You Are My Soft Spot - Bab 62 Aku mau bercerai dengan Lindsey Song! (1)

Keesokan paginya, Tiffany terbangun dengan penuh keringat, dia tertegun menatap ke langit-langit, bagian yang terluka di bahu kanannya sakit memanas. Dia seketika linglung. Setelah beberapa lama, barulah ia bangkit pergi mandi dan berpakaian.

Sebelum pergi ke rumah sakit, dia mau pergi ke pasar terlebih dahulu. Dia juga ingat Cristian pernah mengatakan, Taylor tidak terbiasa memakan makanan luar, setiap kali dia kembali dari dinas pasti akan sakit lambung dan panas dalam. Dia sekarang mengalami luka yang begitu parah, semakin tidak boleh makan makanan luar.

Berpakaian rapi, dia mengambil tas dan keluar, baru saja membuka pintu kamar,ia pun melihat William berdiri di koridor, menyandar di dinding, mendengar suara buka pintu, ia mengangkat kepala melihat kearah sini: “Tiffany, kamu sudah bangun. Aku terus menunggu mu.”

Tiffany mengerutkan alis, lalu menutup pintu, membalikkan badan lalu berjalan ke arah lift. William dengan segera mengikuti nya selangkah demi selangkah, keluar dari hotel, dia masih mengikuti dari belakang, Tiffany tidak tahan untuk berhenti, membalikkan badan menatapnya, “William, apa yang kamu ingin lakukan?”

“Menemani mu.” William dengan alami menjawab.

Tiffany dengan menatapnya tanpa kedip, “Aku tidak perlu kamu temani, orang yang paling seharusnya kamu temani adalah Lindsey. Kamu jangan lupa ia mengandung anakmu.”

“Tiffany, jika kamu tersinggung Lindsey mengandung anakku, setelah kembali ke Kota Tong, aku akan menyuruhnya mengaborsi anak itu, dia ada paman keempat ku, dia tidak akan menjadi halangan agar kita berdua bisa bersama.”Kata William

Tiffany menatapnya yang seperti ini, hanya merasa aliran darah di sekujur tubuh mengeras bersama, sebenarnya kenapa ia mencintai pria ini bertahun-tahun lamanya? 5 tahun? Tidak, pas 8 tahun, sejak umur 17 hingga 25 tahun, William adalah pusat dunia nya, dia hanya melihat sisi baiknya, mengesampingkan segala kekurangannya. Sampai pada saat ini, barulah ia benar-benar mengerti. Ada beberapa hal, jika terlewatkan maka terlewatkan, jika terlalu terlambat untuk menyadarinya juga tidak akan ditemukan.

“Kamu masih tahu dia adalah istri dari paman keempat mu? Kamu menekannya di bawah badan mu, ketika membuatnya mengandung benih mu, kenapa kamu tidak pernah terpikirkan ia adalah istri paman keempatmu? William, antara aku dan kamu, dibatasi oleh seumur hidup bukan Lindsey dan anak itu. Aku pikir aku benar-benar sudah salah, pria dewasa baik hati yang aku cintai, sudah mati 5 tahun yang lalu, tapi aku masih tidak percaya, begitu berjuang ingin menyimpannya dalam memori.” Tiffany

“Siapa yang membawa pergi kebaikan hati ku? Aku kah? Tiffany, tahu kah kamu? Aku lebih memilih kamu tidak pernah memberitahu ku, kamu diperkosa orang, dengan begitu aku setidaknya masih bisa berpura-pura bahagia.” William menuduh

Tiffany dipaksanya hingga mengeluarkan air mata, hati nya berdenyut sakit, luka yang perlahan sudah menyatu, dibuka lagi oleh nya dengan kejam, sekali lagi kepahitan itu menguak di bawah sinar matahari. Ia menutup mata, air matanya jatuh dari antara jari-jari, di dalam suaranya ada kesedihan, “Kamu kira aku merasa enak? Aku diperkosa oleh orang, jelas-jelas tahu sudah tidak sepadan dengan mu, aku masih ingin menikah dengan mu, ingin kamu melindungi ku. Aku memberitahu mu, ialah tidak ingin menutupi apapun dari mu, ialah berpikir kamu akan berkata pada ku: Tiffany, tidak apa-apa, kita lupakan, kita akan bahagia. Tapi kamu? Sudah 5 tahun, kamu sekali demi sekali dengan kejam mengungkit memori pahit ku , tidak peduli dengan perasaanku, membuat ku berjuang dengan begitu susah di tengah kesakitan dan keputus-asaan. Kesalahan apa yang ku perbuat? Apakah aku ingin di perkosa orang kah? Jikapun di alam mimpi, aku menyesal, menyesal memilih jalan itu pada saat itu.”

William tiba-tiba gelisah, dia maju 1 langkah, ingin memeluknya, “Tiffany, aku..........”

“Beginilah, jika diantara kita hanya tersisa kebencian, dengan paksa diikat bersama lagi, juga tidak akan bahagia.” Tiffany selesai mengatakan hal itu, ia pun balik badan dan pergi, perjuangan batin dan fisik seumur hidup, seperti habis dalam momen ini, di kehidupannya, hanya tersisa suram dan kesedihan.

William melihat bayangan tubuh nya duduk masuk di dalam taxi, tangannya yang berada disamping badannya dengan erat menggenggam kepalan , Tiffany, jikapun saling menyiksa , aku juga tidak akan menyerah, sama sekali tidak akan menyerah.

Ketika Tiffany membawa sayur dan berjalan masuk ke dalam kamar rumah sakit,tangan Taylor sedang memegang handphone, sepertinya sedang menelepon seseorang, melihatnya berjalan masuk, alis mata nya yang berkerut erat tiba-tiba meregang, matanya tersirat senyuman, namun masih dengan perasaan tidak puas bertanya : “Kenapa handphone mu dimatikan?”

Kepala Tiffany juga tidak diangkat, karena tidak ingin ia melihat matanya yang merah karena menangis, dia lurus berjalan ke arah dapur kecil, sambil berjalan sambil berkata: “ Semalam jatuh rusak, belum sempat pergi memperbaikinya.”

Taylor melihat bayangan tubuhnya, selalu merasa ada sesuatu yang aneh, “Kamu kenapa?”

“Apa yang kenapa?”Tiffany meletakkan sayur diatas meja dapur, dia membalikkan badan, bibirnya hampir mengenai bahu Taylor yang telanjang . Dengan terkejut ia berjalan mundur 2 langkah, dengan hati yang ketakutan menatapnya: “Kamu berjalan tidak bersuara ya?”

Mata indah Taylor yang hitam gelap kedip dan tidak berkedip menatapnya, matanya sedikit memerah, jelas pernah menangis,namun masih berpura-pura seperti orang yang tidak terjadi apa-apa di depannya. Hatinya sakit , dalam hati ia tahu di dunia ini yang bisa membuatnya menangis, hanya 1 orang itu, dia menjulurkan tangan mencubit pipinya, “Aku sudah mau mati kelaparan, pergi masak.”

Tiffany menjulurkan tangan mengelus-elus pipi yang sakit karena dicubitnya, mengerutkan alis dan berkata: “Kamu ringan sedikit, aku juga bukan perunggu, bisa sakit juga tahu?”

Mata indah Taylor tersirat senyuman, dengan bercanda berkata: “Aku kira kamu adalah perunggu , tidak tahu sakit.” 1 kalimat bermakna ganda, Tiffany malah tidak mengerti apa yang ia maksud.

Dia menjulurkan tangan mendorongnya dari dapur, dengan benci ia berkata: “Cepat pergi berbaring, terluka maka harus seperti orang sakit, dan juga, lain kali ingat pakai sepatu, jangan dengan kaki ayam menginjak tanah, jika terpleset maka akan terjadi masalah besar.”

Taylor terus didorongnya hingga ke sisi kasur, dibawah pandangan melototnya yang seperti harimau yang mengincar mangsa , ia pun terbaring di atas kasur dengan tidak berdaya, perempuan itu jika berubah ganas cukup ada tenaga teror. Dia berbaring di atas kasur, tiba-tiba menggegam tangan Tiffany, ketika melihat nya berjalan ke arah nya, ia mencium telapak tangannya.

Tiffany seperti tersambar api, dengan cepat menyimpan kembali tangannya, ia berlari dengan sangat cepat masuk ke dapur kecil, detak jantungnya pun berubah kacau.

Tiffany dengan sangat cepat memasak 3 sayur dan 1 kuah, ia mendirikan meja kecil yang ada di atas kasur, lalu menghidangkan sayurnya. Taylor meletakkan dokumen yang ada di tangannya, melihat sepiring labu pahit dengan bawang putih cincang yang ada di atas meja, ia langsung mengerutkan alis, “Aku tidak makan ini.”

Tiffany melihat mengikuti arah pandangan dia, melihat sepiring labu pahit dengan bawang putih cincang yang tidak berdosa itu itu, ia berkata: “ Labu pahit itu meredakan panas dalam, makan banyak juga ada bermanfaat bagi tubuh.”

Mengatakan hal itu, ia pun meletakkan semangkuk nasi putih di depannya, melihatnya wajah yang penuh dengan rasa benci, ia tersenyum dan berkata: “Sudah begitu dewasa, masih saja memilih makanan, ini adalah labu pahit putih yang khusus aku pergi dan pilih di pasar sayur, ditanam oleh paman petani, tepat pada musimnya , sangat enak.”

Taylor mengangkat mangkuk, melihatnya dengan curiga, “Kamu pagi datang terlambat, karena pergi ke pasar sayur?”

“Ya.” Tiffany enggan berkata banyak, ia pun mengangkat mangkuk dan makan dengan diam.

Taylor menatapnya wajah cantiknya yang lembut dan anggun, dalam hati seperti ada cakar beberapa ekor kucing yang sedang mengganggu, tapi dia tidak bertanya apapun, dengan diam menyantap hidangan itu.

Tiffany menyadari, Taylor mengatakan tidak suka makan labu pahit, sungguh sama sekali tidak menyentuhnya. Ia pun mnegerutkan alis, dengan sumpit menjepit labu pahit lalu meletakkan nya di dalam mangkuk dia, “Cobalah, Stella paling suka makan labu pahit dengan bawang putih cincang buatan ku, rasanya seharusnya lumayan.”

Taylor dengan tenang menatapnya, Tiffany karena dilihat oleh nya sangat tidak leluasa, “Makan, lihat aku bisa kenyang?”

Taylor menyimpan kembali pandangannya, melihat labu pahit di dalam mangkuk, akhirnya tetap saja dengan terpaksa ia menjepit 1 potong dan memasukkannya dalam mulut, perlahan menguyah, rasa pahit langsung memenuhi tengah bibir dan giginya, membuatnya sedikit mengerutkan alis.

“Tidak enakkah?” Tiffany terus mengamati perubahan ekspresinya, melihatnya mengerutkan alis, dengan segera ia bertanya dengan gugup. Kuat dan besar

Taylor menggeleng-gelengkan kepala, dengan paksa menelan labu pahit yang ada di dalam mulutnya, kemudian kembali menjepit 1 potong dan memasukkannya ke dalam mulut, tdiak bisa membedakan dengan jelas menyiksa diri sendiri, atau karena pandangannya yang penuh dengan harapan.

Tiffany melihat dia memakan habis semua yang Tiffany berikan padanya, dia pun dengan segera menjepit 1 sumpit untuknya lagi . Taylor melihatnya, sebenarnya dalam lambungnya sudah bercampur aduk, namun dia dengan paksa menahan, memasukkan labu pahit ke dalam mulutnya.

“Stella bilang, setiap kali memakan labu pahit dengan bawang putih cincang buatan ku, pun akan teringat sayur hot pot buatan neneknya ketika masih kecil, setiap musim panas tiba, musim dimana labu pahitmatang, neneknya akan mengambil labu pahit , buncisditumis bersama, beberapa anakn mereka selalu melahapnya dengan sangat senang. Sebenarnya ketika aku sangat kecil, ayah hanyalah seorang buruh kecil yang bertugas memindahkan batu bata di area pembangunan , uang yang didapat tidak banyak, ibu demi menghemat uang, hanya bisa membeli sayur yang murah. Saat itu semua sayur mahal, hanya labu pahitpaling murah, karena banyak sekali orang tidak suka makan labu pahit. Jadi setiap musim panas tiba, sayur dengan presentase muncul di atas meja makan paling tinggi juga ialah labu pahit. Kakak tidak suka makan labu pahit, selalu selalu mengkritik labu pahit itu pahit, ibu pun akan memberinya makanan yang lebih baik, memasak yang disukainya. Aku tidak mendapatkan perlakuan sepertinya, hanya bisa bersama ayah dan ibu makan labu pahit, kemudian aku pun jatuh cinta pada rasa pahit labu pahit, pahit berakhir dan manis pun akan datang.” Tiffany berkata.

Taylor tiba-tiba meletakkan sumpitnya, lalu pergi pergi ke toilet. Tiffany tertegun melihat bayangan punggungnya, lalu terdengar suara ia muntah dari toiley, hatinya terkejut, dengan segera ia berjalan ke arah toilet.

Dalam toilet yang sempit, 1 tangan Taylor menahan di batu tembok, 1 tangan menutup bagian lambungnya, sisi wajah nya putih pucat yang tidak biasa, dia dengan perasaan sulit percaya melihatnya,“Taylor, kamu......”

Taylor membalikkan kepala melihatnya, dalam matanya yang indah ada air mata yang berkilau, wajahnya penuh dengan derita, Tiffany sekejap tidak bisa bersuara, sudah terbiasa melihat dia atau gaya kuat atau sombong atau dingin, tiba-tiba dia berubah menjadi begitu lemah, sungguh membuatnya bingung.

Dia tidak dapat menahan diri untuk berjalan ke arahnya, menjulurkan tangan memegang lengannya, otot di bawah telapak tangannya keras,seperti sedang menahan sesuatu. Tenggorokan Tiffany seperti sedang dicubit dengan kuat oleh seseorang, tidak bisa mengeluarkan suara, pelan-pelan ia mendekat ke sana, menjulurkan tangan memeluknya dengan ringan, tanpa suara menenangkan penderitaannya.

Badan Taylor gemetar, cukup lama, dia menjulurkan tangan, lalu memeluknya erat dengan sekuat tenaga, erat hingga seperti mau memutarnya hingga masuk kedalam tulang dan dagingnya.

---------------------

Atmosfer selanjutnya ditambah lagi 1 jenis derita yang tidak bisa diungkapkan dengan jelas,Tiffany selesai mencuci mangkuk pun keluar, melihat Taylor berdiri di depan jendela, tidak tahu sedang melihat apa, ekspresinya fokus.

Dia perlahan berjalan kesana, dan berhenti di tempat dengan jarak 2 langkah darinya, dia melihat bayangan punggung Taylor, dia ingin bertanya kenapa tadi dia begitu menderita, omongan itu sudah sampai di mulutnya namun dia telan kembali. Setiap orang ada penderitaan yang enggan dibicarakan ,dia ada, Taylor juga ada. Dia enggan karena rasa penasarannya, pun pergi menguak kepahitan yang dulu ia alami, membuatnya sakit 1 kali lagi.

“Itu, pesawat ku sore hari pulang ke Kota Tong, kamu baik-baik merawat diri.” Tiffany awalnya memutuskan untuk dinas 3 hari, karena ada bantuan dari Cristian, perkembangan masalah lebih lancar dibandingkan yang ia bayangkan, jadi sore hari ia pun sudah bisa pulang ke Kota Tong.

Taylor membalikkan badannya,mata yang indah dengan dalam menatapnya, cukup lama , ia berjalan ke sisi lemari kasur, menarik sebuah laci, dari dalam ia mngeluarkan sebuah kotak berwarna pink dan memberikannya ke Tiffany, “Ambil .”

Tiffany menurunkan matanya, melihat kotak itu, ia menggelengkan kepala, “Tidak menerima imbalan yang tidak pantas diterima, aku tidak bisa menyimpannya.”

Taylor melangkah,3 2 langkah pun menarik dekat jarak diantara 2 orang itu, dia perlahan mencondongkan badannya ke bawah , menangkap tangannya, memasukkan kotak ke dalam telapak tangannya, “Jika tidak suka, keluar belok kanan, ada tong sampah.”

“........” Orang ini memberi barang begitu sombong kah? Dia mengangkat kepala melihat Taylor, saat ini juga diwajahnya tidak ada lagi sedikit pun penderitaan, seperti tadi tidak terjadi apa-apa.

Ia terus memegang kotak itu, “Taylor.....”

“Nanti aku menyuruh Cristian mengantar mu ke bandara, pulang susun koper lah.” Seperti takut ditolak nya, selesai ia berkata, ia pun membalikkan badan berjalan kembali ke depan jendela, dengan gaya dingin dan gaya nya yang tadi memeluknya sungguh sangat berbeda.

Tiffany tertegun, dalam hatinya ada 1 rasa yang tidak bisa diungkapkan, dia membalikkan badan berjalan ke sisi sofa, mengambil tas, ketika keluar, ia pun tidak tahan untuk melihatnya lagi, saat ini barulah membuka pintu dan keluar.

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu