You Are My Soft Spot - Bab 162 Mengambil Gaun Pengantinnya (3)

Kedua pekerja terdiam. Mereka dalam hati langsung sadar harapan mereka dimaafkan sudah nihil. Salah satu diantara mereka tiba-tiba melampiaskan emosinya dengan kata-kata yang sangat tidak etis: “Taylor Shen, aku sungguh kasihan padamu. Kamu takut sekali penyakit memalukanmu itu diketahui orang kan? Semua orang sungguh tidak menyangka kamu cerai dengan mantan istrimu karena kamu sama sekali tidak bisa memenuhi nafsu birahinya.”

Air muka Taylor Shen langsung berubah sangat drastis. Ia menatap pekerja itu dengan kedua tangan terkepal saking geramnya, “Kamu sadar apa yang sedang kamu katakan? Aku bisa meluluhlantahkan riwayatmu di Kota Tong hanya dengan satu kalimat.”

Pekerja yang satunya lagi takut ikut terseret masalah. Ia buru-buru berujar: “Stop! Minta maaf pada CEO Shen, jangan bicara begitu.”

“Aku tidak mau minta maaf. Taylor Shen, kamu sudah gagal mempertahankan mantan istrimu, jadi aku yakin kamu juga akan gagal mempertahankan Tiffany Song. Kamu pikir Tiffany Song sungguh cinta padamu? Tidak, dia hanya cinta uangmu dan semua materi yang kamu berikan untuknya. Kamu hanya seorang pria impoten!”

Tiffany Song lama-lama tidak tahan dengan ucapan pekerja itu. Ia melepaskan diri dari dekapan Taylor Shen, lalu langsung menampar pekerja itu sekencang-kencangnya. Tiffany Song lalu menatapnya dingin, “Asal bicara juga ada batasnya. Cepat pergi dari sini sekarang juga.”

Pekerja yang ditampar Tiffany Song balas menatapnya dengan marah lalu kemudian berlari keluar ruang acara sambil memegangi wajahnya. Pekerja yang satunya lagi meminta maaf pada mereka: “CEO Shen, CEO Song, maaf, aku minta maaf mewakili temanku. Aku harap kalian tidak mengambil hati kata-kata yang terlontar dari mulutnya karena emosi barusan.”

Tiffany Song mengalihkan pandangannya tidak peduli. Si pekerja itu jadi gigit-gigit bibir dan kemudian ikut berlari keluar. Drama ini akhirnya berakhir. Orang-orang kembali melanjutkan kesenangannya, mereka semua tidak berani berurusan dengan Taylor Shen yang sedang marah.

Tiffany Song menoleh ke Taylor Shen. Selama ia pulang dari negeri lima tahun ini, ini pertama kalinya ia diprovokasi begini. Tiffany Song menghampirinya dan memegang tangannya lembut: “Taylor Shen, jangan pedulikan omong kosong mereka.”

Wajah Taylor Shen masin muram, “Kamu sendiri pedulikan tidak?”

“Pedulikan apa?” Tiffany Song tidak langsung paham dengan kata-katanya.

“Kata-kata mereka barusan.”

Tiffany Song menggeleng, “Oh, aku tidak mempedulikan kok. Aku tahu betul kamu itu bagaimana. Aku kadang malah berharap anumu bermasalah biar aku setidaknya bisa istirahat sebentar.”

Taylor Shen kembali mendekap Tiffany Song sambil memegangi pingganggnya erat-erat. Ia kemudian berbisik pelan padanya: “Ternyata kamu berharap aku benar-benar impoten ya? Kalau aku impoten, siapa yang akan memenuhi hasratmu?”

Wajah Tiffany Song memerah. Ia bersandar di bahu Taylor Shen, jadi bisa merasakan detak jantungnya yang kencang karen habis marah. Tiffany Song melihat ke sekeliling. Orang-orang berpura-pura sedang ngobrol, tetapi perhatian mereka semua tertuju ke mereka berdua. Tiffany Song berujar pelan: “Orang-orang pada lihatin kita. Lepaskan aku.”

“Tidak mau, seumur hidup tidak akan lepaskan.” Taylor Shen tidak peduli tatapan orang-orang. Kemarahannya barusan meledak bukan karena si pekerja menghinanya, melainkan karena mereka melecehkan Tiffany Song. Ia sangat paham, Tiffany Song memilih berpasangan dengannya sama sekali bukan karena uangnya.

Lampu ruang acara tiba-tiba meredup, lalu terdengar alunan musik yang sangat indah. Taylor Shen melepaskan pelukannya pada Tiffany Song. Dengan satu tangan memegangi jas dan satu tangan lagi memegangi tangan Tiffany Song, ia menggoda: “Nona cantik, bersediakah kamu menari denganku?”

Meski Tiffany Song tumbuh besar di keluarga Song, ia jarang sekali mengikuti kegiatan bersosialisasi macam sekarang, jadi ia tidak bisa menari. Tiffany Song menggeleng: “Aku tidak bisa menari.”

Taylor Shen menggandeng Tiffany Song ke lantai dansa, “Ikut langkahku, tidak usah takut.”

Tarian yang Tiffany Song dan Taylor Shen lakukan adalah tarian Waltz sederhana. Tiffany Song tidak bisa dansa, jadi ia awal-awal berulang kali menginjak kaki Taylor Shen. Melihat ujung sepatu Taylor Shen yang berdebu, ia berujar dengan tidak enak hati: “Aku tidak bisa menari. Aku bahkan jadi menginjak sepatumu sampai kotor.”

“Tidak apa-apa, ikuti saja langkah-langkahku.” Taylor Shen menggandeng tangan Tiffany Song sambil memegangi pinggangnya. Melihat Tiffany Song terus memandanginya, ia mencoba mengalihkan perhatian wanita itu, “Kamu tahu asal muasal tarian Waltz?”

“Bagaimana tuh?”

“Di awal abad 20 lalu, laki-laki dan perempuan belum seterbuka sekarang. Mereka hanya berani kencan secara sembunyi-sembunyi. Ketika mereka tengah bertemu, mereka akan menari-nari begini untuk saling mendekatkan diri sekaligus membuat kesepakatan waktu kencan berikutnya,” urai Taylor Shen datar.

Tiffany Song berdecak kagum: “Romantis sekali ya tarian ini.”

Tiffany Song tanpa sadar sudah bisa menyesuaikan tempo dan gerakan. Tiba-tiba, semua orang yang sedang menari di sekitar mereka turun dari lantai dansa. Kini hanya tersisa mereka berdua di sana. Tiffany Song bersandar di pundak Taylor Shen. Ia sebelumnya belum pernah berdansa dengan Taylor Shen. Rasanya mengesankan sekali.

Tidak lama kemudian, musik berhenti mengalun. Tiffany Song agak was-was apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba, seberkas lampu sorot menyala ke arah mereka berdua. Mereka jadi yang paling bersinar di ruang acara yang bersuasana remang-remang.

Kekagetan masih berlanjut. Taylor Shen tiba-tiba berlutut di hadapan Tiffany Song sambil memegang cincin. Itu cincin yang mereka beli di Amerika. Tiffany Song mulai paham apa yang tengah terjadi……

Para pekerja mengelilingi mereka sambil berteriak-teriak histeris. Melihat Taylor Shen melamar Tiffany Song di depan umum dengan cincin yang sangat cantik, para pekerja perempuan sangat cemburu.

Taylor Shen menatap Tiffany Song lekat-lekat. Ia agak gugup, tetapi tetap berusaha menatapi Tiffany Song. Ia kemudian berkata: “Tiffany Song, menikahlah denganku.”

Tiffany Song menatapnya dengan terkejut sambil menutupi mulut. Tiffany Song waktu itu mengeluh Taylor Shen bilang mau menikah tetapi tidak ada bunga, cincin, dan proses lamaran. Hari ini, pria itu langsung memenuhi permintaan-permintaannya.

Para pekerja mengamati mereka sambil berpikir mereka sangat mirip seorang pangeran dan seorang putri. Mendengar permintaan Taylor Shen barusan, mereka mulai berteriak: “Terima! Terima! Terima!”

Christian ada di tengah kerumunan para pekerja. Hatinya terenyuh, akhirnya CEO Shen menemukan kebahagiaannya……

Tiffany Ssong menatap Taylor Shen dengan perasaan yang sangat dalam. Memang dasar pria ini, lamaran saja di acara kantor begini. Ia mengangguk dan mengulurkan tangannya. Taylor Shen memegang tangan Tiffany Song, mengecupnya sejenak, lalu memasangkan cincin ke jari manisnya. Ia berseru pelan: “Tiffany Song, aku sangat cinta kamu. Aku cinta kamu seumur hidup.”

Tiffany Song terharu sampai berkaca-kaca. Ia mengangkat Taylor Shen untuk berdiri dan begitu berdiri pria itu langsung mendekapnya. Suasana keriuhan semakin lama semakin memuncak. Entah siapa yang mulai duluan, orang-orang berteriak-teriak sepatah kata pada mereka dengan jumlah yang makin lama makin banyak.

“Ciuman! Ciuman! Ciuman!”

Wajah Tiffany Song merah sekali. Ia mendongak menatap Taylor Shen. Pria itu sedang memandanginya. Taylor Shen lalu mengangkat dagu Tiffany Song dan menimpa bibir wanita itu dengan bibirnya. Para pekerja bertepuk tangan sangat meriah merayakan keberhasilan keisengan mereka.

Tiffany Song masih larut dalam kebahagiaan sampai di mobil. Ia menunduk memandangi cincinnya. Jantungnya dari tadi masih berdebar kencang tanpa menenang sama sekali.

Melihat Tiffany Song tengah memandangi cincin sambil tertawa-tawa, Taylor Shen memegang tangannya dan bertanya pelan: “Senang sekali yah?”

Tiffany Song tersipu malu menatap Taylor Shen sambil mengangguk: “Iya dong.”

“Kalau tahu kamu bakal sesenang ini, aku pasti sudah lebih awal melamarmu supaya bisa lebih awa juga melihat kebahagiaanmu ini.” Ia sebenarnya datang terlambat ke acara ini karena harus pulang dulu mengambil cincin. Ia sebelumnya tidak menyangka akan seterlambat ini.

Tangan Tiffany Song yang dingin perlahan-lahan dibuat hangat oleh genggaman Taylor Shen. Ia kemudian berujar: “Taylor Shen, hari ini aku bahagia, sangat bahagia.”

“Kedepannya aku akan terus membuatmu bahagia. Percayalah padaku, Tiffany Song,” balas Taylor Shen. Tiffany Song sangat tersentuh. Ia ingin berterima kasih pada pria itu: “Terima kasih, Taylor Shen! Aku akan selalu ingat hari ini. Hari ini sudah meninggalkan kesan yang sangat mendalam padaku.”

“Gombal!”

Setengah jam kemudian mobil masuk Sunshine Ccity. Taylor Shen mematikan mesin, pergi ke pintu penumpang depan, dan memasangkan jaket pada Tiffany Song. Ia membiarkan wanita itu masuk vila duluan karena udara cukup dingin.

Lampu vila terang benderang ketika mereka berdua sudah masuk vila. Ketika Tiffany Song menatap ke sekeliling, ia melihat Angelina Lian tengah berdiri di lantai atas sambil mengenakan gaun pengantin. Ia tercengang melihat gaun itu.

Ia tahu jelas itu gaun yang sekali lihat langsung memikatnya di New York. Sekarang gaun itu ada di tubuh Angelina Lian. Seperti disiram air dingin tiba-tiba, sekujur tubuhnya langsung mendingin.

“Eh, Kakak Keempat dan Kakak Ipar sudah pulang? Aku pakai gaun pengantin ini cantik tidak?” Angelina Lian berjalan menuruni tangga pelan-pelan. Ia terlihat tidak merasa bersalah sama sekali sudah mengenakan gaun pengantin orang lain.

Udara dingin dari luar berhembus masuk ke dalam. Tiffany Song menoleh ke Taylor Shen dengan menggigil. Pria itu tengah mengernyitkan alis tanpa berucap apa-apa. Ia berfirasat Taylor Shen tidak akan membantunya mendapatkan kembali gaun itu.

Sejak Angelina Lian dinyatakan sebagai adik kandung Taylor Shen, dia tidak pernah berani menegurnya seperti dulu. Kali ini nampaknya juga begitu, Taylor Shen tidak akan bertindak apa-apa. Hati Tiffany Song berdesir pilu. Melihat Taylor Shen tidak bersuara, ia memaksakan sebuah senyum di wajah sambil menjawab: “Lumayan kok.”

“Aku juga merasa sangat cantik sampai tidak rela melepaskannya. Kakak Ipar, ini kan gaunmu, boleh tidak kamu berikan padaku?” Angelina Lian memanggil Tiffany Song kakak ipar seolah sudah mengaku tunduk pada nasib bahwa ia adik kandung Taylor Shen. Kenyataan ini mau bagaimana pun caranya tidak akan bisa diubah.

Taylor Shen kini tertunduk, masih tanpa berkata apa-apa. Tiffany Song gigit-gigit bibir menahan rasa sakit di hatinya dan menjawab: “Kamu kan adiknya Taylor Shen…… Sebagai Kakak Ipar, aku perlu memberikanmu hadiah perkenalan. Kalau kamu suka, silahkan ambil saja.”

“Terima kasih, Kakak Ipar. Aku pasti akan merawatnya baik-baik.” Angelina Lian tertawa seolah tidak merasa bersalah. Ia tahu senyumannya itu pasti akan menambah dalam luka Tiffany Song.

Sekujur tubuh Tiffany Song terasa dingin, wajahnya juga pucat. Ia melepas genggaman Tiffany Song dan berkata pelan: “Aku agak lelah, aku balik kamar duluan ya.”

Terima kasih kepada para pembaca atas dukungan yang diberikan kepada author. Author mendoakan supaya para pembaca sehat selalu dan Tuhan selalu memberkati kalian dan keluarga kalian. Jika kalian suka buku ini, jangan lupa ya untuk di share ke teman kalian. Sukses selalu!

Bagi para pembaca yang ingin membaca buku berikutnya, silahkan di baca buku Labyrinth Love, ceritanya tak kalah menarik lo :))

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu