You Are My Soft Spot - Bab 188 Kalian Harus Saling Mencintai dan Saling Merawat (2)

“Terima kasih. Angelina Lian, kamu hari ini juga cantik,” ucap Tiffany Song sungkan. Ia merasa ada maksud tersembunyi dari pujian adik iparnya itu. Mungkin memang ada, mungkin juga dia berpikir terlalu jauh.

Angelina Lian tersenyum tanpa menanggapi lagi. Stella Han risih dengan sikap Angelina Lian yang dibuat-buat, namun berhubung dia adik Taylor Shen dan hari ini adalah hari bahagia keluarga mereka, ia tidak berani berkomentar macam-macam. Semua orang yang ada di meja itu memberi ucapan dan harapan yang baik-baik bagi Tiffany Song dan Taylor Shen, lalu pasangan mempelai itu bergerak ke meja berikutnya.

Stella Han duduk dan mengamati Tuan Besar Shen yang duduk termenung di meja utama. Tuan Besar Shen sangat jarang masuk berita dan majalah, kalau pun sering ia sangat jarang memerhatikannya. Ia entah mengapa merasa si pria tua tiba-tiba sangat familiar.

Jordan Bo mengikuti arah tatapannya. Ia tahu yang ditatap istrinya adalah Tuan Besar Shen. Ia berbisik pelan: “Kamu sedang lihat apa?”

“Entah mengapa aku merasa pernah datang ke sini, juga pernah bertemu Tuan Besar Shen,” balas Stella Han dengan pelan juga. Ini pertama kalinya ia kesini, tetapi ia merasa seperti tengah nostalgia. Perasaan ini sungguh aneh.

Jordan Bo menatap samping wajah Stella Han yang kebingungan, “Kamu sempat lihat foto rumah ini dan foto Tuan Besar Shen di koran kali?”

“Tidak. Aku tidak pernah lihat, makanya ini aku merasa aneh,” balas Stella Han.

Jordan Bo gigit-gigit bibir dengan tidak paham. Stella Han harusnya tidak merasa rumah kediaman keluarga Shen dan Tuan Besar Shen familiar. Kalau ia merasa pernah kemari, apa artinya?

Angelina Lian tiba-tiba tanpa sengaja menyenggol gelas bir yang ditaruh di hadapannya. Gelas jatuh ke lantai dan pecah. Pecahannya menyobek bawahan gaun yang ia kenakan sekaligus melukai lututnya.

Wanita itu menunduk mengecek luka di lututnya. Dengan wajah pucat, ia berujar sungkan pada semua orang yang melihatnya, “Maaf, aku pamit dulu ke kamar mandi.”

Angelina Lian segera bangkit berdiri dan keluar dari aula pertemuan. Karena jalannya terlalu terburu-buru, ia tidak sengaja menabrak pelayan. Stella Han mengamati pecahan gelas yang tergeletak di lantai, lalu mendongak menatap bayangan tubuh Angelina Lian. Ia mengernyitkan alis dengan tidak senang. Wanita itu kemudian memanggil pelayan untuk menyapu pecahan-pecahan gelas biar tidak melukai tamu lain.

……

Tiffany Song sangat kelelahan setelah prosesi kunjungan ke setiap meja selesai. Taylor Shen dari awal sampai sekarang masih sangat energetik. Meski sudah minum cukup banyak, ia belum mabuk. Sungguh lihai……

Pasangan mempelai berjalan ke meja yang sudah khusus dikosongkan untuk mereka. Taylor Shen dan Tiffany Song makan cepat-cepat karena harus segera mengantar tamu pulang. Sebelum mengantar mereka, Tiffany Song memutuskan berganti pakaian dulu di kamar. Para pendamping mempelai sebenarnya ingin menemani dia, namun ia menolak. Mereka sudah menemani dia sepanjang siang, pasti mereka sangat lapar. Tiffany Song menyuruh mereka makan saja di aula pertemuan.

Melihat Tiffany Song mau pergi sendirian, Taylor Shen bangkit berdiri untuk menemaninya. Baru keluar dari aula pertemuan, ia dicegat oleh Eden Zhu. Bawahannya itu bilang ada petinggi pemerintahan yang mau pulang sekarang, jadi atas dasar kesopanan ia harus mengantar mereka. Taylor Shen menoleh ke Tiffany Song. Si wanita berujar duluan: “Cepatlah kamu pergi. Aku bisa balik ke kamar sendiri kok.”

Taylror Shen tidak tenang. Meski acara pernikahan sudah mau kelar, hatinya tetap kacau tidak karuan. Ia selalu ingin mendampingi Tiffany Song setiap detik karena takut terjadi apa-apa padanya di rumah ini. Ia menawar: “Bagaimana kalau aku suruh Stella Han antar kamu ke kamar?”

“Tidak perlu. Aku sudah bukan anak kecil lagi tahu, masak aku tidak tahu jalan ke kamar? Cepat sana pergi, tidak usah pedulikan aku,” tolak Tiffany Song. Stella Han dan Jordan Bo sepertinya sedang bertengkar. Mereka kini tengah duduk bareng dan berbincang, jadi ia tidak mau mengganggu proses baikan mereka.

Taylor Shen menatap Tiffany Song beberapa saat. Ia lalu menghadiahi ciuman di jidat si istri, “Oke. Cepat ke kamar dan cepat keluar lagi ya!”

Wajah Tiffany Song memerah. Dari sudut mata, ia bisa melihat Eden Zhu senyum-senyum sendiri di sebelah mereka. Ia mengangguk dengan tersipu, “Baik, aku akan segera keluar lagi.”

Taylor Shen mengamati istrinya berjalan pergi. Ia tiba-tiba teringat sesuatu dan segera memanggilnya: “Tiffany Song?”

Tiffany Song sudah ada di tangga. Ia menoleh bingung ke bawah: “Apa?”

Taylor Shen tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, yang jelas ia tidak rela berjauhan dengan istrinya walau untuk sebentar. Ia buru-buru menghampirinya dan berdiri di sebelahnya tanpa bicara apa-apa. Tiffany Song menatap Eden Zhu yang berdiri canggung di bawah. Ia tertawa: “Eh sana cepat, Sekretaris Zhu sudah tungguin kamu.”

“Tiffany Song, aku cinta kamu!” tutur Taylor Shen tiba-tiba. Mulutnya melafalkan lima kata ini dengan sangat jelas dan tegas.

Tiffany Song tercengang. Ia sudah lama sekali tidak mendengar Taylor Shen mengucapkan tiga kata ini, bahkan di acara pernikahan tadi juga tidak diucapkan. Hatinya terenyuh dan ia membalas dengan senyum lebar: “Aku juga cinta kamu!”

Taylor Shen ikut tertawa lebar. Ia akhirnya bisa melepaskan istrinya tanpa khawatir. Taylor Shen kembali turun dan berjalan menjauh dengan Eden Zhu. Tiffany Song terus mengamati bayangan tubuh keduanya sampai lenyap di balik pintu, baru kemudian lanjut naik tangga.

Tiffany Song berganti pakaian di kamar. Ia kini mengenakan mantel merah, syal, dan sepatu boots salju hitam. Dengan pakaian ini, ia siap berlama-lama di luar tanpa gemetar.

Tiffany Song mengambil tas, keluar kamar, dan turun ke lantai bawah. Sesampainya di bordes tangga lantai dua, ia berjumpa Angelina Lian. Langkah kakinya terhenti sejenak tetapi ia langsung lanjut berjalan lagi. Ia ingin sekadar berpapasan saja dengannya biar tidak kena masalah, tetapi Angelina Lian tiba-tiba menahan tangannya dan berkata: “Kakak Ipar Keempat, aku ingin bicara sebentar denganmu.”

……

Taylor Shen menemani satu per satu tamu sebelum pulang. Hari ini ada juga petinggi pemerintahan yang harus ia beri perlakuan khusus. Setelah mereka berbincang sebentar, si pejabat membawa istri dan anaknya pamit.

Tamu berjalan silih berganti ke parkiran dan Taylor Shen jadi sangat sibuk. Ketika mengecek jam tangan sesaat, ia baru sadar Tiffany Song sudah pergi terlalu lama. Ganti pakaian tidak mungkin selama ini.

Ketika Taylor Shen ingin masuk ke rumah untuk mencarinya, dari dalam tiba-tiba terdengar teriakan ketakutan yang sangat keras, “Ah, pengantin perempuan bunuh orang, pengantin perempuan bunuh orang!”

Semua tamu yang sedang berjalan ke parkiran menoleh ke belakang dengan sangat kaget. Tiba-tiba seorang asisten rumah berlari keluar dengan wajah panik seperti baru lihat hantu.

Taylor Shen sangat terkejut dan buru-buru berlari masuk. Awalnya ia lari kecil-kecil, tetapi lama kelamaan makin cepat. Terakhir, ketika mendekati tangga, larinya sudah super kencang.

Yang masuk dalam jangkauan mata Taylor Shen pertama kali adalah Angelina Lian yang terbaring di tengah lautan darah. Darah segar mengalir tanpa henti dari kepalanya. Jelas, ia berada di kondisi tidak sadarkan diri.

Taylor Shen tercengang menatap adiknya itu. Ia kemudian mendongak dan melihat Tiffany Song yang berdiri di bordes tangga lantai dua dengan ternganga. Wanita itu sangat ketakutan melihat pemandangan di bawah sampai tidak bergerak sama sekali.

Para tamu dan anggota keluarga Shen ikut masuk serta berkerumun di sekeliling Taylor Shen dan Angelina Lian. Mereka semua terdiam melihat ini semua. Pengantin perempuan bunuh orang di acara pernikahannya sendiri. Apa-apaan ini?

Tuan Besar Shen keluar dari kerumunan sambil menggeprak-geprak tongkat jalannya ke lantai. Melihat Angelina Lian yang terbujur lemas di tengah genangan darah, sekujur tubuhnya gemetar. Ia melempar tongkat jalannya dan berlutut di hadapan anaknya itu. Pria itu tidak berani menyentuh Angelina Lian, ia hanya bisa teriak panik: “Panggil ambulans, cepat panggil ambulans. Tiara, bertahanlah, aku minta kamu bertahan!”

Para tamu baru tersadar dari kekagetannya. Mereka saling berbisik pelan: “Pengantin perempuan bunuh orang di acara pernikahannya sendiri…… Ini sungguh mengejutkan, mengapa dia bunuh adik iparnya sendiri ya?”

“Mana kutahu? Siapa tahu dia gila!”

Taylor Shen juga keluar dari kekagetan. Ia berbisik dengan wajah ketakutan pada kedua sekretaris, “Eden Zhu, cepat telepon ambulans. Christian, cepat panggil dokter keluarga kemari. Pendarahan Tiara ini harus dihentikan dulu.”

Eden Zhu dan Christian segera menjalankan tugasnya masing-masing. Mereka berusaha mengendalikan diri, namun tangan keduanya tetap saja gemetar. Nomor telepon orang yang dicari segera mereka pencet secepat kilat.

Taylor Shen menarik pandangannya dan berlutut di hadapan Angelina Lian. Tubuh adiknya itu penuh luka, ia sepertinya jatuh dari tangga. Siapa pun tidak ada yang berani menyentuhnya. Tiba-tiba, Angelina Lian tersadar dan mengulurkan tangan pelan-pelan pada Taylor Shen. Tangannya penuh darah segar.

Taylor Shen membalas uluran tangannya. Angelina Lian memanggil pelan: “Kakak, Kakak Keempat, aku, aku dingin……”

Tatapan Taylor Shen sangat bersedih. Ia melepaskan jas putih yang ia kenakan dan memasangkannya di tubuh Angelina Lian. Jas seputih salju itu langsung dengan cepat berubah warna jadi merah. Orang-orang saling berpikir mungkin ini azab yang layak bagi seorang pengantin yang membunuh orang lain dalam acara pernikahannya sendiri. Si pria memanggil pelan: “Tiara, jangan takut, ambulans segera datang. Tiara, kamu akan baik-baik saja.”

Wajah Angelina Lian meringis kesakitan karena rasa sakit yang semakin menjadi-jadi. Dengan susah payah, ia mendongak ke Tiffany Song yang berdiri kaku di bordes tangga lantai dua. Ia mencoba tersenyum entah untuk tujuan apa, namun kembali meringis lagi karena nyeri.

Orang-orang ikut mendongak ke bordes tangga lantai dua. Orang-orang kembali berbisik dan saling bertanya bagaimana ini bisa terjadi, Tiffany Song mengapa keji begitu, dan lain-lain.

Yang ikut mendongak ada juga Taylor Shen. Ini kedua kalinya ia menatap istrinya itu sejak tadi berlari masuk ke vila. Baru melihat sebentar, ia dikejutkan lagi oleh teriakan sakit Angelina Lian. Keringat dingin langsung memenuhi jidatnya. Ia berteriak pada Christian: “Dokter keluarga sudah datang belum?”

Yang diteriaki maju selangkah dan menjawab pelan: “CEO Shen, dokter keluarga tengah dalam perjalanan. Nona Tiara, bertahan sebentar lagi ya, dokter segera tiba.”

Darah segar terus mengalir membasahi lantai. Angelina Lian daritadi tidak berucap satu kata pun pada Tiffany Song. Wanita itu kembali menatap Taylor Shen, lalu kehilangan kesadaran.

Tiffany Song menunduk melihat para tamu yang menunjuk-nunjuk dirinya dengan tatapan tidak bersahabat. Ia sudah menjadi seorang iblis psikopat pembunuh orang. Para tamu langsung menghakiminya seperti ini tanpa tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya.

Tubuhnya bergidik dan ia berkeringat dingin. Tiffany Song menoleh ke depan sedikit dan melihat Taylor Shen yang berlutut di hadapan Angelina Lian. Ia ingin tahu apakah Taylor Shen juga percaya ia mendorong Angelina Lian atau tidak……

Stella Han muncul dari kerumunan. Ia pertama melihat Angelina Lian yang terbaring di lantai. Ia sama sekali tidak peduli dengan wanita ini. Stella Han lalu mendongak menatap Tiffany Song yang berdiri sendirian di bordes tangga lantai dua. Yang ada di bawah semuanya tamu-tamu yang membicarakan dia. Ia sangat iba pada Tiffany Song, jadi memutuskan naik dan memegang tangannya.

Tiffany Song langsung menangis terharu menyambut kedatangannya. Sekali pun seluruh dunia bermusuhan dengan dia, sahabat baik tetap akan selalu ada di sisi. Teman seperti ini sungguh tidak ternilai harganya.

Tiffany Song berusaha tersenyum. Stella Han mengeratkan genggamannya dan berujar serak: “Kamu jangan tersenyum. Aku melihat senyummu malah jadi iba.”

Stella Han tidak tahu apa-apa. Ia tidak tahu mengapa Angelina Lian bisa terbujur di lautan darah, juga tidak tahu mengapa Tiffany Song bisa ditunjuk-tunjuk para tamu. Ia hanya tahu sekarang Tiffany Song butuh ditemani dan diberi suntikan semangat.

Air mata Tiffany Song mengalir keluar dari kedua mata. Saat ini, yang bisa menemaninya tanpa syarat apa pun hanya Stella Han. Pria yang tadi sebelum berpisah sempat bilang cinta padanya saja tidak begini.

Jordan Bo berdiri di depan kerumunan dan mendongak menatap kedua wanita. Ia sama sekali tidak memanggil Stella Han dan membawanya pergi.

Dokter keluarga akhirnya tiba. Ia memasangkan perban ke kepala Angelina Lian. Luka di kepala belakangnya cukup parah, bahkan tulang tengkoraknya yang putih-putih bisa terlihat jelas. Dokter itu kemudian menyuntikkan suntikan tetanus dan suntikan pereda nyeri. Sisanya mau tidak mau harus tunggu ambulans datang.

Tuan Besar Shen memandangi dokter keluarga dengan khawatir: “Bagaimana, Dok?”

“Luka Nona Tiara sangat serius. Aku sudah memberi suntikan tetanus dan suntikan pereda nyeri, pengobatan lanjutannya harus tunggu pihak ambulans. Biarlah nanti dokter ahli yang mengobati,” tutur dokter serius.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu