “Jaga jarak dariku.”

Mendengar dirinya diusir begini, Jordan Bo merasa risih. Tangannya agak memerah karena pukulan barusan, ada pula bekas jari-jari di sana. Ia mengingatkan dengan mata menyipit: “Stella Han, ingat baik-baik ya konsekuensi dari membuatku murka. Kalau sampai lain kali kamu melakukannya lagi, jangan salahkan aku bertindak seperti hari ini lagi. Aku tidak akan pernah melepaskanmu dengan mudah.”

Stella Han menatap Jordan Bo dengan tajam. Kalau tatapan bisa berubah jadi pisau, mata pria itu sekarang pasti sudah berdarah-darah saking tajamnya tatapan si wanita.

Sayang, tatapan ini hanya berlangsung singkat. Stella Han terpikir bahwa menanggapi Jordan Bo dengan keras malah bisa menambah ruwet masalah. Ia takut Jordan Bo bakal macam-macam lagi. Dengan wajah memucat, ia meminta, “Jordan Bo, lepaskan daguku.”

Si pria menyadari warna wajah Stella Han yang berubah. Ia tidak berani melakukan apa-apa pada wajah itu karena nanti tidak enak bila dilihat orang. Si pria menurunkan tangannya dari dagu si wanita dan menarik pandangan. Ia memberi peringatan sekali lagi, “Ingat baik-baik peringatanku.”

Stella Han mengelus-elus dagu yang agak sakit karena ditekan. Ia dalam hati bersumpah serapah, “Iya, pria brengsek yang kasar! Puas kamu hah!”

Jordan Bo menatap Stella Han sebentar, lalu berbalik badan dan naik ke lantai atas.

Ia harus mencari orang untuk menahan tersebarnya kabar soal kejadian memalukan barusan. Kalau ketiga polisi tadi bercerita ke media, ia pribadi tidak masalah. Namun, Stella Han agak beda. Wanita itu bisa-bisa dijuluki “wanita yang senang gaya seks aneh-aneh” oleh publik!

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu