You Are My Soft Spot - Bab 142 Ia Bilang Ia Bermarga Shen (2)

“Baik.” Mereka berdua duduk bersama, Tiffany Song membuka kamera ponselnya dan mengambil foto mereka berdua, dua lembar foto, di foto wajah Callista Dong terlihat serius, sedangkan Tiffany Song membuat tanda peace.

Setelah berfoto, Callista Dong meminta Tiffany Song untuk mengirimkannya ke ponselnya. Ia melihat foto itu, dan berkata dengan haru: “Ini adalah kedua kalinya kita berfoto bersama, kau sudah sangat berubah, sama sekali tak mirip dengan masa kecilmu.”

Tiffany Song dalam hati merasa cemas, ia takut Callista Dong akan menyadari sesuatu, ia berkata: “Mama, aku sangat lapar, ayo pesan makanan.”

“Baik.”

.....................

Mungkin karena terlalu senang, sepasang ibu dan anak itu menghabiskan sebotol red wine, Lafite tahun 1985, alkoholnya sangat kuat. Saat supir mengantar Tiffany Song pulang, ia sudah tak mengenali arah.

Setelah menerima telepon, Taylor Shen menunggu di luar mansion, mengenakan baju rumah, tidak tampak rapi dan berwibawa seperti biasanya, ia berdiri di bawah pohon, menatap lampu mobil yang perlahan mendekat.

Callista Dong membuka pintu dan turun dari mobil, berkata pada Taylor Shen: “Taylor, kuserahkan Tiffany padamu, jika kau berani aneh-aneh padanya, aku takkan melepaskanmu.”

Taylor Shen tak berbicara, menatap Tiffany Song yang terbaring di kursi mobil, wajah tampannya menjadi suram, ia lengah sedikit tidak memperhatikannya, ia langsung pergi minum-minum, sungguh tak bisa dimaafkan. Walaupun marah, ia masih bersikap lembut, ia menggendongnya keluar, dan berkata pada Callista Dong, “Bibi Call, pulanglah, aku akan merawatnya dengan baik.”

Callista Dong mengangguk, masuk ke mobil, dan memerintahkan supir untuk jalan.

Taylor Shen menatap mobil itu bergerak menjauh, lalu mengalihkan pandangannya ke wanita yang sedang mabuk di pelukannya, “Kau berhutang padaku, lain kali aku yang akan pulang dengan mabuk, lihat saja aku akan merepotkanmu.”

Tiffany Song meringkuk dalam pelukannya, menemukan posisi yang nyaman, dan tertidur. Sikapnya yang manja ini membuat hati Taylor Shen melunak, ia menghela nafas, dan menggendongnya berjalan memasuki mansion.

Setibanya di kamar, ia meletakkannya di atas kasur, ia dengan cemas memberontak, mulutnya menggumamkan sesuatu, Taylor Shen mendekatkan telinganya ke bibirnya, hanya terdengar ia mengatakannya dengan terpatah-patah: “Maaf.. aku bukan Nini... aku... tak berani mengatakannya padamu... biarkan aku menjadi Nini dan menghormatimu.”

Taylor Shen mendongakkan kepala, menatap wanita di kasur itu lekat-lekat, sepertinya ia merasa terusik oleh sesuatu, alisnya berkerut, dan ia mengatakan hal itu berulang-ulang, siapakah Nini? Kenapa ia tak pernah mendengarnya?

Perlahan Tiffany Song kembali tenang, dan tertidur lelap di ranjang, Taylor Shen bangkit berdiri, hatinya merasa penasaran, dan ia tak dapat mengenyahkannya. Ia meraih ponselnya dan berjalan menuju jendela besar, ia memencet sebuah nomor. Setelah agak lama, barulah seseorang mengangkatnya, ia langsung bertanya: “Bibi Call, apakah saat kecil Tiffany punya nama kecil?”

“Ya, kenapa kau tiba-tiba menanyakan ini?” Callista Dong sedang duduk di sofa meminum air madu.

“Apakah ia dipanggil Nini?” Taylor Shen menatap ke jendela, melihat bayangan sosok kecil di atas ranjang itu. Sejak kapan ia mulai merasa muram, sepertinya sejak kembali dari pemakaman tadi.

Awalnya ia tak menyadarinya, ia mengira karena mereka bertengkar, maka ia menjadi muram. Tapi dua hari ini ia selalu merasa ia banyak pikiran, ia tak ingin memberitahunya, maka ia pergi menginvestigasi sendiri, tak peduli dengan cara apa, ia ingin tahu apa penyebab kemuramannya.

“Benar, Tiffany waktu kecil dipanggil Nini, apakah ia tidak memberitahumu?”

Taylor Shen menatap langit malam di luar jendela, ia berkata: “Aku sudah tahu, kau beristirahatlah, kututup teleponnya.”

Taylor Shen menggenggam ponselnya dan berdiri sejenak di depan jendela, sebelum akhirnya berbalik dan berjalan ke arah ranjang. Ia duduk di ranjang dan mengelus wajahnya, “Apakah kau muram karena ini? Kenapa tak memberitahuku? Dalam hatimu, apakah begitu sulit mempercayaiku?”

Tiffany Song yang sedang tertidur tentu tak bisa menjawab pertanyaannya. Ia menghela nafas, apa yang harus ia lakukan, untuk bisa membuatnya mempercayainya? Kenapa setiap menghadapinya, ia selalu merasa tak berdaya seperti ini, tak peduli bagaimanapun, ia tak bisa memasuki hatinya.

Jarinya dari pipinya berpindah ke hatinya, “Tiffany, tak peduli apakah hatimu terbuat dari besi atau baja, aku akan mengetuknya, dan aku akan memasukinya.”

......................

Paginya.

Saat Tiffany Song terbangun, ia merasa sakit kepala, ia bangkit dan memegangi kepalanya, rupanya alkohol dalam red wine itu lebih kuat dari yang disangkanya, ia menoleh, dan melihat kasurnya lumayan berantakan, ia menundukkan kepala menatap piyama di tubuhnya, pasti Taylor Shen yang menggantikan bajunya.

Ia berbalik dan turun dari ranjang, kedua kakinya sedikit sempoyongan, mabuk sungguh tidak menyenangkan, ia menggosok-gosok kepalanya yang pusing, dan memasuki kamar mandi. Setelah mandi dan berganti pakaian, ia keluar, dan ponselnya berdering.

Ia mengangkatnya, Taylor Shen lah yang menelepon, setelah tersambung, ia mendengar suaranya dari sisi ujung telepon, terdengar sangat parau, “Sudah sadar?”

“Ya.”

“Aku meminta Bibi Lan membuatkan sup untukmu, turunlah dan makanlah. Jangan banyak berpikir aneh-aneh, tunggu aku kembali.” Kata Taylor Shen dengan lembut.

Sambil berjalan keluar, Tiffany Song bertanya: “Kau pergi kemana? Urusan bisnis?”

“Bukan, Eden Zhu telah menemukan panti asuhan tempat para penculik anak itu membuang Tiara, aku pergi sendiri untuk mengeceknya, Tiffany, tunggu aku pulang, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu.” Taylor Shen berulang kali mengatakannya. Tadi pagi saat akan pergi, ia sebenarnya merasa tak tenang, ia ingin menunggunya sadar, mengobrol dengannya, baru pergi ke panti asuhan. Tapi akhirnya, ia tetap pergi, ia merasa mereka masih punya waktu seumur hidup untuk membicarakannya, tak perlu terburu-buru.

Tapi ia sama sekali tak menyangka, saat ia kembali nanti, segalanya akan berubah.

“Baik, hati-hatilah di jalan.” Tiffany Song mengangguk, ia bisa merasakan hari ini perkataannya tidak selembut biasanya, ia sejenak ragu, lalu bertanya: “Taylor Shen, Tiara...”

Sebelum ia selesai berbicara, telepon ditutup dari ujung satunya. Ia ingin bertanya padanya Tiara berada di panti asuhan mana, tapi ia telah menutup telepon.

Ia memasukkan ponselnya ke dalam tas, dan turun sambil membawa tasnya. Saat Bibi Lan melihatnya turun, ia tersenyum, “Nona Song, sebelum pergi tuan menyuruhku membuatkan sup untukmu, aku akan menyajikannya.”

“Terimakasih, Bibi Lan.” Tiffany Song membawa tasnya ke ruang makan, baru saja duduk, terdengar suara langkah kaki menuruni tangga. Ia menoleh menatap ke arah tangga, terlihat Angelina Lian menuruni tangga dengan langkah ringan. Saat ia melihatnya, ia tak mengacuhkannya, dan sambil tersenyum menyapanya, “Nona Song, pagi, mana Taylor?”

Angelina Lian duduk di seberang Tiffany Song, suasana hatinya secerah matahari di luar.

Seperti kata pepatah, tak boleh menjahati mereka yang telah baik padamu, Tiffany Song berkata: “Ia sudah pergi ke kantor.”

“Oh, pagi sekali, tapi Taylor memang selalu bangun pagi, saat ia di New York, ia pukul 5 pagi sudah bangun dan mulai bekerja, maka kesuksesannya ini bukanlah kebetulan.” Angelina Lian berkata sambil tersenyum, ia menatap keluar jendela, lalu lanjut berkata, “Hari ini cuaca sangat cerah, apakah Nona Song ingin pergi keluar?”

“Benar.”

“Sayang sekali, Taylor telah memberikan sebuah apartemen padaku, bulan depan aku akan pindah, aku ingin pergi belanja furnitur, dan ingin mengajakmu untuk menemaniku.” Kata Angelina Lian.

Tiffany Song asal menjawab, “Lain kali saja.”

“Baik, kalau begitu kita telah sepakat, lain kali saja.” Senyum Angelina Lian tidak tampak licik.

Selama mereka mengobrol, Bibi Lan telah menyajikan supnya, Tiffany Song memakannya dengan diam, sambil mendengarkan Angelina Lian dan Bibi Lan mengobrol, ia menyelesaikan makannya dengan sangat cepat, lalu bangkit dan mengambil tasnya, “Bibi Lan, aku pergi.”

Bibi Lan mengangguk, memesaninya untuk berhati-hati di jalan, Angelina Lian juga berdiri, ia berjalan ke depan jendela besar, melihat Tiffany Song yang berjalan melintasi halaman ke arah garasi mobil, sebuah senyuman muncul di bibirnya. Tiffany Song, sebentar lagi kau akan mengerti, orang yang seharusnya meninggalkan tempat ini adalah kau.

........................

Di dalam mobil, Taylor Shen menggenggam sebuah pecahan kaca berwarna di tangannya, di permukaannya terlihat bekas terbakar, ia mendongak dan bertanya pada Budi, “Berapa lama lagi baru sampai?”

“Masih sejam lagi.” Budi sekilas menatap ke spion tengah, terlihat wajah Taylor Shen penuh kecemasan, ia berkata, “CEO Shen, jangan khawatir, sebentar lagi kau akan tahu di mana Nona Tiara berada.”

Taylor Shen menoleh menatap keluar jendela, bagaimana ia bisa tidak khawatir? Ia punya intuisi, kali ini pasti takkan salah, setelah 22 tahun, akhirnya ia akan segera menemukan Tiara. Beberapa tahun lalu, ayahnya terus mencari, dan akhirnya, ia menyerah. Ia tak ingin menyerah, tak peduli butuh 20 tahun atau 40 tahun, selama ia belum menemukan Tiara, ia takkan menyerah.

Sejam kemudian, mobil berhenti di depan Panti Asuhan Bahagia Harapan Indah, Eden Zhu berdiri di depan panti asuhan, melihat mobil Taylor Shen datang, ia bergegas menghampiri dan membukakan pintu, tanpa menunggu Taylor Shen turun dari mobil, ia tak dapat menahan kegembiraannya: “CEO Shen, aku telah menanyakannya, 22 tahun lalu, panti asuhan ini menerima seorang anak perempuan yang sedang sakit parah, dan di tubuh anak itu juga terdapat serpihan kaca berwarna, ini pastilah Nona Tiara, tidak salah lagi.”

Hati Taylor Shen berdegup kencang, ia mendongak menatap panti asuhan itu. Setelah 20 tahun diterpa angin dan hujan, cat merah di tembok panti asuhan itu telah banyak memudar, disinilah tempat Tiara tinggal, memikirkannya, matanya jadi sedikit berkaca-kaca, ia berkata: “Ayo kita masuk.”

“Baik.”

Taylor Shen berjalan masuk ke panti asuhan itu. Struktur bangunan panti asuhan ini mirip gereja barat, di pintunya tergantung sebuah papan nama, dengan dasar warna hitam dan cat merah, tertulis Panti Asuhan Bahagia Harapan Indah.

Mereka berjalan masuk. Terdapat banyak anak kecil dengan berbagai usia berlarian di halaman, bahkan walau mereka ditelantarkan oleh orangtua kandung mereka, wajah mereka masih tersenyum cerah. Ia berdiri di halaman panti untuk melihat sejenak, ibu yang merawat mereka sangat sabar dan lembut, merawat anak-anak terlantar ini.

Memikirkan Tiara tumbuh seperti ini, hatinya terasa pedih, ia berjalan ke kantor kepala panti asuhan dengan langkah berat.

Di dalam kantor, kepala panti asuhan menyuguhkan teh pada Taylor Shen, lalu duduk di seberangnya dan berkata, “Tuan Shen, Tuan Zhu telah berbincang denganku, 20 tahun lalu, kami memang menerima seorang anak perempuan yang sedang sakit parah, saat itu kami mengira takkan bisa menyelamatkan hidupnya, tak disangka ia dengan ajaib bisa bertahan dan sembuh, maka kesanku terhadapnya sangat mendalam.”

“Di manakah dia sekarang?”

“Dia telah diadopsi orang.” Kata kepala panti.

“Diadopsi oleh siapa? Adakah cara untuk mengontak pengadopsi?” Taylor Shen tidak heran.

“Ada, hanya saja...” kepala panti dengan canggung menatapnya.

Taylor Shen memicingkan matanya, “Hanya saja kenapa?”

“Di sini kami punya data setiap anak, kapan kami mengadopsinya, dan kapan mereka diadopsi oleh orang, oleh siapa, dan kontak dan alamat pihak yang mengadopsi, hanya saja beberapa waktu lalu ada kebakaran, di ruang arsip tempat dokumen-dokumen itu disimpan, dan ada sebagian data yang lenyap, kami telah memeriksanya, dan yang terbakar paling parah adalah data 20 tahun yang lalu.” Kepala panti itu merasa bersalah.

“Apakah data adopsi tidak disimpan di dalam komputer?” Taylor Shen mengerutkan kening, ia akhirnya menemukan panti asuhan yang menerima Tiara, bagaimana mungkin ia masih gagal di saat ia hampir berhasil seperti ini?

“Kami sedang menginputnya, sebelum menginput bagian itu, terjadi kebakaran, Tuan Shen, kami sungguh minta maaf.” Kepala panti itu menatapnya dengan penuh penyesalan.

Taylor Shen tak bisa menjelaskan suasana hatinya pada saat itu, tanpa data adopsi, ia tak tahu siapa yang mengadopsi Tiara, di lautan manusia ini, dimana ia akan mencarinya?

Dikiranya kali ini, ia akan bisa dengan lancar menemukan Tiara, namun tak disangkanya lagi-lagi ada halangan, Tiara, dimanakah kau sebenarnya?

Eden Zhu dengan cemas menatap Taylor Shen, “CEO Shen, apakah kau baik-baik saja?”

Taylor Shen menutupi wajahnya, ia melambaikan tangannya, mana mungkin ia baik-baik saja? Ia datang dengan penuh harapan, tapi pulang dengan putus asa. Bagaimana mungkin ia baik-baik saja? Setelah beberapa saat, ia menekan emosinya, dan bertanya, “Kalau begitu, apakah kau ingat, siapa yang mengadopsinya?”

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu