You Are My Soft Spot - Bab 151 Tiara yang Sebenarnya (3)

“Maumu apa sih sebenarnya?” tanya Tiffany Song.

Taylor Shen menatap Tiffany Song tanpa bicara. Beberapa lama kemudian, Tiffany Song akhirnya mengalah. Biar Taylor Shen cepat pergi, ia meniup-niup air dalam gelas the itu. Taylor Shen mengganti-ganti saluran televisi sambil tetap sesekali mengamati Tiffany Song. Ia agak kesal wanita itu ingin mengusirnya sampai meniup air begini rupa.

Taylor Shen tidak akan membiarkan kainginan Tiffany Song terkabul. Mungkin malam ini ia ingin bermalam di sini.

Setelah merasa suhu air sudah cocok untuk diminum, Tiffany Song menyodorkan gelas itu pada Taylor Shen: “Sudah mendingin airnya, cepat minum.”

Taylor Shen menerimanya dan menyeruputnya sedikti-sedikit. Tiffanny Song dalam hati ingin sekali mencekoki Taylor Shen air itu biar cepat habis. Setengah jam berlalu, dan Taylor Shen masih belum kelar juga dengan urusan minumnya.

Tiffany Song heran melihatnya. Ia mengucek-ngucek mata sambil berkata: “Nanti kalau sudah habis cepat pulang. Aku tidur dulu.”

Taylor Shen mengamati Tiffanny Song pergi sambil tersenyum tipis. Kalau mau adu tabah-tabahan, Tiffany Song kalah jauh darinya. Ia menaruh gelas di meja teh dan lanjut menonton televisi.

Ponselnya tiba-tiba berdering. Ia mengangkatnya dan berjalan ke kaca jendela. Dari sini, ia bisa melihat pemandangan kompleks apartemen. Ia bertanya, “Bagaimana penyelidikannya?”

“CEO Shen, kami sudah menemukan fotografer foto itu. Dia bilang memang dialah orang yang memotret foto di depan Panti Asuhan Bahagia Harapan Indah itu.” Dari seberang sana terdengar suara Eden Zhu yang sangat antusias.

“Lanjutkan.” Taylor Shen tanpa sadar mengencangkan pegangannya pada ponsel. Sampel sudah dikirim, namun masih butuh beberapa waktu untuk bisa melihat hasil tes DNA-nya. Laporan Eden Zhu ini kira-kira akan jadi penyelamat hubungannya dengan Tiffany Song atau malah akan membuat jurang pemisah di antara mereka jadi semakin lebar?

“Dia bilang, demi memotret anak-anak panti, ia memang menetap di Panti Asuhan Bahagia Harapan Indah. Ia sangat ingat ada dua anak perempuan yang diadopsi oleh pengunjung. Yang pertama diadopsi seorang wanita tua, sementara yang kedua diadopsi keluarga bermarga Lian. Yang belakangan itulah Nona Tiara yang ditinggalkan di depan gerbang panti.”

Taylor Shen mengernyitkan alis, “Marga Lian?”

“Benar, si pengadopsi Nona Tiara bilang dia berasal dari Keluarga Lian yang berdomisili di Kota Tong. Waktu itu ia sempat memotret mereka sebagai kenang-kenangan. Ia masih menyimpan fotonya itu sampai saat ini dan telah menyerahkannya padaku. CEO Shen, besok pagi aku akan tunjukkan foto itu padamu.”

“Baik, Eden Zhu. Terima kasih.” Taylor Shen mematikan telepon. Jantungnya berdebar kencang. Kalau foto saat itu masih tersimpan, kalau pun ingatannya sudah kabur, begitu melihat foto itu, ia pasti akan langsung mengenali Tiara.

Taylor Shen menekan dadanya dan dalam hati berdoa. Semoga Tiffany Song bukan tiara, harus bukan. Ia sungguh tidak ingin merasa bersalah seumur hidup karena sudah berhubungan intim dengan adiknya sendiri.

Keesokan harinya, begitu Tiffany Song bangun, Taylor Shen sudah tidak ada di apartemennya. Melihat gelas teh sudah habis, Tiffany Song membawanya ke dapur untuk mencucinya.

Tiffany Song mencuci gelas itu sampai bersih, meletakannya di lemari piring, lalu bergegas ke kamar mandi untuk mandi.

Seusai kamar mandi, Tiffany Song ganti pakaian pergi. Ketika keluar dari kompleks apartemen, ia menjumpai sebuah mobil sedan di depan. Menyadari kehadiran Tiffany Song, kaca mobil dibuka dan terlihatlah wajah gelisah Karry Lian dari dalam.

Tiffany Song kaget melihat Karry Lian. Ia segera menghampirinya, “Karry Lian, ada urusan apa kamu di sini?”

Karry Lian menatapnya lekat-lekat, “Tiffany Song, ada waktu?”

Tiffany Song melihat jam. Ini sudah hampir jam kerja. Ia menjawab: “Aku mau buru-buru berangkat kerja. Ada urusan apa?”

“Aku antar kamu deh.” Karry Lian keluar dari mobil dan membukakan kursi penumpang depan untuk Tiffany Song. Tiffany Song berfirasat Karry Lian pasti ada masalah, kalau tidak tidak mungkin ia kemari pagi-pagi begini.

Tiffany Song tanpa ragu masuk ke mobil. Setelah Karry Lian kembali ke kursi supir, ia memulai perbincangan: “Raut wajahmu kurang begitu bagus. Belakangan banyak masalah ya di kantor?”

“Iya. Aku rasa aku tidak layak kerja kantoran begini.” Wajah Karry Lian kini terlihat murung, tidak penuh percaya diri seperti yang biasanya.

“Mana mungkin? Kamu itu sangat berbakat, kamu pasti mampu mengerjakan urusan-urusanmu dengan sangat baik,” Tiffany Song berusaha menenangkan.

Karry Lian tiba-tiba tersenyum, “Semua orang mempertanyakan kemampuanku, hanya kamu yang begitu percaya diri denganku. Tiffany Song, aku sangat khawatir, khawatir aku tidak sehandal yang kau bayangkan, khawatir kamu akan kecewa padaku.”

“Karry Lian, kamu jangan berpikir terlalu jauh. Bukankah memang tiap bidang pekerjaan punya kerumitannya masing-masing? Kamu barangkali hanya butuh waktu lebih lama sedikit untuk bisa menguasainya. Kamu sangat pintar, buktikan pada orang-orang yang meragukanmu bahwa keraguan mereka salah. Jangan rendah diri begini.” Tiffany Song terbiasa dengan wajah Karry Lian yang percaya diri. Melihatnya murung seperti ini, ia sungguh merasa asing.

“Aku bahkan tidak percaya pada diriku sendiri, mengapa kamu sepercaya itu pada aku?” Karry Lian mendesah pasrah.

Tiffany Song menyemangati: “Karena kamu seorang Karry Lian. Aku yakin kamu bisa mengalahkan semua tantangan dan kesulitan yang menghadangmu.”

Karry Lian menggeleng sambil tersenyum: “Semalam, ketika keluar dari rumah kediaman keluarga Lian, aku sungguh mirip orang linglung. Aku tidak tahu harus pergi ke mana. Pada akhirnya, aku menghentikan mobilku di Vanke City dan bertemu denganmu barusan. Hatiku kini sudah lebih baikan karena motivasi-motivasi darimu. Tiffany Song, terima kasih kamu selalu menjadi teman yang setia bagiku. Terima kasih kamu selalu menyemangati dan menenangkanku.”

“Tidak perlu sungkan, teman pada dasarnya memang harus saling mendukung. Kamu sudah menolongku dalam banyak hal dan menyelamatkanku dari situasi sulit, jadi anggap saja momen ini sebagai momen aku balas jasamu. Sekarang imbang yah,” ledek Tiffany Song. Ia sungguh tidak ingin diberi ucapan terima kasih dari temannya sendiri.

Kalau masih jadi pengacara, Karry Lian pasti tidak akan semurung sekarang. Ia akan berdiri di pengadilan dengan wajah penuh percaya diri dan tajam. Ia akan tetap jadi Karry Lian yang berwibawa dan penuh semangat.

Kalau dipikir-pikir, Tiffany Song juga punya peran dalam menciptakan kemurungan ini.

“Ternyata ideku untuk mencarimu tepat. Hanya kamu yang bisa membangkitkan semangatku. Tiffany Song, aku sungguh merasa beruntung bisa mengenalmu,” balas Karry Lian.

Mobil tanpa terasa sudah tiba di depan gedung Shen’s Corp. Melihat Karry Lian sudah kembali menemukan semangat, Tiffany Song turun dari mobil dengan lega. Sambil mengepalkan tangan tanda memberi semangat, Tiffany Song menutup pembicaraan: “Karry Lian, semangat ya. Aku percaya kamu pasti bisa.”

Karry Lian mengangguk, “Iya.”

Tiffany Song melambaikan tangan dan bergegas pergi. Senyum langsung hilang dari wajahnya ketika berbalik badan. Melihat gedung Shen’s Corp, hatinya terasa gelisah. Meski sudah memutuskan menyerahkan diri pada nasib, tetapi setiap kali mau berjumpa Taylor Shen, ia harus mengumpulkan keberanian yang sangat besar dulu baru sanggup menghadapinya.

Tiffany Song membuang nafas panjang, lalu berjalan masuk ke gedung.

Melihat bayangan tubuh Tiffany Song yang perlahan menjauh, Karry Lian refleks mengulurkan tangan, tetapi yang bisa ia gapai hanya udara kosong. Teringat ocehan Kakek padanya semalam, punggung Karry Lian terasa sakit.

Ia merasa punggungnya bak dicambuk berkali-kali. Ia tidak boleh lupa dengan masalah yang Shen’s Corp, khususnya Taylor Shen, sebabkan pada dirinya.

Karry Lian mendongak menatap dua bangunan gedung di hadapannya. Bangunan itu megah sekali bagaikan istana. Ia teringat hubungan darah Taylro Shen dengan Tiffany Song. Hubungan darah itu tetap tidak bisa menghindari Taylor Shen dari cintanya pada Tiffany Song. Kelemahan Taylro Shen adalah Tiffany Song, dan hanya Tiffany Song lah yang bisa bikin pria itu kacau.

Taylor Shen, terima kasih sudah membiarkanku tahu kelemahanmu.

Karry Lian mengalihkan pandangan ke kaca depan mobil dan kembali melajukan mobil. Sedan hitam yang ia kendarai segera menghilang di ujung jalan bak roket yang lenyap di angkasa.

……

Taylor Shen pagi-pagi keluar dari Sunshine City dan langsung bergegas ke kantor. Ketika ia keluar dari lift di lantai ruang kerjanya, Eden Zhu sudah ada di sana. Ia segera menghampiri pria itu, “Sudah bawa fotonya?”

“Sudah, CEO Shen. Kali ini tidak mungkin ada kekeliruan apa pun.” Eden Zhu mengangguk dan bersama-sama dengannya masuk ruang kerja. Dari kantongnya, Eden Zhu kemudian mengeluarkan sebuah amplop putih dan menyerahkannya pada Taylor Shen.

Taylor Shen menerima amplop itu. Ia merasa amplop ini sangat berat karena akan sangat menentukan kelanjutan cintanya dengan Tiffany Song. Setelah mempersilahkan Eden Zhu duduk, ia pun membuka amplop dan mengeluarkan dua foto yang ada di dalamnya.

Kedua foto sudah menguning karena termakan zaman. Untung saja kedua foto itu dijaga dengan baik jadi hanya bagian sisi-sisinya saja yang memudar. Taylor Shen melihat foto pertama. Dalam foto itu, ada seorang nyonya tua memeluk dua anak perempuan. Kedua anak itu mengenakan dress dan ikat rambut yang sama, juga sama-sama bermata sipit. Mereka sudah seperti kembaran saja.

Salah satu anak mengenakan jerumbai berwarna dan tersenyum lebar ke kamera, sementara satu anak lainnya tidak mengenakan apa-apa. Sekali lihat, Taylor Shen langsung sadar yang tidak mengenakan jerumbai berwarna lah yang merupakan Tiara, adik yang sudah ia cari-cari dua puluh tahun lebih.

Rasa gembira Taylor Shen membuncah teringat adiknya. Ia kemudian melihat foto yang kedua. Di foto itu seorang pria merangkul seorang anak perempuan. Anak perempuan itu sudah berganti pakaian. Taylor Shen bisa mengenali anak perempuan ini adalah Tiara, sementara pria yang memeluknya itu adalah Arvin Lian.

Tiara ternyata benar-benar diadopsi orang!

Taylor Shen bangkit berdiri sambil terkejutnya. Ia menoleh ke Eden Zhu dan bertanya gugup: “Eden Zhu, kamu yakin tidak ada kesalahan sama sekali dengan foto ini?”

“Yakin, foto ini aku dapatkan langsung ketika membongkar ribuan foto lama hasil jepretan si fotografer itu. CEO Shen, kamu kenal pria yang mengadopsi Nona Tiara ini? Bukankan dia anak tertua keluarga Lian, Arvin Lian?” Ketika membongkar foto, saat mendengar nama keluarga Lian dari Kota Tong, Eden Zhu langsung teringat di kota itu memang hanya ada satu keluarga yang bergelar keluarga Lian. Ia tidak kenal Arvin Lian secara pribadi, tetapi ia sempat dengar beberapa tahun yang lalu ia dan istrinya meninggal dalam kecelakaan mobil.

Kecelakaan ini membuat Kakek Lian marah besar dan mengusir Angelina Lian dari rumah dengan mengirimnya ke Amerika. Ia selamanya tidak diizinkan kembali ke Kota Tong lagi.

“Tiara… ternyata Tiara ada di sekitarku selama ini dan aku tidak menyadarinya sama sekali. Aku sungguh bodoh!” Taylor Shen memandangi foto itu lekat-lekat. Ia tidak bisa mendeskripsikan suasana hatinya saat ini. Tiffany Song bukan Tiara, dan itu membuatnya lega. Yang jadi masalah adalah mengapa Angelina Lian lah yang merupakan Tiara. Bagaimana mungkin Angelina Lian adalah Tiara?

Persis pada momen ini, ponsel Taylro Shen berdering. Ia mengangkat, “Kakak Tertua, ada urusan apa sepagi ini?”

“Adik Keempat, sampel yang diberikan Tiffany Song pada Stella Han waktu itu sepertinya sempat ditukar seseorang. Sebelum Stella Han pergi ke kantor Badan DNA Pengadilan, ia sempat berkunjung ke tempat Karry Lian. Aku curiga Karry Lian sudah menukar sampelnya. Dengan kata lain, Karry Lian sebenarnya tahu siapa Tiara yang asli.”

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu