You Are My Soft Spot - Bab 182 Aku Temani Kamu (3)

Tiffany Song heran dengan pengakuan yang terang-benderang ini. Ia bertanya lagi, “Terus mengapa kamu tiba-tiba mengaku gini?”

“Aku dengar Tuan Muda Keempat suruh orang untuk menyelidiki kejadian itu. Aku rasa cepat atau lambat akan ketahuan aku pelakunya. Setelah menimbang-nimbang, aku putuskan untuk menyerahkan diri daripada kena konsekuensi yang lebih serius,” jawab asisten rumah ketakutan.

Tiffany Song tersenyum dingin: “Kamu ternyata berani bertindak berani mengaku ya.”

Taylor Shen mengernyitkan alis. Ia menunduk menatap mata si asisten rumah: “Kalau memang kamu yang taruh ular, siapa rekan yang bekerjasama denganmu?”

“Rekan apa? Aku seorang diri melakukan ini,” jawab asisten rumah.

Taylor Shen tidak percaya, “Seorang diri? Kalau begitu mengapa kamera CCTV tidak merekam kamu ketika kamu naik ke lantai empat. Ular berjumlah puluhan itu juga memang bisa kamu bawa dalam satu plastik? Kamu bawa ular sebanyak ini masuk vila kok tidak ada yang tahu? Coba jawab semua pertanyaanku ini.”

“Tuan Muda Keempat, ular-ular itu aku beli dari pasar. Aku setiap hari membawa masuk beberapa ekor, lalu menyembunyikannya di gudang depan kamar kalian. Aku sudah kerja beberapa tahun di sini, jadi aku tahu titik mana yang luput dari pengawasan kamera CCTV. Aku sengaja menghindar dari kamera CCTV supaya tidak terekam. Aku benar-benar tidak punya rekam, semua ini aku lakukan sendiri.” Si asisten rumah tetap bersikukuh ia pelaku tunggal.

Taylor Shen mendebat, “Kalau kamu tidak punya rekan, terus siapa yang mengedit rekaman kamera CCTV? Kamera CCTV selalu menghadap ke lorong jalan. Kalau kamu lewat situ, kok sedikit pun jejak tidak ada?”

“Tuan Muda Keempat, aku sudah bilang, aku sudah kerja beberapa tahun di sini jadi aku tahu titik mana yang luput dari lensa kamera. Setiap jam pun lensa itu berpindah arah. Aku sudah mengecek beberapa hari dan aku sadar, setiap jam sembilan malam, kamera CCTV selalu berpindah arah ke titik yang luput itu. Pada saat mengarah ke situ, kamera CCTV sepenuhnya tidak bisa merekam situasi lorong jalan. Pada saat itulah aku memasukkan ular-ular itu ke kamar kalian.” Si asisten rumah langsung ditendang Taylor Shen begitu selesai menjelaskan. Ia terkapar di lantai dengan mulut berdarah dan suara kesakitan.

Taylor Shen menginjak punggungnya dan mengejar lagi dengan dingin, “Katakan, siapa yang menyuruh kamu?”

Asisten rumah tetap pada pendiriannya, “Tidak ada orang yang menyuruh aku. Hanya aku sendiri yang tidak senang melihat Tuan Muda Keempat yang hebat dan tampan berpasangan dengan wanita macam Tiffany Song. Aku hanya ingin menyadarkan Tuan Muda Keempat soal kini.”

Tatapan Taylor semakin dingin. Ia merendahkan, “Kamu kira kamu siapa? Kamu pikir kamu punya hak mengurusi urusan-urusanku?” Taylor Shen kembali menendang si asisten rumah, kali ini di bagian perut. Pria itu mengerang kesakitan sambil meringkuk. Taylor Shen memberi kesempatan terakhir: “Aku tanya untuk terakhir kali, siapa yang menyuruh kamu?”

Anggota-anggota keluarga duduk di sofa sambil mengamati dalam diam. Melihat kekerasan yang dilakukan Taylor Shen, hati Angela He sungguh tidak tenang.

Ia paham betul pria itu bukan pria yang mudah dibohongi. Kalau si asisten rumah sampai menyebut namanya, ia pasti tidak punya masa depan lagi di rumah ini.

Wayne Shen menatap istrinya. Melihatnya mengamati asisten rumah dengan gelisah, ia jadi waspada. Meski begitu, ia tidak mau menunjuk langsung kegugupan Angela He di hadapan semua orang saat ini.

Tiffany Song berdiri di depan sofa. Ia bisa mengamati ekspresi semua orang yang duduk di depannya dengan jelas. Jocelyn Yan mengamati sambil sesekali bermain ponsel. Kelihatannya insiden ular ini tidak ada hubungannya dengan dia, kalau tidak dia tidak bakal setenang ini.

Kini yang ia curigai hanya Angela He dan Angelina Lian. Mereka adalah orang yang paling mungkin melakukan ini semua. Ia menatap Angela He. Tubuhnya gelisah, tatapannya tidak tenang. Sementara itu, Angelina Lian berwajah datar dan tidak terlihat gelisah.

Tiffany Song kurang lebih sudah tahu siapa pelakunya.

“Tidak ada yang menyuruh aku. Tuan Muda Keempat, kamu tanya seratus kali pun jawabanku tetap itu.” Si asisten rumah masih tidak mau buka kartu juga.

Taylor Shen tidak mengejar lagi. Ia menutup, “Ternyata masih tidak mau buka mulut juga kamu. Paman Wei, bawa dia ke kantor polisi. Laporkan dia atas kasus percobaan pembunuhan. Aku ingin tahu sampai kapan dia tidak mau buka mulut.”

“Tuan Muda Keempat, aku salah. Tuan Muda Keempat, aku tidak berniat membunuh istrimu. Aku hanya ingin main-main saja dan membuatnya pergi dari rumah kediaman keluarga Shen. Tuan Muda Keempat, aku mohon belas kasihmu.” Si asisten rumah langsung ketakutan mendengar dirinya mau dibawa ke kantor polisi.

Pasal percobaan pembunuhan cukup untuk membuatnya dipenjara tiga hingga lima tahun. Situasi saat ini tidak sama dengan yang Angela He katakan di awal. Angela He bilang, asal ia mau mengaku salah, Taylor Shen tidak akan menuntut pertanggungjawabannya secara hukum. Paling-paling ia hanya akan dikeluarkan dari rumah ini, nanti Angela He akan berikan uang santunan yang besar.

Wanita yang menyuruhnya gigit-gigit bibir. Dengan kode mata dan anggukan kepala, Angela He mengisyaratkan dia untuk tetap tenang. Ia akan memikirkan cara untuk membebaskannya.

Orang itu perlahan jadi tenang dan tidak mohon-mohon lagi.

Interaksi tersembunyi ini diam-diam diamati Tiffany Song. Ia bisa memastikan Angela He dalang insiden ini. Wanita itu terlihat sangat gelisah seperti penjahat yang baru melakukan tindakan criminal pertama kali.

Taylor Shen tidak memedulikan asisten rumah itu lagi. Paman Wei memanggil para pengawal pribadi untuk menyeretnya keluar.

Tuan Besar Shen bangkit berdiri dari sofa. Ia mengalihkan perhatian: “Sudah terang-benderang kan semuanya, yuk makan.”

Taylor Shen menatap Wayne Shen. Ia tidak percaya satu kata pun yang diucapkan si asisten rumah. Di belakang pesuruh itu pasti ada dalang, tidak mungkin ia nekat melakukannya sendiri.

Tiffany Song menghampiri Taylor Shen dan menarik lengannya. William Tang ikut mendekat dan berdiri di depan Tiffany Song. Ia melihat mantan istrinya dari atas ke bawah, lalu bertanya khawatir: “Tiffany Song, kamu sudah baikan?”

“William Tang, terima kasih sudah menyelamatkanku semalam,” ujar Tiffany Song tulus. Ia tidak menyangka orang yang pertama kali menghampirinya semalam adalah dia.

“Yang penting kamu baik-baik saja, itu sudah cukup buatku,” balas William Tang datar. Melihat Tiffany Song tidak kekurangan sesuatu apa pun, ia pun bergegas ke ruang makan. Taylor Shen memegang pingang istrinya dan mengajak: “Yuk makan.”

“Iya.” Tiffany Song mengangguk. Ia menatap Angela He sekilas, lalu menarik pandangannya dan pergi ke ruang makan dengan si suami.

Seusai makan, yang harus kerja pergi kerja dan yang harus tinggal melanjutkan aktivitas masing-masing di vila. Tiffany Song untuk sementara tinggal di kamar tamu, baju-bajunya bahkan sudah dipindahkan oleh asisten rumah ke kamar tersebut. Ia hari ini izin cuti satu hari untuk beristirahat dan menenangkan pikiran atas semua yang terjadi kemarin.

Taylor Shen tidak tenang dan ingin ikut tinggal di rumah supaya bisa menemani, tetapi Tiffany Song menolak.

Setelah mengantar Taylor Shen masuk mobil, Tiffany Song kembali ke villa. Ia pergi ke kamar Angela He. Wanita itu sedang kepusingan dan menelepon mamanya. Nyonya He tidak menyangka anaknya membuat jebakan separah itu. Ia menegurnya panjang lebar, tetapi terakhir tetap berjanji akan membantu membebaskan si asisten rumah.

Baru Angela He mematikan telepon, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk. Ia ketakutan setengah mati sampai ponselnya jatuh ke lantai. Untung saja lantai dilapisi karpet, jadi ponselnya tidak lecet atau pecah sama sekali.

Angela He menunduk dan mengambil ponsel. Ia lalu berjalan ke pintu dan membukanya. Melihat Tiffany Song berdiri di depan, ia langsung mundur dua langkah. Dengan gagap, ia bertanya: “Kamu, kamu mau apa?”

Tiffany Song menatap Angela He dari atas ke bawah dengan tenang. Orang yang baru sekali melakukan kejahatan pasti memang akan terus gelisah begitu. Tiffanny Song bertanya balik, “Kamu tidak tahu mengapa aku kemari?”

“Tiffany Song, aku tidak mau menyambut kedatanganmu. Silahkan pergi!” Angela He buru-buru menutup pintu.

Tiffany Song berhasil menahan pintu sebelum tertutup sempurna. Ia tersenyum tipis: “Angela He, aku selalu mengira kamu gadis baik yang polos dan baik hati. Meski sudah terjadi banyak insiden, impresiku soal kamu ini tidak berubah sama sekali. Sekarang aku mau tanya, mengapa kamu tega melakukan itu padaku?”

Angela He benci setengah mati pada Tiffany Song. Ia jelas-jelas bisa membuat Tiffany Song mati dengan menaruh satu ekor ular yang beracun saja, tetapi ia lebih memilih menaruh puluhan ekor ular yang tidak beracun. Ini membuktinya nuraninya sebenarnya masih ada. Sayang, ia terus dibutakan oleh sikap bencinya sampai tindakannya semakin lama semakin ekstrem.

“Kamu punya bukti apa menuduhku sebagai pelaku?” tanya Angela He dengan tatapan penuh kebencian. Hidupnya bisa jadi melarat begini semua karena Tiffany Song!

“Aku tidak punya bukti, tetapi aku yakin kamu semalaman kemarin dan seharian ini tidak bisa duduk tenang kan?” Sudah seekstrem apa pun tindakan seseorang, kalau ia masih punya hati nurani, ia pasti akan merasa bersalah dengan tindakannya.

“Hehe, aku saja tidak melakukan apa-apa, mengapa tidak bisa duduk tenang?” tanya Angela He sambil tersenyum dingin.

Tiffany Song mendebat santai, “Kalau begitu mengapa kamu tidak berani mengizinkan aku masuk? Kamu takut aku menemukan hal-hal yang tidak seharusnya kulihat?”

“Aku takut? Memang apa yang bisa membuatku takut?” Angela He membuka pintu lebar-lebar. Ia berjalaln masuk dan duduk di sofa. Yang mama bilang benar, ia tidak cocok melakukan perbuatan jahat. Ia jelas-jelas benci sampai ke tulang-tulang pada Tiffany Song, tetapi ia tetap khawatir wanita itu mati ketika melihatnya dibopong William Tang dalam keadaan pingsan.

Tiffany Song ikut masuk. Ia duduk di seberang adik iparnya, “Angela He, kejadian kemarin anggap sajalah untuk membalas keguguranmu. Aku tidak akan mengungkitnya lagi, juga akan melarang Taylor Shen menyelidikinya.”

“Menyelidiki apa? Pelakunya bukannya sudah dibawa ke kantor polisi dan masuk penjara?” dalih Angela He tidak senang.

“Aku rasa kamu tahu apa yang sedang kamu katakan. Angela He, kamu tidak cocok melakukan kejahatan. Saat Taylor Shen menginterogasi si asisten rumah, kamu terus gemetar. Kamu takut ia menyebut namamu dan kamu tidak bisa tinggal di sini lagi, ya kan? Aku bingung, kalau kamu tidak suka dengan Wayne Shen, mengapa kamu menyiksa dirimu sendiri dengan menikahinya? Berhubung kalian sudah menikah, mengapa kamu tidak berusaha menyukainya dan bahagia dalam pernikahan ini?” Tiffany Song sungguh tidak paham dengan kelakuan adik iparnya. Usia mereka hanya terpaut empat tahun, tetapi mengapa Angela He masih sangat kekanak-kanakan?

Angela He marah, “Atas dasar apa kamu menegurku begini? Kamu merasa sudah menang?”

“Angela He, aku masih ingat ketika momen ketika kita berjumpa untuk yang pertama kali. Kamu waktu itu sangat polos. Sekarang, hanya demi seorang pria, kamu rela jadi jahat dan melakukan hal-hal yang berlawanan dengan nuranimu sendiri. Kamu tidak merasa ini berlebihan?” ujar Tiffany Song menyayangkan. Kalau Taylor Shen sempat memberinya harapan, ia mungkin masih bisa paham dengan tindakan-tindakan wanita ini. Yang jadi masalah adalah Taylor Shen saja tidak pernah memberinya harapan, jadi buat apa ia terus berusaha mengejarnya?

“Tiffany Song, kamu jangan berperilaku seolah kamu paling mengerti aku. Cinta Taylor Shen padamu sekarang memang sedang berbunga-bunga. Tetapi, tunggu saja bunganya layu, ia pasti akan benci kamu dan cari wanita lain. Kamu pasti akan terjungkal dari jabatan nyonya muda keempat,” ujar Angela He.

Tiffany Song terpancing hingga menggeretakkan gigi. Kalau Angela He adalah adiknya sendiri, ia pasti sekarang sudah menamparnya sekali untuk melihat apakah dia bisa sadar atau tidak. Tiffany Song menegur, “Mengapa kamu masih terus larut dalam impianmu dan tidak sadar juga? Taylor Shen sama sekali tidak tertarik denganmu.”

“Sok tahu! Kalau tidak ada kamu, yang meniduri aku waktu itu adalah Taylor Shen! Papa sudah memberinya obat dan ia menyuruhku menunggu Taylor Shen di kamar. Kalau saja aku tidur dengan dia, aku pasti sekarang sudah jadi istrinya,” balas Angela He.

Telinga Tiffany Song berdengung. Ia memang dengar rumor soal tidur-tidur ini ketika beberapa kali berkunjung ke rumah kediaman keluarga Shen. Para asisten rumahtidak berani berujar apa-apa soal itu, tetapi mereka terus membicarakan ini di belakang.

“Jadi kamu tidak melawan karena kamu kira Wayne Shen itu Taylor Shen?”

Angela He menatap Tiffany Song tajam, “Kalau kamu tidak mengajak dia pergi, aku tidak akan tidur dengan Wayne Shen, juga tidak akan terpaksa menikah dengan seorang pemerkosa seperti dia. Tiffany Song, hidupku jadi melarat gini semuanya karena kamu. Mengapa kamu tidak mati saja sih?”

Sebelum Tiffany Song merespon, pintu kamar tiba-tiba dibuka seseorang. Ia mendongak dan melihat Wayne Shen berdiri di depan sana dengan sangat muram. Ia seperti setan yang datang dari neraka……

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu