You Are My Soft Spot - Bab 277 Jangan Bertahan di Kota Tong

Sebuah rumah sakit swasta mewah.

Rumah sakit ini memiliki tingkat kerahasiaan yang sangat tinggi. Hanya orang kaya dan terpandang yang bisa berobat di sana. Rumah sakit menjamin data pasien tidak bakal tersebar ke orang luar sedikit pun.

Lantai enam rumah sakit sudah disewa oleh satu pihak. Selain satu dokter kepala dan dua perawat, tidak boleh ada orang yang datang ke sana. Semua pintu yang bisa mengarah ke lantai enam juga digembok, jadi akses ke sana hanya melalui lift saja. Di depan lift, ada dua orang pengawal pribadi berpakaian hitam-hitam yang berjaga sepanjang hari.

Sekalinya ada orang yang mencoba keluar di lantai itu, mereka bakal langsung menyuruhnya masuk lift lagi dan pergi ke lantai lain.

Waktu kedua pengawal pribadi tengah berdiri dengan penuh konsentrasi, sepasang pintu lift perlahan terbuka. Sesosok pria tinggi berdiri di tengah lift dengan empat orang pengawal pribadi yang berjaga di kedua sisi.

Melihat sosok yang datang, kedua pengawal pribadi menyingkir ke samping dan menyapa penuh hormat: “Tuan Muda.”

Si pria mengangguk. Pria itu mengenakan jas putih dengan mantel abu-abu di luarnya. Wajahnya datar tanpa senyum. Sekeluarnya dari lift, si pria melangkah cepat ke ruang pasien yang ada di ujung lorong jalan.

Di dalam ruang pasien itu terbaringlah seorang wanita. Tubuh si wanita terlihat sangat lemas, air mukanya juga lemah. Di sebelah si wanita, ada seorang pria yang tengah menyandarkan kepala di kedua tangan yang diletakkan di ranjang. Mendengar langkah sepatu mendekat, pria itu langsung bangkit berdiri dan menatap pintu yang bakal segera terbuka dengan was-was.

Waktu pintu terbuka dan sosok yang datang memunculkan diri, sekujur tubuhnya yang tegang langsung merileks, “Eh, tumben sekali datang.”

Si pria menghentikan langkah di sebelahnya. Sambil mengamati wanita yang terlelap pulas di ranjang pasien, pria itu bertanya: “Bagaimana keadaannya?”

Silver Eagle ikut menoleh ke si wanita. Disekap setengah bulan oleh Taylor Shen, tubuh Angelina Lian mengalami penderitaan yang luar biasa. Sejak dikirim ke luar negeri dan dilepaskan oleh orang-orang Tyalor Shen, ia berulang kali pingsan tanpa sebab. Melihat raut wajah si wanita yang tidak berdaya, ia berkomentar, “Taylor Shen sangat kejam. Bagaimana pun juga, Angelina Lian punya jasa pada dirinya. Tindakan Taylor Shen untuk menyekapnya sangat sinting.”

Karry Lian tersenyum sinis, “Para anggota keluarga Shen dari dulu memang tidak pernah ingat hutang budi pada orang lain. Waktu kita memutuskan menjadikan Angelina Lian umpah, seharusnya kita sudah memikirkan apa yang akan ia hadapi di kemudian hari. Beruntung Taylor Shen tidak bertindak sampai maksimal, kalau tidak mana mungkin kita sekarang bisa lihat Angelina Lian terbaring di sini dengan tangan dan kaki yang masih lengkap?”

Silver Eagle kehabisan kata-kata. Berselang beberapa saat, ia menanyakan sebuah topik lain: “Bagaimana rencanamu berikutnya? Sepertinya momennya kurang lebih sudah tepat.”

“Belum, masih jauh sekali dari tepat. Aku ingin melihat Taylor Shen kehilangan segalanya dan membuat Tiffany Song jatuh dalam dekapanku.” Tatapan mata Karry Lian menyiratkan rasa ingin menguasai yang sangat kuat. Ia tahu betul bagaimana cara memutuskan perasaan Vero He pada Taylor Shen. Berhubung si wanita masih punya perasaan pada si pria, ia membiarkan mereka kembali bersama. Setelah itu, dia akan membuat Vero He melihat sendiri bagaimana perubahan pria yang pernah dicintainya dulu sekarang. Cintanya pasti bakal langsung padam, tidak mungkin tidak!

Dengan begitu, waktu jatuh dalam pelukannya, Vero He hanya akan cinta pada dirinya seorang dan tidak ingat Taylor Shen sama sekali lagi!

Silver Eagle menoleh ke pria yang sangat berdaya juang di sebelahnya. Benaknya agak risih. Hanya demi mendapatkan seorang wanita, dia sudah menggunakan segala macam cara baik yang legal mau pun yang ilegal. Gila!

Meski sekarang risih, dia terkadang juga iba pada Karry Lian. Cinta Karry Lian yang sangat ambisius dan berapi-api itu sampai sekarang masih nihil hasilnya. Dari dulu sampai sekarang, Vero He tetap saja tidak jatuh cinta padanya.

“Uhuk, uhuk, uhuk!” Angelina Lian terbangun oleh batuk. Silver Eagle buru-buru menuangkan segelas air putih dan mendudukkannya, “Minum dulu. Kamu sudah tidur terlalu lama.”

Si wanita bersandar pada tubuh Silver Eagle dan menegak air sampai habis. Rasa kering di tenggorokan dia akhirnya terobati. Ia lalu menoleh ke pria di sebelah Silver Eagle dan bertanya, “Kakak, kok kamu ada di sini?

Dengan wajah penuh perhatian yang sangat jarang dimunculkan, Karry Lian bertanya balik, “Kamu tidak apa-apa kan? Kali ini kerja kerasmu patut dipatungi jempol.”

Mata Angelina Lian memanas. Dia dari dulu belum pernah mendengar kakak berucap selembut ini. Wanita itu menggeleng sambil mengedip-ngedipkan mata untuk mencegah air mata menetes, “Tidak perlu lah, aku melakukannya dengan senang hati kok.”

“Kedepannya laluilah hari dengan tenang, tidak usah ikut-ikutan semua ini lagi.” Si pria menambahkan, “Tunggu kamu sembuh, nanti aku suruh Silver Shadow membawamu ke tempat mana pun yang ingin kamu kunjungi. Pokoknya, jangan bertahan di Kota Tong.”

Wajah si wanita sontak memucat. Ia refleks mendekatkan diri pada kakaknya dan menarik kerah bajunya dengan panik: “Kakak, jangan begitu. Apa ada sesuatu yang aku kerjakan dengan kurang bagus? Apa aku sudah mengacaukan rencanamu? Jangan usir aku ke luar negeri.”

Karry Lian menurunkan mata dan melirik tangan si wanita yang menarik kerah bajunya. Dari kecil sampai sekarang, cinta dan perhatian yang ia berikan pada adiknya ini sangat kurang. Waktu kakek mau mengirimnya ke luar negeri, dia juga tidak membelanya. Sekarang, melihat Angelina Lian menderita gara-gara keegosian dirinya sendiri, ia memutuskan untuk berhenti memperalatnya. Ia tidak mau adiknya itu makin menderita lagi hanya untuk memuluskan usahanya merebut Vero He.

Karry Lian melepaskan tangan Angelina Lian dengan perlahan, “Pergilah. Lupakan semua yang ada di sini dan mulai hidup baru dari nol.”

Setelah berucap ini, pria itu berbalik badan dan melangkah ke pintu ruang pasien.

Angelina Lian menatap bayangan tubuh kakaknya yang menjauh dengan tidak senang, “Kakak, aku tidak mau pergi. Aku belum melihat nasib Tiffany Song selanjutnya, juga belum melihat Taylor Shen menjomblo sampai tua. Aku tidak mau pergi, jangan usir aku.”

Karry Lian mengangkat tangan dan memegang engsel pintu. Satu detik kemudian, ia menekan engsel itu dengan kasar dan berjalan keluar dengan langkah cepat.

Si adik terbujur lemas di ranjang pasien. Kepribadian Karry Lian memang tidak mudah ditebak. Ketika ia mengganggu Vero He waktu itu, kakak pernah memukulnya dengan ikat pinggang sekali. Saat itu juga, ia langsung tahu bahwa dia tidak boleh melawan keputusannya.

Tetapi, di sisi lain, dia sama sekali tidak senang kalau harus melepaskan semua ini dan memulai kehidupan baru yang tenang. Dia mau tinggal di sini untuk melihat Taylor Shen disakiti dan ditinggalkan oleh Vero He, juga mau melihat mereka saling bunuh-bunuhan. Kalau dia tidak bisa mendapatkan Taylor Shen, maka tidak boleh ada wanita yang mendapatkannya juga.

Melihat Angelina Lian menangis dengan bahu yang bergetar, Silver Eagle menahan bahunya dan berusaha menenangkan, “Dia sudah pergi, jangan menangis.”

Si wanita menghempaskan tangannya dengan marah, lalu menatapnya dengan mata merah: “Kamu juga pergilah sana. Aku tidak mau melihatmu.”

Tangan Silver Eagle tertahan di udara kosong. Wajahnya berubah muram. Pria itu sempat mengepalkan tangan untuk memberi pelajaran pada Angelina Lian, beruntung dia terpikir kondisi si wanita yang lagi lemah dan mengulurkan niatnya. Ia melampiaskan ketidaksenangannya dengan kata-kata saja: “Sudah disekap Taylor Shen berhari-hari, kamu belum belajar bagaimana bersikap cuek dan pasrah? Apa kamu harus disekap lebih lama lagi?”

Angelina Lian tiba-tiba tertawa kencang sambil menatapnya. Nada bicara wanita itu mengandung sindiran pada diri sendiri sekaligus kebencian, “Kalau aku tidak bersikap cuek dan pasrah, mana mau aku naik ranjang dengan hewan buas macam kamu ini?”

Silver Eagle: “……”

Si pria mengerti mengapa si wanita bisa bicara begitu. Waktu itu, dia anggota kawanan yang memperkosanya. Ketika tiba gilirannya, si wanita sudah teler saking kelelahannya. Ia awalnya mau batal memerkosanya, namun dipaksa orang-orang lain.

Entah karena rasa bersalah atau apa, Silver Eagle selama berhari-hari terus memikirkan si wanita. Ketika ia menjumapi Angelina Lian lagi, benaknya baru bisa kembali normal dan tenang.

Ini karma sih…… Dulu dia sudah memperkosa Angelina Lian, sekarang dia dihina olehnya.

Silver Eagle terpancing emosi lagi dengan tawa dan sindiran Angelina Lian. Pria itu tersenyum dingin, “Berhubung kamu sudah menjulukiku hewan buas, maka aku akan buktikan aku memang benar-benar buas! Jangan sesali kata-katamu sendiri!”

Si pria kemudian melepaskan ikat pinggang dan menurunkan resleting celana. Setelah itu, dia menindih si wanita di atas ranjang kencang-kencang.

Angelina Lian tidak menyangka Silver Eagle bakal bertindak seimpulsif ini. Ia ditindih sampai tidak bisa bergerak sama sekali. Dengan sisa kedua tangan, ia mendorong-dorong dada si pria sambil memukul-mukul, “Hei pria cabul, lepaskan aku!”

Silver Eagle mencengkeram kedua tangan Angelina Lian, lalu mengikatnya dengan ikat pinggang yang barusan dilepas. Sembari menciumi wajahnya, ia bertanya nakal, “Bukankah hatimu kosong? Bukankah kamu butuh pria? Baik, aku puaskan kamu. Kita lihat apakah kamu masih punya tenaga untuk memikirkan pria lain.”

……

Sepanjang hari, Vero He sibuk mengurusi ini dan itu. Ketika ditelepon Taylor Shen pada pukul lima sore, ia baru ingat nanti malam ada janji. Dengan rasa bersalah, ia mengabarkan: “Sepanjang hari sibuk kerja, aku jadi lupa meneleponmu. Malam ini aku ada janji dengan orang.”

“Kamu ada janji dengan siapa? Boleh aku melihat orangnya?” tanya si pria was-was. Dia sendiri sudah tiba di parkiran bawah tanah Parkway Plaza.

Si wanita menolak, “Tidak ah, maaf. Kamu pulang saja, aku hari ini bermalam di rumah kediaman keluarga He.”

Vero He untuk sementara waktu tidak mau tinggal di Sunshine City untuk mencegah Jacob Shen merasa tidak nyaman Apalagi, dia sendiri juga ingin menelusuri lebih lanjut soal Erin dan kakaknya. Bermalam di rumah kediaman keluarga He adalah cara yang paling efektif untuk motif kedua.

“Kalian bakal ketemuan di mana? Aku bisa duduk di meja sebelah dan menunggu kalian sampai kelar. Aku janji tidak bakal menganggu sedikit pun, anggap saja aku orang asing,” tawar Taylor Shen lagi. Jelas-jelas tadi pagi baru berjumpa, sekarang dia sudah kangen lagi. Ia sungguh berharap Vero He bisa terus ada di sisinya biar bisa menatapnya tiap ingin.

Si wanita kembali menolak, “Kalau ada kamu, konsentrasiku bakal terganggu. Kamu pulang saja, oke?”

“Ya sudah deh,” jawab Taylor Shen dengan diikuti buangan nafas pasrah. Ia entah mengapa merasa seperti hewan peliharaan yang diterlantarkan pemiliknya sendiri. Menyadari Vero He mau mematikan telepon, ia buru-buru meminta sesuatu: “Cium dulu baru matikan.”

Vero He terhenyak dengan pipi yang memerah. Ia menyapukan pandangan ke seluruh sudut ruang kerja. Setelah yakin betul dirinya memang hanya sendirian, ia mendekatkan ponsel ke bibir dan membuat suara kecupan: “Muah!”

Hati si pria puas dan berbunga menerima kecupan. Ia membalas kecupan juga, lalu mematikan telepon.

Pipi Vero He masih saja merah. Usia mereka kalau ditotal sudah mencapai angka tujuh puluhan, kok bisa-bisanya masih melakukan hal kekanak-kanakkan begini ya? Ia menaruh ponsel di meja, menepuk-nepuk pipinya dengan harapan kemerahannya bisa segera dihilangakan, dan mengangkat gagang telepon internal kantor. Wanita itu memanggil Erin untuk datang ke ruangannya.

Yang dipanggil dengan segera menampilkan diri. Asisten itu berdiri di depan meja kerja bosnya dan bertanya: “Nona He, ada urusan apa mencariku?”

“Soal persetujuanmu tadi pagi, aku sudah menjadwalkan pertemuan antara kamu dan seorang pria. Erin, kamu putuskan sendiri mau menemuinya atau tidak,” tutur Vero He.

Karena kejadian tadi pagi, hati Erin gelisah sepanjang hari. Ia tidak tenang kalau harus terus berhubungan dengan James He, tetapi lebih tidak tenang lagi kalau berkenalan dengan pria baru. Meski begitu, demi bisa melepaskan diri secepatnya dari James He, ia dengan sangat terpaksa harus mengambil kesempatan ini. Wanita itu menjawab, “Mau.”

Vero He menyadari keterpaksaan Erin dari ekspresinya. Ia berjalan ke hadapan si asisten dan menggenggam tangannya, “Erin, kalau kamu tidak mau, jangan paksakan diri.”

“Tidak apa-apa, Nona He. Aku mau!” balas Erin dengan senyum yang dipaksakan. Ia dan James He benar-benar tidak bisa lanjut begini. Mama tidak bakal bisa menerima hubungan ini, begitu pun Felix He dan Nyonya He. Cepat-cepat mencari jodoh adalah hal terbaik untuk memutus semuanya.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu