You Are My Soft Spot - Bab 72 Di Hatiku Kamu Sangat Penting (2)

Sekujur tubuh Taylor Shen merinding. Mereka ternyata terus dibuntuti, dan ia tidak sadar sama sekali! Ini akan membuat Tiffany Song berada dalam bahaya. Sungguh sialan!

Taylor Shen bertanya marah, “Kamu suruh orang membuntuti kami?”

“Taylor Shen, berhentilah, kalau tidak aku pasti akan menghabisinya tanpa memedulikan konsekuensi apa pun. Aku tidak akan membiarkan hubungan kalian berjalan.” Kakek Shen sangat murka. Sekalinya foto-foto ini tersebar ke publik, nama baik Taylor Shen pasti akan langsung rusak, dan Shen’s Corp juga akan kena dampaknya. Ini tidak boleh terjadi!

“Hehe!” Taylor Shen tersenyum dingin. Ia memegang foto-foto itu, lalu menatap salah satunya lekat-lekat, “Fotonya bagus juga. Aku tadinya khawatir tidak ada foto yang cocok untuk masuk koran dan memohon cintanya, namun berkat kamu, aku tinggal memilih salah satu dari foto-foto ini. Bagaimana menurutmu?”

“Kamu!” Sekujur tubuh Kakek Shen gemetar karena geram, “Sungguh licik kamu, kamu tidak takut ibumu tidak tenang di alam kubur sana?”

“Plak!” Taylor Shen membanting foto-foto yang ia pegang ke atas meja. Ia memelototi Kakek Shen: “Jangan ungkit-ungkit nama ibuku, kamu tidak berhak melakukannya! Oh ya, orang yang licik itu bukan aku, melainkan cucu kesayangan dan menantu kesayanganmu itu! Kalau kamu mau memberi nasehat pada orang lain, merekalah yang harus kamu nasehati!”

Kemarahan Kakek Shen semakin menjadi-jadi. Ia kembali mengancam, “Aku pokoknya sudah peringatkan. Kalau kamu berani bertindak sendiri, aku akan menghabisinya lebih dulu. Kalau kamu tidak percaya lihat saja nanti.”

Taylor Shen melawan: “Kamu pikir kamu masih Ben Shen yang disembah dan ditakuti banyak orang seperti lima tahun lalu? Kalau kamu berani menyentuhnya, aku tidak akan mengampunimu. Nanti perhitungan balasannya akan dihitung bersamaan dengan pembunuhanmu pada ibuku lima belas tahun lalu.”

Taylor Shen kini terlihat seperti pendendam yang datang dari alam neraka. Tatapannya penuh kebencian. Kakek Shen pikir kejadian lima belas tahun lalu sudah Taylor Shen anggap selesai, ternyata belum.

Wajah Kakek Shen bertambah muram. Mungkin karena bangkit dari tempat duduknya terlalu terburu-buru, tubuhnya agak gemetar: “Pepatah saja sudah bilang wanita yang menarik dan menggoda seringkali bawa bencana bagi pria yang dekat dengannya. Taylor Shen, suatu hari nanti kamu akan menyesali perbuatanmu ini.”

“Lah memang yang kamu pilih itu orang baik-baik? Kamu bukannya sudah memilihkanku wanita yang berani menggoda keponakannya sendiri?” sindir Taylor Shen.

Kakek Shen geleng-geleng dan keluar.

Taylor Shen melihat foto-foto yang tadi ia banting. Ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri karena telah membawa Tiffany Song terjerumus dalam bahaya. Ia tidak mencemaskan rumor, tidak mencemaskan ocehan orang, yang ia cemaskan hanya bila Tiffany Song tertimpa sesuatu akibat ini semua.

Ia mengambil sebuah foto. Itu foto ketika ia memeluk dan menciumnya di lantai bawah gedung apartemen. Tiffany Song terlihat kaget, dan itu membuatnya kelihatan semakin lucu. Taylor Shen memeluk foto itu dalam dekapannya. Memang ia akan takut dan melepaskan Tiffany Song hanya karena ancaman Kakek Shen? Wanita ini akan ia jaga dan lindungi sepenuh hati. Tidak peduli apa pun aral yang melintang, ia tidak akan melepaskan Tiffany Song!

---------------

Tiffany Song keluar dari gedung Shen’s Corp. Cahaya mahatari di luar sangat terik. Ia ingin berjalan ke seberang. Hasil pemungutan suara ini sebenarnya sudah sangat bagus, setidaknya ada dua orang pemilik bisnis yang suka dengan desain racangannya, bahkan Callista Dong juga tertarik merekrutnya. Jadi untuk apa ia sekecewa ini?

Tiffany Song berjalan dengan pikiran kosong. Jidatnya langsung berkeringat akibat panasnya udara. Ia menyeberang, masuk pusat perbelanjaan, lalu menghampiri toko permen semalam.

Lolipop tema langit yang ia lihat semalam sudah tidak ada lagi. Ia bertanya pada bos pemilik toko, “Bos, mohon tanya, lolipop yang kalian pajang di etalase kemarin sudah terjual ya? Kok sekarang tidak ada lagi?”

Bos toko ini adalah seorang gadis muda. Wajahnya berseri dan ia punya lesung pipit. Ia menjawab “Oh, lolipop tema langit ya? Kemaren semua stoknya sudah dibeli seorang pria yang sangat tampan. Aku sebelumnya belum pernah melihat ada pria yang begitu suka dengan lolipop.”

“Jadi tidak ada stok satu pun lagi?” tanya Tiffany Song lagi.

“Tidak ada, maaf. Tadi pagi aku sudah telepon ke pabrik untuk pesan lagi, tapi mereka bilang mereka sudah menghentikan produksinya. Kamu pergi tanya-tanya ke beberapa toko permen di depan sana saja, siapa tahu mereka masih punya.”

Tiffany Song pergi ke beberapa toko permen, stok mereka ternyata juga habis. Ia keluar dari toko permen terakhir dengan sangat kecewa. Ia padahal sangat ingin makan permen itu untuk memperbaiki suasana hatinya yang tidak begitu baik. Tiffany Song berjalan ke sisi jalan, dan begitu ia ingin memanggil taksi, sebuah Bentley Continental putih berhenti di hadapannya. Kaca mobil diturunkan dan wajah yang sangat tampan pun terlihat dari dalam.

Taylor Shen menengadahkan kepala keluar jendela, “Tiffany Song, masuk mobil!”

“Bagaimana kamu tahu aku sedang di sini?” Tiffany Song menengok ke segala penjuru. Apa Taylor Shen suruh orang untuk membuntutinya?

“Hatiku sudah bertelepati dengan hatimu. Di sini tidak boleh parkir, ayo cepat masuk mobil!” jawab Taylor Shen tidak sabaran.

Tiffany Song mengiyakan, lalu buru-buru masuk ke mobil. Udara di dalam mobil sangat dingin, jadi ia meminta Taylor Shen menaikkan sedikit suhu AC mobil.

Tiffany Song menatap Taylor Shen aneh, lalu tiba-tiba ia diberikan sebatang permen tema langit, “Mau lolipop?”

Tiffany Song terperangah. Ia tidak percaya bisa diberikan sebatang lolipop oleh pria keren. Ia langsung menerimanya, “Ah, terima kasih, ternyata kamu pria super tampan yang membeli lolipop-lolipop kemarin itu.”

“Aku sangat tampan ya?” tanya Taylor Shen sambil mengangkat kedua alisnya.

Sambil menjilat permen, Tiffany Song menjawab, “Sudah tahu masih tanya nih? Kamu ingin aku puji sangat tampan ya?”

Taylor Shen melambatkan kecepatan karena di depan ada lampu merah. Ia menatap lekat-lekat Tiffany Song yang asyik menikmati lolipopnya. Hatinya tadinya dipenuhi sumpah-serapah, tetapi begitu melihat Tiffany Song di sisi jalan, suasana hatinya seketika langsung membaik.

Ia dan Tiffany Song…… Ia tidak perlu mencarinya, dan mereka akan tetap dipertemukan meski berada di tengah kerumunan orang. Tidak peduli terlambat berapa tahun, mereka akhirnya tetap bertemu. Nasib saja mempersatukan mereka, jadi atas dasar apa Kakek Shen ingin memisahkan mereka?

“Puji aku dong, satu kalimat saja!” ujar Taylor Shen ramah.

Tiffany Song kembali menjilat permen, lalu mematuhi perrmintaan Taylor Shen: “CEO Shen, kamu tampan sekali hingga manusia dan dewa semuanya terpesona, sadar tidak?”

Taylor Shen tersenyum lebar. Wanita ini memang paling lihai memuji orang ya. Taylor Shen mengajaknya bicara lagi, “Enak tidak lolipopnya?”

Tiffany Song mengangguk, “Enak dong, manis sekali.”

“Aku juga ingin coba.” Taylor Shen menatap bibir Tiffany Song, lalu mendekap bahu wanita itu dalam bahunya. Ia menempelkan bibirnya sejenak di bibir Tiffany Song, lalu melepaskannya. Taylor Shen kemudian menjilat-jilat pecahan permen yang berpindah dari bibir wanita itu ke bibirnya ketika berciuman tadi, lalu mengangguk puas, “Wah iya manis sekali!”

Wajah Tiffany Song memerah. Ia mengelap bibirnya yang terasa agak pahit karena ditempeli bibir Taylor Shen yang penuh aroma rokok. Ini orang mengapa agresif sekali sih? Ia ingin protes, “CEO Shen, kamu……”

“Barusan kamu bersembunyi dan nangis tersedan-sedan ya?” ujar Taylor Shen memotong kalimatnya.

Wajah Tiffany Song makin merah, ia melawan: “Mana ada? Aku tidak pernah nangis tersedan-sedan.”

“Oh ya? Malam itu, di hotel Kota C, yang memelukku sambil teriak-teriak tidak ada orang yang sayang dirinya itu bukannya kamu?” ujar Taylor Shen.

“Mana ada!” Di benak Tiffany Song kemudian muncul adegan seorang wanita yang terbaring akibat mabuk. Wanita itu memeluk erat pinggang pria di sebelahnya sambil berkata: “Mengapa tidak ada orang yang sayang aku, sampai kamu saja mau meninggalkanku……”

Tiffany Song buru-buru mengusir pikiran itu. Ia tidak berani membayangkan berapa banyak hal memalukan yang ia perbuat malam itu. Ia kedepannya tidak akan mabuk lagi, mabuk hanya akan mendatangkan masalah.

“Sudah ingat?” Lampu lalu lintas sudah kembali hijau, Taylor Shen pun kembali menekan pedal.

“Tidak, tidak ingat sedikit pun.” Tiffany Song tidak mengaku ia sebenarnya ingat sedikit.

Taylor Shen tidak mau memaksanya mengaku. Ia mengalihkan topik, “Hasil pemungutan suara hari ini sebenarnya tidak sama dengan yang kamu lihat. Kamu jangan kecewa, sebab sebenarnya semua pemilik bisnis memilih desain rancanganmu.”

“Apa?” Tiffany Song kaget hingga kedua bola matanya seperti mau lepas.

“Kamu tidak salah dengar, desain rancanganmu dapat semua suara.” Taylor Shen tahu kekalahan itu bisa sangat menyakiti hati Tiffany Song, jadi ia buru-buru memberitahukan wanita itu yang sebenarnya. Apa pun yang ingin ia perbuat, ia tidak boleh menyakiti hati Tiffany Song.

“Kalau begitu mengapa kami kalah?” Tiffany Song agak bingung, kalau ia memang dapat semua suara, mengapa yang menang adalah Shine Group? Mungkinkah ada konspirasi di balik semua ini?

“Karena Shine Group berencana beli Winner Group,” jawab Taylor Shen lugas. Ini rahasia perusahaan, tapi Taylor Shen tidak ingin menyembunyikan apa-apa dari Tiffany Song. Ia percaya pada wanita itu, juga tidak ingin membuatnya kecewa karena tidak menang.

“Heh, Shine Group berencana beli Winner Group? Kok bisa? Shine Group kan sudah jadi merek nomor satu di dunia konstruksi dan desain, kok bisa-bisanya mau beli Winner Group?” tanya Tiffany Song bingung.

“Justru itu. Karena merupakan merek nomor satu di dunia konstruksi dan desain, mereka jadi terbebani dan kesusahan untuk maju lebih jauh. Callista Dong memutuskan membeli Winner Group, dia tertarik dengan kemajuan Winner Group yang sangat pesat beberapa tahun ini. Dengan kemajuan secepat ini, kalau tidak dibeli, ia takut pada waktunya nanti kedudukan Winner Group di pasar dalam negeri bisa jauh menggungguli Shine Group,” urai Taylor Shen.

Tiffany Song beberapa tahun terakhir berlangganan majalah perusahaan Shine Group. Ia pernah baca artikel tentang masalah “kesusahan untuk maju lebih jauh” ini, tapi ia tidak menyangka Callista Dong bisa menemukan solusinya di Winner Group. Ia bertanya, “Jadi kompetisi terbuka ini sebenarnya hanya akal-akalan Shine Group untuk mengetes kemampuan Winner Group?”

Taylor Shen mengangguk, “Tidak salah.” Ia agak kaget dengan kepintaran Tiffany Song. Wanita ini dijelaskan sedikit langsung paham banyak.

“Lantas apa hubungannya dengan hasil kompetisi terbuka hari ini?” ujar Tiffany Song lagi.

Taylor Shen tersenyum, “Aku juga berencana beli Winner Group.”

“Apa?” Tiffany Song terkejut. Winner Group dua tahun terakhir memang berkembang sangat pesat, tapi perkembangannya tidak sampai ke level di mana semua pebisnis jadi tertarik beli. Ketertarikan Callista Dong ya sudahlah ya, tapi kok ini Taylor Shen juga ikutan mau beli?

“Beberapa tahun belakangan sedang ngetren beli perusahaan lain untuk ekspansi. Shen’s Corp masih mau bangun beberapa bangunan lagi dengan model minimalis. Kalau cari perusahaan dari luar, pertama, aku takut kualitas kerjanya tidak baik dan bisa berefek pada nama baik Shen’s Corp. Kedua, itu berarti pendapatan kita akan berkurang karena harus dibagi dengan perusahaan itu. Setelah kutimbang masak-masak, aku memutuskan untuk beli Winner Group. Membuat merek desain rumah sendiri adalah keputusan terbaik bagi Shen’s Corp.”

“Aku masih kurang paham. Kalau kamu berencana beli Winner Group, bukannya kamu seharusnya mengatur agar Winner Group keluar sebagai pemenang?”

“Tidak. Strategiku ini namanya “kalah dulu baru nanti menang”. Ini biar bisa mencuri start lebih awal.” Kalau Taylor Shen menjadikan Winner Group keluar sebagai pemenang, Callista Dong pasti akan langsung bergerak menyusun penawaran pembelian perusahaan saat itu juga. Nah, kalau ia buat Shine Group menang dan Winner Group kalah, Callista Dong pasti jadi sedikit ragu dan memutuskan berpikir lebih panjang, dan pada momen itu Taylor Shen bisa bergerak duluan.

“Aku paham,” angguk Tiffany Song. Ia melanjutkan, “Pantas saja, barusan ketika Nona Dong menawariku masuk Shine Group, ia tidak marah sama sekali saat kutolak.”

“Ia menawarimu masuk Shine Group?” Taylor Shen mengernyitkan alis, ia tidak menyangka Callista Dong juga bergerak secepat ini.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu