You Are My Soft Spot - Bab 400 Ke Tempatku Yuk? (1)

Perangai Erin saat ini sangat tenang. Ia sedikit pun tidak merasa malu atau gugup seperti orang yang baru pertama kali menyatakan cinta. Mungkin ini karena di hatinya sudah ada sebuah keputusan, jadi ia tidak perlu takut pengakuan cintanya ditolak oleh si pria.

Meski rasa senang dalam dirinya tenggelam begitu saja, James He masih tetap bersikap rasional. Ia tahu Erin belum selesai bicara, jadi ia menunggunya dulu dengan tenang, lalu baru memutuskan memberi cekikan atau pelukan.

“Tadi, aku duduk di sini sepanjang sore untuk memikirkan masa depan kita, juga memikirkan apa yang harus aku lakukan. Aku sudah tahu jawabannya sekarang. James He, kita tidak bisa bersama.”

Si pria tersenyum dingin, “Kamu bilang kamu suka aku, tetapi kamu tidak bersedia berpasangan denganku. Apanya yang suka coba ini?”

“Identitas kita beda jauh bagai bumi dan langit……”

“Peduli apa soal identitas? Erin, jangan terus mengungkit ini sebagai alasan. Selagi kamu masih merupakan manusia, identitas kita sama-sama orang,” potong James He dengan gusar. Pria itu berucap lagi, “Kamu pasti bohong ya bilang suka aku? Pasti biar aku senang saja kan?”

Erin membalas, “Tenang sedikit, dengarkan kata-kataku sampai selesai.”

“Tenang? Kamu ingin membunuh anak kita, bagaimana bisa aku tenang? Setiap kali kamu bilang kita tidak bisa bersatu karena alasan identitas, bagaimana aku aku bisa tenang? Apa maksudmu melakukan ini, apa kamu sengaja mau mempermainkanku?” tanya James He sembari mencengkeram kotak obat.

“Aku……” Erin memalingkan kepala dengan canggung.

James He maju satu langkah dan menegakkan kedua bahu Erin demi membuat wanita itu menatapnya. Ia berkata: “Erin, aku tidak terima apa pun pemikiranmu. Masalah identitas kita sama atau tidak, itu tidak akan bisa menghalangi keinginanku untuk memilikimu. Yang kita lakukan semalam adalah sesuatu yang sudah kudambakan sejak lama. Aku akhirnya berhasil melakukannya, tetapi kamu salah besar kalau berpikir aku puas hanya dengan melakukannnya sekali. Mulai hari ini kita harus melakukannya tiap malam, jadi kamu harus terus ada di sisiku tanpa boleh kabur. Jangan melawan atau aku patahkan kedua kakimu.”

Wajah Erin memerah. Kalau dipikir-pikir, mana ada orang yang menyatakan cinta tanpa mengajak pacaran seperti dirinya ya? Sembari menatap lantai, ia merespon, “James He, mengapa kamu tidak paham juga bahwa kita tidak bisa bersama?”

“Coba saja jalani dulu, siapa tahu bisa,” tukas James He. Ia sangat senang tahu Erin suka dirinya, sebab dirinya juga menyukai Erin, bahkan besaran perasannya jauh lebih besar. Kalau Erin bilang mereka tidak bisa bersama, maka ia ingin menentang takdir. Kalau menang, ia seumur hidup akan memiliki Erin. kalau kalah, ia seumur hidup tetap punya kenangan yang banyak tentang Erin.

Jadi, dalam pertarungan dengan takdir ini, ia seratus persen akan menang!

“Jangan egois begini,” bujuk Erin.

“Kamu suka denganku, aku kebetulan juga suka denganmu. Mengapa kamu sudah mau menyerah sebelum berjuang?” James He sungguh ingin melubangi kepala Erin dan mengecek struktur otaknya. Katanya suka sama seseorang, tetapi mengapa tidak mau berpasangan dengan orang itu? Ini orang kok langka sekali ya?

“Karena aku tahu hasilnya pasti tidak bisa.” Erin berjalan ke sisi jendela. Sembari mengamati tumpukan salju di luar yang makin tebal, ia berujar: “Hubungan kita semalam tidak seharusnya terjadi, tapi aku memutuskan berhenti menahan diri biar bisa menikmati. Meski begitu, mimpi seindah apa pun bakal ada akhirnya. Mendapatkan lalu kehilangan akan jauh lebih menyakitkan daripada tidak pernah mendapatkan sama sekali. James He, aku sudah memiliki memori yang bisa dikenang di sisa hidupku. Itu sudah sangat cukup, jadi kita tidak usah berhubungan lagi.”

James He menatap punggung Erin, lalu menghampirinya dan memeluknya dari belakang. Ia menaruh dagu di bahu si wanita, “Erin, kamu rela melepas diriku? Mengapa kamu bersedia mengenang hubungan kita semalam di sisa hidupmu, namun tidak bersedia berusaha berpasangan denganku?”

“Sebab kamu pemimpin keluarga He. Kamu orang yang didewakan semua orang dan seorang dewa tidak boleh dirusak kesuciannya.”

“Tetapi aku semalam sudah mempenetrasi dirimu, jadi sekali pun dulu seorang dewa, aku kini sudah berubah jadi orang biasa. Aku paham kekhawatiranmu, aku bisa membujuk Bibi Yun sampai setuju. Percayalah, akan ada hari di mana janjiku ini akan terwujud. Sebelum itu terjadi, kita pertahankan saja situasi sekarang. Kamu bisa datang ke tempatku seminggu dua kali dan kita pacaran diam-diam, oke?” Mungkin ini pertama kalinya James He merendah sampai begini rupa di hadapan orang lain!

Persatuan mereka sudah terhambat sepuluh tahun sebelumnya. Si pria tidak ingin itu kembali terhambat untuk sepuluh tahun lagi, bahkan seumur hidup.

Erin sejujurnya mau saja berpasangan dengan James He, namun ia meredam keinginan itu tiap kali teringat mamanya, identitas keluarga He, dan masa depan mereka. Wanita itu menggeleng, “Tidak oke!”

Tidak merendahkan diri seperti barusan lagi, James He kini marah. Ia membalikkan badan Erin biar mereka bisa bertatapan, “Erin, apa aku harus mengancammu dulu baru kamu mau berpasangan denganku?”

Erin mengernyitkan alis.

Si pria merogoh ponsel dan menggoyangkannya di depan si wanita. Ia lalu berujar nakal: “Beruntung aku ada meninggalkan jejak. Semalam, aku sempat memotret dan merekam dengan ponsel ini. Kalau kamu tidak patuh pada permintaanku, aku akan menunjukkan semua ini ke Bibi Yun. Kalau kamu patuh, aku jelas tidak akan melakukannya. Coba kamu bayangkan, kalau mamamu melihat semuanya, akankah dia memintamu bertanggung jawab padaku?”

Tanpa perlu berpikir, Erin tahu foto dan video apa yang dimaksud si pria. Ia mengangkat tangan untuk merebut ponselnya, namun James He sudah keburu menghindar. Dengan wajah yang menegang karena marah, Erin berkata, “James He, sungguh tidak tahu malu kamu. Berani-beraninya kamu memotret kita, kamu……”

Erin tidak kuasa melanjutkan kata-katanya. Pria ini tahu batas tidak sih?

James He menjelaskan dengan tenang, “Aku dari awal sudah tahu kamu bakal menghindar lagi setelah berhubungan seks, jadi aku melakukan dokumentasi untuk dijadikan ancaman. Oh iya, penawaranku kuubah. Sekarang bukan dua kali seminggu lagi, melainkan kapan pun dipanggil harus datang. Kalau tidak, aku tidak bisa jamin Bibi Yun tidak bakal lihat foto-foto dan video-video kita.”

Erin marah setengah mati. Semalam ia terlalu keasyikan menikmati hubungan seks, jadi sama sekali tidak tahu James He sempat memotret dan mereka. Ia jadi mau gila sendiri memikirkan ini, “Sialan kamu. Sudah memaksa, masih juga menjebakku.”

“Jadi, mau terima tawaranku tidak?” Melihat ekspresi kesal Erin, James He menahan tawa dengan susah payah. Nampaknya memang hanya cara-cara tidak biasa yang bisa menjinakkan Erin!

Sebenarnya, James He tidak punya foto atau video apa pun. Ia saja semalam larut dalam kenikmatan, mana kepikiran buat melakukan dokumentasi? Meski begitu, melihat Erin sekarang sangat ketakutan, ia terpikir untuk benar-benar melakukan hal ini kapan-kapan.

Saat lagi tidak berhubungan, ia juga bakal bisa lihat-lihat itu semua buat berimajinasi kan?

James He makin lama makin sadar ini ide yang sangat brilian.

Erin marah hingga tidak bisa berkata-kata. Ia benar-benar sudah menggali lubang yang sangat dalam untuk dirinya sendiri. Sekarang, suasana perbincangan mereka yang tenang tadi sudah berubah jadi menegangkan dan emosional.

Erin membuang badan dan berkata dingin: “Aku tidak bakal takut dengan ancamanmu, lebih-lebih tidak bakal mau datang kapan pun dipanggil.”

“Oke, kita buktikan saja.” Kelar berucap begini, James He mengangkat ponsel dan menelepon sebuah nomor. Orang seberang segera menangkat pada bunyi dering pertama. James He sengaja memasang loudspeaker biar Erin bisa dengar isi pembicaraan.

“Bibi Yun, ini James He. Aku di sini punya foto……” Belum selesai si pria bicara, si wanita sudah mendatanginya dengan tergesa-gesa. Ia segera menahan pinggang si wanita, lalu menatapnya sembari tersenyum. Sementara itu, Erin menutup mulut James He dengan dua tangan biar tidak mampu bicara lagi.

Di seberang terdengar suara Bibi Yun, “Tuan Muda, barusan kamu bilang apa? Aku tidak mendengarnya dengan jelas, mohon ulangi.”

James He menatap wanita yang ada dalam pelukannya. Hatinya sangat lega karena akhirnya ketemu cara ampuh untuk menakulukannya. Selain itu, si pria juga mengecup telapak tangan Erin yang tertempel di bibir. Si wanita buru-buru melepaskan kedua tangan itu dengan wajah merah, lalu bicara dengan gerakan mulut: “Matikan teleponmu, oke aku patuh!”

James He mengernyitkan alis. Ia membalas dengan gerakan mulut juga: “Kapan pun dipanggil bakal datang?”

Erin kesal sekesal-kesalnya. Meski begitu, mendengar mamanya sudah memanggil-manggil James He di telepon, ia memilih berkompromi. Erin mengangguk dan berujar tanpa suara: “Iya, bakal.”

Si pria melanjutkan telepon sambil tersenyum lebar, “Bibi Yun, tidak ada apa-apa kok. Aku tiba-tiba rindu kamu, jadi ingin menelepon.”

Bibi Yun terhenyak. Di dalam hati, meski ini agak lancang, ia sebenarnya memang memperlakukan James He seperti putranya sendiri dari dulu. Dengan pengakuan tiba-tiba James He bahwa pria itu kangen dengannya, ia seketika merasa agak terharu. Si bibi merespon dengan sedikit terisak: “Dengar-dengar kamu lagi pergi dinas ya? Jaga diri baik-baik, jangan khawatirkan kamu yang ada di rumah.”

“Iya. Aku dan Erin pergi dinas bareng-bareng, ini dia ada di saampingku. Ingin bicarakah kamu dengannya?” Mendengar James He menyebut namanya, Erin kaget setengah mati. Tapi, ia sudah tidak keburu untuk menutup bibir menyebalkan ini lagi!

Bibi Yun terhenyak lagi. Ia bertanya gelisah: “Tuan Muda, apa Erin merepotkanmu?”

“Tidak sih, hanya saja……” Melihat tatapan tajam Erin, James He buru-buru mengalihkan topik, “Nih aku berikan ponselku ke dia, kalian ngobrol saja.”

Erin menatap ponsel James He seperti sebuah ubi panas yang menyeramkan untuk dipegang. Ia tidak menerima sodoran si pria sampai akhirnya ponsel itu dipaksa dimasukkan ke telapak tangannya. Erin dengan terpaksa menerima, mematikan mode loudspeaker, lalu berjalan ke sisi jendela. Bertelepon dengan mama menggunakan ponsel James He rasanya ganjil sekali……

“Mama.”

“Erin, bukannya kamu menemani Nona He pergi dinas? Kok sekarang bisa sama Tuan Muda?” Nada bicara Bibi Yun agak menyibak kekesalan. Ia barusan sangat kaget begitu James He bilang Erin ada di sebelah.

Mau sebagus apa pun Erin bersandiwara, mana mungkin mama kandungnya sendiri tidak menyadari keganjilan ini? Sejak Erin sudah bisa diajak bicara, Bibi Yun sering sekali menjelaskan soal status sosial padanya. Si mama tidak mengizinkannya untuk mimpi ketinggian. Ia hanya mau Erin mencari pria yang punya status sosial sederajat, lalu hidup biasa-biasa saja sampai akhir hayat.

Ini karena waktu itu ia melihat sendiri bagaimana orangtua James He berpisah. Ia tidak mau tragedi itu terjadi pada Erin juga.

Erin mengeratkan pegangan pada ponsel James He, lalu menjawab: “Kami kebetulan berjumpa Tuan Muda dan Tuan Shen di sini. Mama tenang saja, yang mama khawatirkan tidak bakal terjadi.”

“Erin, mama itu khawatir demi kebaikanmu. Siapa pun boleh, hanya Tuan Muda saja yang tidak.” Bibi Yun membuang nafas panjang. Ia belakangan mendesak Erin buat dijodohkan juga untuk mencegahnya salah pilih pasangan dan terlanjur melangkah jauh.

“Aku sudah bilang padamu bahwa aku tidak suka dengannya. Mama jangan berpikir aneh-aneh.” Baru kelar Erin berbicara, punggungnya merasakan dada yang hangat. Tubuhnya langsung menegang dan berusaha melepaskan diri dari dekapan si pria, namun jadinya malah didekap lebih erat.

Hati Erin sungguh merasa bersalah. Di satu sisi ia berbohong ke mama bahwa ia tidak suka James he, namun di sisi lain ia semalam berhubungan seks berulang-ulang dengannya. Erin bahkan merasa dirinya seperti orang bermuka dua sekaligus durhaka.

Begitu melihat Erin mematikan loudspeaker tadi, James He langsung tahu topik pembicaraan mereka berkaitan dengan dirinya. Ia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Bibi Yun, namun jelas bisa mendengar penuturan Erin, termasuk kalimat bahwa si wanita tidak suka dirinya.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu