You Are My Soft Spot - Bab 244 Dia Bisa Jadi Hanya Ingin Membunuhmu (3)

Waktu James He membawanya pulang ke rumah kediaman keluarga He dan memberikannya hidup baru, Felix He dan tentunya James He sendiri memberikan kasih sayang yang sudah lama ia dambakan. Mereka berdua adalah dua orang yang paling berjasa dalam hidupnya. Sekarang, melihat keduanya terluka karena dirinya, bagaimana bisa Vero He memaafkan diri sendiri?

“Vero He, jangan berpikir macam-macam. Sana istirahat.” Felix He melihat rasa bersalah dalam diri Vero He. Ia menepuk-nepuk pundaknya pelan sebagai tanda menyuruhnya naik, “Angela He, antar kakakmu ke kamar.”

Angela He mengangguk dan memapah Vero He bangkit berdiri. Keduanya pun masuk kamar Vero He. Ketika melihat luka yang ada di pergelangan tangan Vero He, si wanita agak terkejut. Ia memegangi tangan kakaknya itu dengan khawatir: “Kak, pergelangan tanganmu itu luka kenapa? Kamu kemarin malam tidak pulang, apa ada masalah?”

Vero He buru-buru menurunkan tangan dan berjalan ke ranjang, “Aku baik-baik saja kok. Angela He, aku mau tidur dulu.”

Mana mungkin Angela He langsung tenang begitu saja? Ia bergegas menghampiri si kakak, lalu memasangkan selimut untuknya. Ia duduk sejenak di pinggir ranjang. Berselang beberapa saat, Angela He mengajak bicara: “Kak, aku tamu aku dulu tidak baik padamu dan pernah melukaimu. Maafkan aku, aku sekarang akan menganggapmu sebagai kakak dengan sepenuh hati. Aku tidak mewajibkan kamu menerimaku sebagai adiak, tetapi mohon coba ubah impresimu padaku.”

Vero He mengangguk dan menatap si adik lembut, “Angela He, kamu sudah jauh-jauh hari aku anggap sebagai adik sendiri. Yang sudah terjadi biarlah terjadi. Aku tidak memasukkannya ke dalam hati, kamu sendiri juga jangan ya.”

Angela He menampilan senyum lebar, “Iya, yang dulu-dulu lupakan sajalah. Ke depannyua, kita harus jadi sepasang kakak-adik yang kompak. Cepat tidur, aku duduk di sini dulu sebentar. Setelah kamu terlelap, aku akan keluar.”

Kata-kata Angela He memang menyejukkan, namun Vero He merasa senyumannya agak aneh dan kurang tulus. Ia dalam hati membuang nafas pasrah. Vero He lalu melepaskan jaket dan kembali berbaring. Pikirannya saat ini sungguh kacau. James He adalah tiang penyangga keluarga He. Pria itu tidak boleh kenapa-kenapa.

Mungkin karena terlalu kelelahan, Vero He segera terlelap dan larut dalam mimpi.

Dalam kondisi setengah sadar, Vero He merasa sensasi dingin dari pergelangan tangannya. Hidungnya bisa mencium bau obat yang sangat kentara. Kakinya kemudian juga terasa dingin-dingin. Menganggap itu hanya halusinasi, Vero He tetap tidur tanpa terbangun untuk mengecek.

Ternyata itu karena Angela He mengoleskan obat di kedua tangan dan kedua kakinya. Setelah selesai mengoleskan obat, si adik pun keluar dengan berjinjit biar kakaknya tidak bangun.

……

Tidur Vero He tidak begitu lelap. Ia sesekali terbangun. Tiap terbangun, kepalanya terasa sangat pusing. Ketika terbangun untuk ketiga kalinya, Vero He mendudukkan diri di sisi ranjang dan mengecek jam. Sudah dua puluh empat jam, kakak seharusnya sudah bisa dibebaskan dengan jaminan.

Vero He mengambil mantel, mengenakannya, dan berjalan keluar kamar. Ia merasa jidatnya agak panas, begitu pula nafasnyas. Vero He berjalan turun dari tangga. Sesampainya di bordes tangga lantai dua, ia mendengar suara Pengacara Min di bawah, “Tuan Besar He, pihak kepolisian tidak mau membebaskan Tuan He. Dia berpesan padaku untuk memintamu tetap tenang. Dia tidak akan kenapa-kenapa.”

Sekujur tubuh Vero He langsung merinding. Ia mengepalkan kedua tangan erat-0erat. Apa maksud dari “tidak mau membebaskan”? Bukannya dua puluh empat jam sudah berlalu? Polisi memang punya alasan apa untuk memperpanjang penahanan kakak?

Vero He langsung berlari kencang ke lantai bawah. Ia bahkan tidak sadar salah satu sendalnay terlepas di tangga. Wanita itu terus berlari sampai ke sebelah Pengacara Min. Sambil memegangi tangan si pria paruh baya, ia bertanya, “Mengapa kakakku tidak dibebaskan? Bukannya kamu bilang dia bakal bisa keluar dengan jaminan setelah dua puluh empat jam?”

“Nona He, maaf, pihak kepolisian menemukan bukti baru jadi kita tidak bisa apa-apa. Situasi sekarang sangat tidak berpihak pada Tuan He. Sekarang, membebaskan dia dengan jaminan sejujurnya sangat berat.” Pengacara Min tahu ia tidak bisa menyembunyikan ini lagi. Setelah dua puluh empat jam berlalu, ia mau tidak mau harus jujur dengan situasi yang ada.

Vero He mundur dua langkah dengan lemas. Melihat diam au jatuh, Pengacara Min buru-buru bangkit berdiri dan menahan tangannya. Bak orang tidak mau ditolong, Vero He menarik tangan biar tangan keduanya bisa lepas, “Penipu, penipu! Mengapa mereka tidak memenjarakan aku saja? Mengapa mereka memenjarakan kakak?”

“Nona He……” Pengacara Min bisa merasakan Vero He sedikit kehilangan kendali. Ia pun menyampaikan satu pesan lagi yang diharapkan bisa menenangkan hati si wanita, “Nona He, Tuan He juga berpesan padamu untuk tidak takut. Ia masih ada, akan selalu ada.”

Mata Vero He berkaca-kaca. Ia ingat betul James He selalu mengucapkan kata-kata ini waktu memeluknya saat terbangun karena mimpi buruk. Dulu kata-kata ini bisa sangat menenangkan hatinya, tetapi sekarang malah membuat dirinya terjerumus dalam ketakutan yang luar biasa. Vero He memegangi tangan Pengacar Min kencang-kencang, “Pengacara Min, yang bunuh Nick He itu aku. Kakak tidak punya hubungan sama sekali dengan pembunuhannya. Cepat panggil polisi kemari, suruh mereka tangkap aku dan bebaskan kakak.”

Melihat Vero He kehilangan kendali, Angela He buru-buru menghampirinya dan memegangi tangannya, “Kak, tenanglah sedikit. Kakakmu hanya tidak bisa dibebaskan untuk sementara waktu kok. Kamu jangan khawatir, kakak pasti bakal pulang tanpa kekurangan sesuatu apa pun.”

Vero He menggeleng kencang, “Tidak, kalau kakak tidak dibebaskan, mereka pasti akan membuat ledakan lagi. Ketika ledakan terjadi, mereka bakal membawa pergi kakak, menyekapnya, dan menyiksanya. Mereka memang suka melakukan hal-hal jahat begini. Pengacara Min, bawa aku kesana, aku mau menggantikan kakak di penjara.”

Semua orang menyadari ketidakberesan yang terjadi pada Vero He. Ia sekarang tidak berada dalam kondisi frustrasi yang normal. Raut wajah Felix He sontak berubah. Waktu James He membawanya ke rumah, Vero He berada dalam kekacauan yang luar biasa. Setelah si putra merawatnya dengan seksama dan penuh perhatian tiap hari, wanita itu akhirnya perlahan pulih. Setelah dirawat satu tahun di rumah, Vero He akhirnya bisa mengucapkan satu kalimat utuh.

Berikutnya, waktu James He membawa Vero He keluar rumah untuk berinteraksi dengan orang, si wanita menganggap semua orang sebagai orang jahat. Ia tidak mau berinteraksi dengan siapa pun. Sepanjang proses pemulihan jiwa Vero He, James He sudah mirip seperti membesarkan seorang anak. Ia mengajaknya berkenalan ulang dengan dunia, juga membantunya menemukan kembali kepercayaan diri.

James He total menghabiskan waktu tiga tahun untuk mengembalikan Vero He jadi manusia normal. Bagi Vero He, James He sudah seperti dunianya sendiri. Kalau James He aman, ia juga tenang. Kalau James He mengalami sesuatu, jiwanya pasti akan kehilangan kendali. Penangkapan James He sekarang sudah menjadi sebuah pukulan berat bagi Vero He. Felix He khawatir, kalau si putra ditetapkan bersalah dan dihukum penjara, ia pada saat yang bersamaan juga akan kehilangan Vero He.

Pengacara Min dan Angela He menatap satu sama lain. Mereka sama sekali tidak menyangka reaksi Vero He bakal separah ini. Keduanya memegangi tangan si wanita biar tidak semakin kehilangan kendali.

Felix He berjalan menghampiri Vero He. Ia memeluknya sambil menepuk-nepuk punggungnya biar dia tenang. Pria itu lalu membimbing, “Vero He, tarik nafas dalam-dalam. Rilekskan tubuhmu. Ayo, tarik nafas dalam-dalam bareng papa. Tarik……”

Vero He memejamkan mata, namun di benaknya masih terus terpampang bayangan James He dianiaya di balik jeruji besi. Ia menarik-narik rambut sambil melawan: “Aku tidak mau tarik nafas dalam-dalam, aku maunya kakak. Papa, kenalanmu luas sekali, mohon kontak salah satu dari mereka untuk menolong kakak. Di sana sangat berbahaya, kakak bisa disiksa atau bahkan dibunuh.”

Melihat Vero He berteriak sambil menangis, Angela He jadi makin khawatir. Ia belum pernah melihat si kakak dalam keadaan runtuh begini. Waktu James He membawa Vero He pulang, ia sudah berada di Selandia Baru. Mama sempat bercerita soal dia dua kali, namun ia tidak terlalu memedulikannya.

Sekarang ia baru paham dua cerita mama itu. Selama menghilang, Vero He melalui banyak sekali kejadian-kejadian buruk yang hanya dialami segelintir manusia malang. Maka dari itu, ia sesekali bisa jadi emosional begini. Ya Tuhan, kasihan sekali dia!

Angela He menutup mulut sambil menangis. Mereka berasal dari akar keluarga yang sama, tetapi mengapa nasibnya berbeda jauh begini?

Felix He pesimis dirinya bisa menenangkan Vero He. Ia memberi kode mata pada Bibi Yun. Si pembantu rumah, yang langsung paham maksud si majikan, segera merogoh ponsel sambil berjalan keluar. Ia tidak berani melakukan telepon ini di hadapan Vero He.

Tidak lama kemudian, seorang pria usia lima puluhan datang sambil lari-lari. Di tangan, pria itu menenteng kotak medis. Melihat Vero He kehilangan kendali, ia buru-buru menyuruh: “Tahan dia dulu.”

Dalam kondisi begini, yang bisa si dokter lakukan hanya menyuntikan obat penenang ke Vero He. Ia segera menyiapkan jarum suntik berikut dosisnya.

Ketika Felix He mengencangkan tahanannya ke Vero He, si putri malah melawan semakin keras. Pengacara Min dan Angela He buru-buru menghampiri dan menahan Vero He di sofa. Karena takut akan melukai Vero He, mereka tidak berani menekan terlalu kencang. Sialnya, niat baik mereka ini malah berujung pada berhasil lepasnya Vero He.

“Halangi dia!” teriak Felix He. Ia tidak boleh membiarkan Vero He keluar. Saat ini suasana hatinya tidak terkendali. Sekalinya dia keluar, belasan masalah sangat mungkin terjadi hanya dalam beberapa menit.

Yang terus dipikirkan Vero He adalah membebaskan James He. Ia berlari menghindari kejaran tiga orang. Ia tidak peduli dengan kekonyolan ini, yang ia mau sekarang hanya melihat sang kakak bebas.

Baru dia membuka pintu, ia menemui dua orang di depan. Satu adalah Erin, satu lagi adalah Fabio Jin yang datang tergopoh-gopoh barusan. Mendengar teriakan Felix He, keduanya langsung menahan Vero He. Dokter berhasil berlari mengejar mereka dan menyuntikkan obat penenang ke Vero He. Obat pun masuk mengaliri aliran darah si wanita……

Dalam sekejap, Vero He langsung terbaring lemas dalam pelukan Fabio Jin.

Suasana ruang tamu sangat kacau. Semua orang sangat khawatir dengan keadaan anak si tuan besar. Melihat Vero He dibopong masuk dalam keadaan tidur, mereka semua baru membuang nafas lega. Fabio Jin terus membopong Vero He sampai ke kamar tidurnya, tentu bersama dengan Felix He, Angela He, Bibi Yun, Erin, dan dokter.

Setelah menyelimuti Vero He, Fabio Jin menatap para pendamping yang berwajah khawatir. Ia bertanya dengan bingung: “Apa yang sebenarnya terjadi sampai Vero He kehilangan kendali? Ada yang bisa jawab?”

“Pertahanan dirinya hancur ketika tahu James He untuk sementara belum bisa dibebaskan,” jawab Felix He sambil menatap Vero He yang terbaring di ranjang. Air mata mengalir dari mata si wanita. Meski dalam keadaan tidur, Vero He masih saja khawatir. Dalam hati, si ayah merasa sangat bersyukur bisa menghalau si anak dengan sigap. Kalau sampai dia benar-benar kabur, ia tidak berani membayangkan konsekuensi yang bakal terjadi.

Fabio Jin tadinya ada di luar negeri. Mendengar kabar James He masuk penjara, ia langsung membeli tiket penerbangan balik secepat mungkin. Tetapi, runtuhnya suasana hati Vero He memang ada hubungan apa dengan penangkapan James He?

Melihat Fabio Jin kebingungan, James He menjelaskan: “Di hati Vero He, James He sudah mirip seorang papa. Kamu sadar tidak, dia selalu menurut pada kakaknya? Dia sangat bergantung padanya.”

Mendnegar penuturan ini, Erin menatap Vero He dengan mata berkaca-kaca. Ternyata, hubungan mereka sedekat ini.

Fabio Jin melihat Vero He lagi. Wajah si wanita pucat. Ia sekilas bisa melihat jalur darah yang ada di bawah kulitnya. Ternyata Vero He begini karena stres si kakak gagal dibebaskan……

“Dia……” Fabio Jin bertanya ragu-ragu, “Dia tidak akan kenapa-kenapa kan?”

“Aku juga tidak tahu. Hati dan dunia Vero He sudah ditata ulang oleh James He dengan menghabiskan sangat banyak waktu dan tenaga. Kalau James He tidak bisa dibebaskan, aku khawatir dia akan……” jawab Felix He.

Kedua tangan Fabio Jin mengepal erat, “Paman, kamu tenang saja. Sebelum James He bebas, aku akan terus mengawasi Vero He dalam jarak dekat. Aku akan memastikan dia tidak bakal melukai dirinya sendiri.”

Felix He menggeleng, “Fabio Jin, psikiater Vero He dibunuh dan sekarang masih berbaring di ruang perawatan intensif. Vero He ini, selain James He, tidak punya orang yang dipercayai. Daripada kamu fokus dengan dia, aku rasa He’s Corp lebih perlu sokongan dan perhatianmu.”

Fabio Jin paham kata-kata Felix He. Yang dikatakan pria tua itu benar. Sebelum James He berhasil dibebaskan, He’s Corp lebih butuh dia. Tetapi, bagaimana bisa dia bekerja dengan fokus ketika terus mengkhawatirkan kondisi Vero He?

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu