You Are My Soft Spot - Bab 202 Malam Ini Tinggal Temani Aku (1)

Vero He menekan keningnya sesaat, setengah bulan ini, Stella Han bukan pertama kali membuat keributan ingin bertemu dengannya, tidak peduli bagiamana menghindarinya, Dia tetap tidak menyerah, tidak bertemu Dia tidak akan menyerah begitu saja.

Tekad luar biasa seperti ini. Dia kembali tidak bertemu dengannya, lalu terlihat tidak berperasaan.

“Bawa Dia ke ruangan pertemuan tamu.” Vero He dengan datar berkata, mengerti terus menghindar juga tidak ada cara, malah lebih baik langsung menghadapinya.

Erin melihatnya sekilas, melihat tampilan kelelahannya, ada seorang sahabat baik seperti ini, kadang kala bagi dirinya juga adalah sebuah beban. Dia menghindar tidak menemui, sebenarnya adalah sedang melindunginya, tidak ingin dengan sendiri melukainya.

Stella Han dibawa oleh Erin menunggu di ruangan pertemuan tamu, di dalam ruangan kaca. Bahkan sekat setiap ruangan menggunakan kaca memisahkan, cahaya matahari menyinar turun, disini mewah, bisa bekerja di tempat yang penuh khayalan seperti ini, takutnya juga adalah hal yang membahagiakan.

Di dalam ruangan pertemuan tamu, Vero He berdiri di depan jendela, bayangan punggung itu suram kesepian. Seperti sedang berada di ujung tebing, setiap saat bisa terjatuh ke bawah, lalu kembali tidak bisa bertemu dengannya. Stella Han tiba-tiba melihat Dia yang seperti ini, hati yang dipenuhi oleh emosi telah berubah menjadi kasihan, “Tiffany……”

Dia baru saja memanggil namanya, lalu teringat sesuatu, Dia segera merubahnya, “Nona He, lama tidak berjumpa!”

Vero He sepasang tangan di depan dada, Dia membalikkan badan dengan tenang melihat Stella Han. Sudah hampir tujuh tahun, karena sebagai seorang ibu, Dia berubah menjadi lebih cantik lebih tenang, bahkan aura kesombongan di keningnya juga sudah di simpan.

Dia memakai sebuah kaos putih. Diluar ditutupi oleh sweater warna merah lampion, menunjukkan setengah pergelangan tangan, di pergelangan tangannya masih memakai jam tangan yang indah, 25 serpihan mutiara halus, memantulkan cahaya yang menyilaukan mata. Dibawah tubuhnya adalah sebuah celana jeans biru gelap, kelihatan sangat sederhana dan fashion.

Seluruh tubuhnya menunjukkan sebuah rasa elit, hanya diantara keningnya menunjukkan kelembutan yang dalam, diam-diam melembutkan aura kuat ditubuhnya.

Dengar-dengar kematiannya tujuh tahun yang lalu, menjadi sebuah rumput yang menghancurkan pernikahannya dengan Jordan Bo, Dia benar-benar putus dengan Jordan Bo. Bahkan saat masa kehamilan juga hidup berpisah dengan Jordan Bo.

Stella telah merestui pertemanan, malah telah menyia-yiakan cintanya, Dia bagaimana bisa tidak mengerti Dia telah berkorban seberapa banyak untuknya.

Vero He begitu berpikir sampai disini, benar sangat ingin menanyakannya, kenapa berbuat seperti ini? Disaat semua orang melepaskannya, kenapa Dia masih ingin seperti ini menyiksa diri sendiri demi dirinya?

Tapi tidak bisa diucapkan, hanya ada rasa terima kasih, bersyukur terhadap segala sesuatu yang telah Dia perbuat untuk dirinya.

Stella Han berdiri di tempat, menatap wanita di hadapannya. Dia tepat sesekali menatapnya, pandangan itu membuat Dia sedikit merinding, Dia menyipitkan mata, dengan datar tersenyum : “ Nona He melihat aku seperti ini, sedang memikirkan bagaimana mengirimkan aku ke kantor polisi?”

Vero He kembali tersadar, Dia mengelengkan kepala, “Tidak akan, Tidak akan lagi.”

Hati Stella Han menjadi aneh, Dia menatap matanya membuat Dia memiliki beberapa rasa familiar, tapi sesaat saja lalu lenyap tidak bersisa, tidak bisa kembali dicari, Dia tersenyum berkata: “Benar aku yang telah mengganggumu, Tiffany sekejam apapun, juga tidak akan mengirimkan aku ke dalam penjara, kamu bukan dirinya.”

“Nona Han silahkan duduk.” Vero He jalan ke hadapannya, mengisyaratkannya duduk, Dia kepada Erin yang berdiri di pintu berkata: “Dua gelas kopi, kopi nona Han tambah dua sendok creamer, jangan pakai gula.”

Stella Han terkejut, selanjutnya mengangkat kepala memandanginya, tidak menduga Dia bahkan mengetahui seleranya, “Kamu bagaimana mengetahui aku tidak ingin gula?”

“Nona Han pernah menerima wawancara bukan begitu?” Vero He dengan datar berkata, juga tidak mengatakan wawancara apa, melihat di acara apa, atau melihatnya di atas majalah.

Stella Han sebagai pengacara perceraian, beberapa tahun ketenarannya di kota Tong sangat baik, Dia pernah menerima wawancara media, hanya saja Dia tidak mengingat, di wawancara media mana Dia pernah mengungkit Dia minum kopi tidak memakai gula, hanya ingin dua sendok creamer.

“Wawancara apa?”

“Sudah tidak ingat, kebetulan melihatnya saja, nona Han adalah wanita cantik, jadi aku memiliki kesan yang dalam.” Vero He duduk di seberangnya, cahaya matahari dari kubah menyinar turun, dipisahkan oleh lapisan kaca, dengan hangat menyinar di tubuh mereka, saat ini, cantik bagai dunia dewi.

Stella Han mengerti Dia kembali mempertanyakan, Dia hanya bisa memberikannya jawaban yang tidak jelas, Dia langsung tidak kembali menanyakan.

Tidak lama, Erin mengantarkan dua gelas kopi masuk, satu gelas adalah kopi hitam pekat, dicium adalah rasa yang pahit, masih ada satu adalah kopi Stella Han yang telah ditambah dua sendok creamer, warna kopi sedikit putih, memiliki aroma susu.

Stella Han dengan sopan berterima kasih pada Erin, Dia mengangkat gelas kopi, meyeruput seteguk kopi, aroma creamer menghancurkan kepahitan kopi, masuk kemulut sangat lembut. Dia mengangkat kepala, melihat Vero He mengangkat gelas kopi, dengan tidak bereskpresi menyeruput seteguk, Dia merasakan kepahitan untuknya, “Kamu dulunya tidak suka minum kopi hitam, merasa pahit. Kamu suka manis, harus tambah tiga buah gula petak dan dua sendok creamer, kamu mengatakan hidup memang pahit, untuk apa menyiksa selera.”

Vero He terkejut, tidak menduga perkataan yang Dia katakan Dia masih mengingatnya, Dia dengan tidak bereskpresi mengangkat mata melihatnya, “Adalah temanmu yang mirip denganku yang mengatakannya? Tapi aku malah merasa, hidup masih ada hari yang lebih pahit dari kopi, itu adalah kepahitan yang berapa banyak gelas kopi hitam juga tidak bisa membandinginya.”

“Benarkah? Dulu aku merasa hidup benar salah sangat penting, kemudian mengalami kematian seorang teman, aku baru menyadari, di depan benar dan salah ini, hidup yang paling penting.” Jempol Stella Han dengan pelan mengesek tubuh mug, di ujung jarinya datang sentuhan yang lembut, ini adalah porselen yang sangat baik.

“Kalau hidup seperti ini, yang merangkak keluar dari neraka bagiamana? Kamu masih merasa hidup yang paling penting?” Vero He memajukan tubuh meletakkan mug ke meja kaca, dengan datar memandanginya.

“Bagi diriku, kematian barulah neraka yang sebenarnya, hidup lebih baik dibandingkan apapun. Paling tidak disaat aku ingin bertemu dengannya, Dia masih bisa duduk bersama denganku berbincang disini, mendengar aku mengatakan perkataan yang tidak habisnya, itu sudah cukup.” Cahaya matahari menyinar di tubuhnya, di dalam warna merah yang hidup, ekspresi wajahnya dengan tidak jelas membawa kesedihan.

“Temanmu itu memiliki teman seperti dirimu ini, adalah hal yang paling bahagia seumur hidupnya.” Vero He dengan menghela berkata.

Stella Han meletakkan mug, Dia dengan tenang menatap Vero He, “Ada satu hal aku terus merasa aneh, sejak lima tahun yang lalu, setiap ulang tahun Evelyn, akan ada orang mengirimkan paket misterius, dan juga tidak ada nama pengirim dan alamat. Aku pernah mencari orang menyelidikinya, sama sekali tidak ada petunjuk. Aku pikir orang yang begitu peduli dengan Evelyn, Dia pasti hidup disisi kami, terus melihat kami.”

Ekspresi Vero He tidak ada perubahan sedikitpun, “Mungkin adalah temanmu, mungkin adalah ayah Evelyn, ini tidak ada yang perlu merasa aneh.”

“Aku juga pernah mencurigai ayah Evelyn, tapi Dia sama sekali tidak mengetahuinya, ditambah lagi pria sombong seperti dirinya itu, memberikan hadiah sama sekali tidak akan diam-diam, ini terlalu menyulitkannya.” Stella Han tetap menatap Vero He, ingin dari wajahnya mencari sedikit kecacatan, tapi apapun tidak ditemukan.

Vero He mengerti Dia sedang menyelidikinya, Dia dengan datar membuka bibir, “Itu mungkin adalah salah satu temanmu, tidak bisa membiarkanmu mengetahuinya, seperti tuan muda keluarga Guo.”

Raut wajah Stella Han berubah drastis, masa lalunya dengan Ned Guo, tidak ada beberapa orang yang mengetahuinya, termasuk Tiffany, Dia tidak pernah membicarakannya. Saat ini Dia dengan tidak peduli mengungkitnya, seperti telah menyentuh kelemahannya, Dia langsung bangkit, pandangannya tajam menatapnya, “Tiffany, benar tidak seorang pria telah menyia-yiakanmu, kamu lalu sepenuhnya memutuskan hubungan dengan seluruh orang di masa lalu?”

“Nona Han, aku sudah mengatakan, kamu sudah salah mengenali orang.” Vero He mengangkat kepala memandanginya, melihat di dalam matanya menekan amarah, hatinya menghela, Dia sama sekali tidak bermaksud menyakitinya.

Stella Han mengambil tasnya, tidak mengatakan sampai jumpa, lalu dengan penuh emosi membalikkan tubuh pergi.

Vero He meihat bayangan punggungnya yang menjauh, melewati satu per satu pintu kaca, lalu masuk ke dalam lift, Dia akhirnya menjadi lega. Dia menyimpan kembali pandangannya, jatuh di mug yang baru di minum seteguk.

Tidak tahu benar tidak kebetulan, mug adalah lukisan pensil sederhana dua orang anak kecil, di atas masih ada tulisan hitam kasar bertuliskan: Pertemanan Seumur Hidup!

……

Jordan Bo menerima telepon pelayan, mengatakan nyonya besar telah pulang, Dia segera meninggalkan semua orang yang sedang rapat, membiarkan wakil CEO sebagai pembawa, mengemudi mobil pulang. Ini adalah setelah enam tahun yang lalu selesai Dia melahirkan anak, pertama sekali kembali ke rumah mereka, arti untuk dirinya tidaklah sama.

Dia menerobos beberapa lampu merah sampai di rumah, sekilas langsung melihat MINI miliknya yang mirip seperti mainan itu berhenti di luar halaman, tubuh mobil berwarna ungu, lucu imut, dengar-dengar model mobil ini adalah kesukaan Tiffany Song.

Dia berdiri di samping mobil MINI, matanya sedikit memanas, menunggu menenangkan perasaan yang muncul dalam hatinya, Dia baru mengangkat kaki masuk, melewati halaman, datang ke depan pintu villa, Dia melihat di pintu digantikan sepasang sepatu heel wanita, rongga matanya memanas, tenggorokkannya seperti menahan sesuatu, sudah akan menerobos keluar.

Pelayan berjalan datang, dengan pelan berkata: “Tuan besar, Nyonya besar pulang langsung menerobos masuk ke ruang buku, tidak tahu sedang mencari apa.”

Jordan Bo mengangkat kepala melihat ke arah jalan ke lantai dua, Dia menggantikan sepatu dengan pelan naik ke atas. Rumah mereka, pemilik wanita sudah cukup lama cukup lama tidak kembali. Dia pelan-pelan datang ke ruang buku, sekalipun berdiri di luar juga bisa mendengar Dia sedang membongkar lemari.

Dia dengan pelan mendorong pintu, dalam ruang buku sangat kacau, seperti seorang maling masuk ke dalam desa saja, Dia bersandar di samping pintu, melihat wanita yang sedang berdiri di belakang meja mencari sesuatu, setelah Dia melahirkan anak, postur tubuhnya kembali dengan sangat baik, selain dua buntalan di depan dadanya yang bertambah besar dua gelas, tempat lain masih sama dengan sebelumnya.

Ekspresi wajahnya panik, tidak tahu sedang mencari apa, mencarinya sampai berkeringat, kaos sweater merah itu membuat Dia satu orang semakin lama semakin menyentuh orang.

“Kamu sedang mencari apa?” Jordan Bo di pintu berdiri sesaat, wanita tidak memerhatikan keberadaannya, Dia tidak tahan mengeluarkan suara mencari rasa keberadaan.

Paras wanita seperti terkejut saja, Dia dengan seketika mengangkat kepala, melihat Dia berdiri di samping pintu, Dia terus melanjutkan mencari, “Jordan Bo, waktu itu aku melihat buku memo yang kamu buat, kamu letakkan dimana?”

Alis Jordan Bo sedikit meloncat, waktu itu, waktu itu adalah seberapa lama? Setelah waktu itu, Dia juga tidak bersedia datang kemari, juga setelah waktu itu, Dia lalu melewati hari-hari seperti biksu yang begitu kesepian tidak berkeinginan.

Dia masih berani mengungkitnya!

Dia melangkahkan kaki panjangnya, tidak lewat dua tiga langkah lalu sampai disisinya, memo yang Dia buat, adalah mengenai wanita yang tidak memiliki hati ini, koran yang setiap saat Dia menerima wawancara, semuanya digunting olehnya di tempel di buku memo.

Waktu itu Dia membuatnya marah, selanjutnya setelah Dia pergi, Dia begitu emosi merobek semuanya, melihat serpihan yang tersebar di atas lantai, seperti hatinya yang sudah hancur hingga berkeping-keping. Tapi sampai akhirnya, Dia masih tidak bisa melewati keinginan dalam hatinya, kembali mencari koran majalah, kembali membuat ulang.

Dia datang ke hadapannya, rasa tekanan yang besar memaksanya melangkah mundur satu langkah. Melihatnya mundur satu langkah, Dia lalu berjalan maju, seperti ini satu langkah demi satu langkah mundur, Dia malah terkurung di dalam ruangan kecil di antara rak buku yang sempit.

Pria sangat dekat, nafasnya panas, sedikit bertiup di antara lehernya, hati dan tubuhnya sedang bergetar ringan, tidak tahan dengan kesal memelototinya, “Jordan Bo, kamu minggir!”

“Minggir?” bibir tipis Jordan Bo sedikit Diangkat, membawa radian yang menggoda, “Stella Han, kamu masih mengingat waktu itu disini perkataan yang pernah aku katakankah?”

Waktu itu?

Benak Stella Han sedikit sumbat, tidak tahu kenapa, setiap kali menghadapinya, kepintarannya langsung menjadi tidak berguna. Waktu itu Dia disini, Dia membuatnya emosi, sedangkan dirinya juga telah mendapatkan hukuman yang paling berat sejak Dia menikah kepadanya, setelah hukuman selesai, Dia dengan wajah dingin, dalam nada bicaranya mengancam: “Keluar, jangan biarkan aku kembali melihatmu disini, kalau tidak…….”

Perkataannya masih belum selesai dikatakan, Dia langsung merangkak berlari keluar, tidak memedulikan bajunya yang belum dipakai rapi.

Dia sedikit termengun, dengan terkejut memandangi wajah tampannya, dadanya dengan tidak sungkan menekan di atas dadanya, Dia bahkan bisa merasakan nafasnya yang panik, dan juga pandangan yang semakin lama semakin dalam.

Hati yang tenang seperti telah kehilangan sebuah api, Dia seketika menjadi panik, tangan kecilnya menolak di atas dadanya yang kekar, Dia dengan pelan berkata: “Aku datang mencari sesuatu, sudah menemukannya lalu pergi.”

“Barang apapun disini adalah milikku, kamu tidak bertanya padaku lalu ingin membawanya pergi?” Bibir tipis Jordan Bo menempel di telinganya, terputus-putus meniupkan aura panas ke dalam telinganya, kaki Stella Han menjadi lemah, hampir tidak bisa berdiri.

Tangan yang menolak di dadanya, diganti menjadi menggenggam bajunya.

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu