You Are My Soft Spot - Bab 310 Anak, Istri, dan Sumber Kehangatan(2)

Rombongan tiba di bandara, Vero turun dari mobil dengan mengenakan kacamata hitam, Erin menerima kopernya dan masuk kedalam pesawat bersamanya, ketika melewati security check, mereka langsung masuk kedalam pesawat, jam 2 pas, pesawat terbang dan masuk kedalam awan.

Setelah pesawat terbang setengah jam, Karry mendapatkan kabar, "Kamu bilang dia pergi ke kota A?"

"Iya, pesawat jam dua, pesawatnya sudah terbang." jawab asistennya.

Karry langsung bangun dan kedua tangannya memegang meja kerjanya, TIffany akan pergi kekota A adalah hal yang tidak diperkirakannya, ketika dunia fakta dan dunia yang dibentuk olehnya berkonflik, apoa yang akan terjadi dengan Tiffany?

"Pecundang!" Karry merasa tidak nyaman, dia marah dan melemparkan banyak barang dimejanya kelantai, "Bukankah aku menyuruh kalian untuk mengawasinya? Mengapa kabar dia akan pergi kekota A tidak diberitahu terlebih dahulu?"

"Kami juga tidak tahu, sepertinya adalah keputusan mendadak." Asistennya berdiri dengan tidak tenang disana, dia takut lain kali barang yang dipecahkan adalah kepalanya sendiri.

Karry sangatlah marah, dia berjalan kesana-kemari dikantornya, tenggorokannya bagaikan berapi dan terbakar hingga dia tidak bisa tenang, Tiffany pergi ke kota A pasti karena mencurigai sesuatu.

Karry berjalan kehadapan jendela, kedua tangannya menopang di pinggangnya, untung saja hipnotisnya itu ada sebagian terbangun atas dasar hal benar-benar terjadi, berdoalah, doakan dia tidak menemukan apapun.

"Carilah orang untuk mengawasinya, aku mau tahu apa yang dilakukannya secara detail di kota A."

"Baik, aku akan segera suruh orang kerjakan." Asistennya bergegas pergi, dia kabur dari tempat yang penuh dengan tekanan udara rendah.

Dua setengah jam kemudian, pesawat turun di bandara kota A, disini sangatlah dingin, setelah turun dari pesawat dan keluar dari bandara, entah darimana Erin mendapatkan sebuah mobil jeep, supirnya adalah kakak kelasnya, seorang lelaki yang humoris.

"Adik Erin, kita sudah lama tidak bertemu, kamu semakin cantik saja itu, jika ketahuan oleh para lelaki genit itu, mereka pasti akan mengalirkan air liur." Sekali bertemu, kakak kelasnya itu langsung memberikannya pelukan yang hangat.

Erin berkata, "Aku datang untuk urusan, aku tahu kamu sedang libur barulah mencarimu, dan menyuruhmu untuk menjadi supir serta pengawal gratis kami, kamu tidak boleh memanggil rombongan serigala itu, jika tidak awas saja."

Kedua kakak dan adik kelas saling bercanda, Erin memperkenalkan kepada kakak kelasnya, "Kakak, ini adalah majikanku, Vero He, Nona Vero, ini adalah kakak kelasku, Marco Xu."

"Halo, Kak Marco, apa kabar." Vero melepaskan kacamata hitamnya dan mengulurkan tangannya sambil tersenyum kepada Marco.

Marco bergegas bersalaman dengannya, "Nona Vero, apa kabar, cepatlah naik, cuaca disini sekali musim dingin terlalu dingin, jika berada diluar sebntar saja juga bisa kedinginan hingga menjadi es potong."

Vero menganggukkan kepalanya, "Mohon bantuanmu beberapa hari ini."

"Kamu tidak perlu sungkan, ada teman yang datang dari jauh, sungguh senang sekali, cepatlah naik keatas mobil." kata Marco.

Vero duduk ditempat duduk belakang, Erin duduk didepan, didalam mobil ada air conditioner, tidak sedingin diluar sana, mobil melaju keluar dari bandara dan melaju kearah tol luar kota.

Salju berterbangan, didepan sana tampak adalah dunia yang putih dan penuh dengan salju.

Marco sambil menyetir sambil mengobrol bersama Erin, sifatnya sangatlah terbuka, bahkan Erin saja juga terlihat terbuka berbicara dihadapannya, dia tidak sengaja ditahan, "Berapa hari rencana kalian di kota A kali ini?"

"Sepertinya 3-5 hari, kenapa? Takut kami mengganggu dating kamu?" Ledek Erin.

"Tentu saja bukan, aku masih mengharapkan kamu bisa memperkenalkan wanita cantik untukku, dan membuatku juga mempunyai anak, istri dan sumber kehangatan." kata Marco.

"Kamu masih takut tidak mempunyai anak istri dan sumber kehangatan? Aku baru saja mendengarkannya awal tahun, pemerintah mencarikan pasangan untukmu, namun kamu tidak menyetujuinya dan membuatnya malu, dan mereka mengatakan tidak akan membantumu lagi." Erin berkata sambil tersenyum.

Marco menganggukkan kepalanya, dia menatap kearah belakang, melihat ada sebuah mobil yang terus mengikuti mereka dari belakang, tadi dia sudah memperhatikannya, dia bilang, "Adik Erin, kamu lihat apakah orang yang dibelakang sana adalah orang dari kalian, jika tidak aku akan mencampakkan mereka, mereka sudah mengikuti dari tadi."

Erin melirik lewat kaca belakang, dan dia benar saja melihat ada sebuah mobil Volkswagen terus saja mengikuti dari belakang, Erin berbalik menatapi Vero, "Nona Vero, sepertinya kita menjadi sasaran orang lain, apakah mau mencampakkan mereka?"

"Campakkan mereka." Vero mengerutkan keningnya, mereka baru saja tiba di kota A dan langsung dibuntuti, orang dari manakah ini?

Erin menganggukkan kepalanya kearah Marco, Marco menyuruh mereka mengenakan sabuk pengaman dan lansung berkata dengan penuh senang, "Saatnya memamerkan teknik berkendara."

Erin melihat perkataannya ini dan langsung wajahnya memucat, dan bergegas mengingatkan Vero untuk duduk dengan baik, detik selanjutnya, mobil jeep itu sudah bagaikan seekor kuda kasar yang berlarian lepas, seketika langsung sudah berada di puluhan meter dari tempat awalnya.

Hingga setelah mereka akhirnya mencampakkan orang yang mengikuti mereka, Erin dan Vero sudah jelas terlihat pucat, Vero baru saja sembuh dari panas tadi pagi, dan dia terbang selama dua jam lebih, dan sekarang karena ketakutan, lambungnya terasa mondar mandir, dia memegang pintu dengan erat, dan wajahnya pucat sambil berkata, "Kakak Marco, tolong berhenti."

Erin menoleh kearahnya, melihat ekspresi Vero yang aneh, dia bergegas menyuruh Marco berhenti.

Mobil baru saja berhenti, Vero langsung mendorong pintu mobil dan turun, dia menopang pohon dan muntah, Erin mengeluarkan tisu dan berdiri disampingnya, sambil menepuk punggung untuknya dan sambil berkata, "Nona Vero, apakah kamu baik-baik saja?"

Setelah Vero selesai muntah, barulah dia merasa sedikit lebih nyaman, dia menerima tisu dan menghapus mulutnya, sambil berkata dengan suara pelan, "Aku tidak apa-apa, jangan khawatir."

Diluar mobil sangatlah dingin, setelah berdiri sejenak saja, seluruh tubuh terasa dingin, setelah kembali ke mobil, Vero bersandar dikursi dan tertidur, Marco melihatnya begini dan merasa sedikit bersalah, dia mengaruk kepalanya dengan canggung, "Bagaimana dengannya sekarang?"

"Tadi malam dia panas tinggi, hari ini masih terbang pesawat selama dua jam lebih, sekali ditakuti oleh kamu sekarang, sepertinya keadaannya tidaklah terlalu baik." Kata Erin dengan khawatir, semua salah dirinya, dia membuat masalah besar, dia tidak berani menghadapi James dan tidak membujuk Vero.

Jika ini terjadi masalah, setelah pulang, James pasti akan mengulitinya.

Mendengar perkataan dia, Marco semakin merasa bersalah, "Aku tidak tahu....."

"Bukan salahmu, menyetirlah, setelah sampai di hotel dan beristirahat satu malam mungkin akan baik-baik saja." Erin menasehatinya, dan juga menasehati dirinya sendiri.

Setelah tiba di hotel, Vero terlihat lemas, Erin mengambil kartu identitas dan mengurus administrasi, kali ini keluar mereka tidak membawa pengawal, jadi mereka memesan kamar besar, Erin bisa menjaganya dari jarak dekat.

Setelah selesai mengurus administrasi, Marco mengantarkan mereka naik keatas, psikologi Vero tidak terlihat bagus, dia kembali untuk istirahat di kamar, Marco dan Erin mengobrol di ruang tamu, "Keadaan dia ini mirip seperti tidak cocok dengan cuaca disini, apakah mau diperiksa di rumah sakit dulu?"

Erin juga sangatlah khawatir, dia berkata, "Tunggulah dia tidur dulu, baru lihat keadaannya."

Marco juga tidak mengatakan apa-apa lagi, mereka berdua mengobrol mengenai kejadian dulu disekolah militer, tidak terasa hari sudah malam, Erin bangkit dan pergi kekamar, dia datang kesamping kasur dan mengulurkan tangan untuk mengetes suhu badan Vero, setelah yakin tidak panas, barulah dia tenang.

Vero membalikkan badannya dan bersiap untuk keluar, dia mendengar Vero berbisik, "Jangan.........pergi sana.........bunuhlah aku........kamu bunuhlah aku........"

Erin kaget, dia memutarkan badannya dan dengan pantulan cahaya dari luar, terlihat wajah Vero dikerutkan, entah apa yang sedang menganggunya, ekspresinya sangatlah menderita.

Erin mendekatinya dan mengulurkan tangan untuk menguncangkannya, "Nona Vero, bangunlah, kamu sedang bermimpi buruk."

Vero bermimpi bahwa pakaiannya berantakan dan dikurung diruangan bawah tanah, seorang lelaki yang mengenakan masker memakai sebuah cambuk dan menyambuk badannya, setiap cambukannya membuatnya merasa sakit tidak tertahankan.

Penyiksaan double dari psikologi dan juga badannya, dia hanya ingin membuatnya takhluk, membuatnya membuatnya senang, namun Vero tidak mau, dan sebagai gantinya adalah cambukan yang semakin ganas.

Bagaimanapun VEro mengelak dan melawan, dia tidak bisa kabur, setiap kali dia kabur dia selalu akan tertangkap kembali dan disiksa.

Dia terjebak didalam mimpi dan tidak bisa kabur, seluruh isi hatinya putus asa.

Erin melihatnya tidak meresponnya, dia lalu lanjut menguncangkannya, "Nona Vero, bangunlah, Nona Vero?"

Vero terlalu dalam terjebak didalam mimpi, selain gemetaran, dia masih saja sedang ngigo, Erin tidak bisa membangunkannya, dia sangatlah panik, Marco mendengar panggilan panik dari Erin dan masuk kedalam, melihat Vero yang sedang ngigo, Marco berkata, "Dia berada didalam mimpinya, jika dengan paksa membangunkannya mungkin saja akan menimbulkan cidera baginya, sama halnya dengan membangunkan orang yang sedang tidur jalan, apakah didalam hpmu punya musik untuk bisa menenangkan orang lain, berikanlah dia musik."

Erin mengeluarkan hp dan memutarkan sebuah musik, suara piano terdengar didalam ruangan, suara ngigo Vero semakin lama semakin kecil, dan ekspresinya kembali normal.

Melihat ini, Erin lega.

Hingga setelah Vero tidur dengan nyenyak lagi, barulah mereka berdua keluar dan Erin berkata, "Kakak Marco, terima kasih, jika bukan karena kamu disini, aku bahkan bingung harus melakukan apa."

"Erin, kamu ini kacau karena terlalu perhatian, apakah dia adalah adik dari orang itu?" Marco sudah ingin mempertanyakannya dari tadi, namun takut menyentuh privasi Erin, barulah dia tidak bertanya.

Erin menundukkan tatapannya, dia menganggukkan kepalanya, "iya."

Marco menatapinya, wajahnya sangatlah kasar, alisnya terlihat ganas, seluruh wajahnya terlihat seperti seorang lelaki, dia menyukai Erin, ini adalah hal yang diketahui oleh semua orang, kali ini Erin datang ke kota A, Marco yang sudah bertahun-tahun tidak pernah libur bergegas meminta libur.

Marco tahu bahwa didalam hati Erin terus saja ada seseorang, lelaki itu sudah berakar didalam hatinya dan tidak bisa digantikan, "Apakah dia mengetahui hal itu?"

Erin menatapinya, diwajahnya terlihat sedikit tegang, Erin berkata, "Kakak Marco, ini adalah hal aku sendiri, aku tahu apa yang sedang aku lakukan, aku lelah, kamu pulang saja."

Marco menatapinya dan tatapannya penuh rasa menyayangkan, terakhir dia juga tetap pergi.

Pintu dibelakangnya tertutup, Erin perlahan berjongkok, dia memegang perutnya, keningnya penuh dengan keringat, selain Marco, tidak ada yang tahu bahwa Erin pernah membesarkan seorang anak.

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu