You Are My Soft Spot - Bab 274 Kamu Tidak Mau Aku, Aku Pun Tidak Mau Kamu (1)

Erin ikut Vero He masuk ruang kerja. Melihat wajah bosnya merah berseri, ia meledek: “Semalaman tidak pulang, raut wajahmu jadi sangat bagus tuh. Memang cocok tinggal di rumah keluarga Shen ya.”

“Sudah bisa meledekku ya kamu.” Vero He menoleh padanya sekilas, menaruh tas di meja kerja, lalu melepas mantel. Erin mengambil mantelnya itu dan menggantungnya di lemari sebelah.

Vero He mengeluarkan beberapa lembar foto dari tas. Ketika melihat apa yang ia keluarkan itu, si asisten bertanya: “Kamu dan CEO Shen sudah kelar bicara?”

“Erin, yang dia ceritakan kurang lebih sama denganmu. Yang jadi masalah, pikiranku sangat kacau. Aku tidak tahu harus percaya atau tidak.” Si bos menatap foto-foto yang ia pegang dengan bimbang. Ia tahu ia harus percaya pada Taylor Shen, namun otaknya terus mendengungkan kata-kata yang meminta dirinya tidak mudah percaya.

“Nona He, bila pikiran kacau, maka ikutilah kata hati. Lagipula, tujuh tahun lalu, kamu dan CEO Shen pernah berhubungan. Dia orang yang sangat pintar dan punya banyak cara dalam melakukan sesuatu kan? Begitu banyak kebetulan, jadi semuanya pasti rancangan manusia. Kalau CEO Shen benar-benar melakukan semua ini, masak iya dia bakal membiarkanmu membicarakan soal kesalahan-kesalahannya dalam bertindak? Itu jelas tidak mungkin.” Samapai saat ini, meski banyak bukti membuktikan Taylor Shen ada di tempat kejadian, namun itu tidak serta-merta berarti si pria terlibat dalam kejahatan.

“Jadi kamu menyarankanku untuk tidak memusingkan Taylor Shen dan mengecek siapa orang yang mengirimkan foto dan apa tujuannya saja?” tanya si bos dengan alis terangkat.

“Benar. Musuh kita berulang kali berusaha menggoyahkan kepercayaanmu pada CEO Shen. Target dia adalah membuat kalian putus. Kalau kamu benar-benar mencurigai CEO Shen dan berpisah dengannya karena ini, musuh pasti akan sangat puas.” Erin bersandar di sisi meja kerja sambil membolak-balik foto yang Vero He bawa.

Si bos mendongak menatap si bawahan, “Erin, menurutmu mengapa mereka melakukan ini?”

“Aku dan Tuan Muda sempat menganalisis ini. Semua yang terjadi sekarang tidak lepas dari kejadian tujuh tahun lalu. Saat itu pasti ada orang yang ingin memisahkan kamu dengan CEO Shen, entah pria atau wanita. Tetapi, tidak peduli pria atau wanita, tujuannya hanya satu, yakni membuat kalian putus. Ia ingin melihat kalian menderita dan kehilangan semangat hidup,” tutur Erin dengan wajah serius.

“Yang membuat kita makin merasa tidak tenang adalah musuh kita itu sampai sekarang belum menunjukkan batang hidung sedikit pun. Kita jadi tidak bisa mendalami sosoknya sama sekali.”

Vero He gigit-gigit bibir, “Mungkinkah pelakunya itu Angelina Lian?”

“Angelina Lian bisa punya motif begini, tetapi kemampuannya sangat tidak cukup. Aku sih mencurigai seseorang, tetapi……” tutur Erin ragu-ragu. Ia bingugn apakah harus mengatakan ini atau tidak.

“Siapa?”

“Karry Lian!” Setelah mengucapkan ini, Erin terus menatap Vero He tanpa berani mengalihkan mata setengah detik pun. Selain ekspresi kaget, ia tidak melihat ekspresi apa-apa lagi dari wajah bosnya.

Vero He menggeleng, “Tidak mungkin, dia sudah meninggal.”

“Nona He, apa kamu melihat dia meninggal dengan mata kepalamu sendiri?”

Vero He memejamkan mata dengan emosi yang agak terpancing. Ia menegaskan pendapatnya yang penua keyakinan: “Erin, waktu itu dia menyelamatkanku dari para penculik dan ditembak oleh mereka. Kamu tidak tahu dia sudah berkorban apa bagiku, jadi tidak mungkin dia pelakunya! Aku seratus satu persen yakin!”

Melihat Vero He agak emosional, Erin jadi merasa bersalah. Ia tidak seharusnya membuat bosnya begini. James He pernah bilang, jiwa Vero He itu dibangun ulang dalam jangka waktu yang sangat panjang dan sangat rapuh. Tetapi, di sisi lain, ia merasa Vero He harus tahu soal realitas ini.

“Nona He, mohon jangan terpancing emosi dulu.” Si bawahan menahan tangan bosnya dengan lembut. Ia mencoba mengembalikan konsentrasi dan objektivitasnya. Erin menyampaikan argumen lagi: “Ketika kantor polisi mengalami ledakan, semua orang tahu kamu dibawa pergi. Saat itu tidak ada yang tahu kamu dibawa ke mana, bahkan CEO Shen dan Tuan Muda pun tidak. Coba kamu pikir, bagaimana bisa Karry Lian tiba-tiba menenukanmu?”

“Aku minta tolong padanya.” Vero He membuka mata yang sudah berkaca-kaca. Ia bercerita lirih: “Aku sempat menelepon Taylor Shen, tetapi dia tidak datang menjemputku. Aku lalu menelepon Karry Lian, dan ternyata dia benar-benar datang. Aku kemudian membuatnya jadi kena masalah. Erin, tidak mungkin dia pelakunya.”

Erin terhenyak. Kecurigaan yang paling besar dari kemarin adalah bagaimana Karry Lian menemukan Vero He. Kalau ternyata bosnya itulah yang berinisiatif minta tolong padanya, maka Karry Lian tidak pantas dicurigai lagi.

Tetapi…… Tetapi mengapa ia merasa tetap ada sesuatu yang tidak beres?

“Setahu aku, CEO He saat itu sudah bersahabat baik dengan Pengacara Han. Mengapa kamu tidak minta tolong pada dia? Mengapa kamu malah mengontak Karry Lian yang pernah sengaja menukar sampel rambut biar tes DNA-mu tidak sesuai kenyataan? Ini tidak masuk akal!”

Vero He menatap asistennya dingin, “Erin, kamu sekarang sedang menginterogasiku?”

Erin buru-buru menggeleng, “Tidak. Aku hanya ingin mendalami hal ini biar kebingunganku terjawab. Kalau cara bertanyaku membuat CEO He tidak senang, aku bisa ubah pertanyaannya.”

Vero He mengibas-ngibaskan tangan dengan malas, “Aku tidak mau bicara banyak soal Karry Lian. Kakak harusnya pernah cerita padamu bahwa kematian dirinya adalah sebuah penyesalan besar bagiku kan? Jangan tumpahkan tuduhan pada dia, dia tidak mungkin jahat padaku!”

Erin buka mulut, namun akhirnya tidak berucap apa-apa. Ia kemudian mengangguk, “Baik, aku paham.”

“Keluarlah.” Vero He mengambil kembali foto-foto yang dibawa dan memasukkannya ke laci. Erin tidak berani bertanya apa yang akan dilakukan olehnya dengan foto-foto itu. Ia bahkan tidak berani tetap bertahan di ruangan ini karena risikonya adalah CEO He bakal makin kesal dengannya. Ilmu psikologi menyebut, ketika atasan kesal denganmu, keluarlah dari ruangannya dan beri dia waktu sendiri untuk sementara.

Melihat Erin berjalan ke arah pintu, si bos menambahkan cerita: “Waktu itu aku memang sempat terpikir untuk minta tolong pada Stella Han, namun aku tidak mau membuatnya masuk situasi berbahaya. Jadi, aku tidak mengontaknya.”

Langkah Erin terhenti lima langkah sebelum sampai pintu. Waktu itu Vero He bisa berpikir begini, ia sangat bisa mengerti. Tetapi, entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang mereka dari awal terus abaikan.

Menurut ceritanya, Nona He memang benar sempat diculik dari penjara. Jiwanya juga sempat hancur, jadi dia pasti disakiti dan disiksa oleh para penculik itu. Ini berarti hipotesa yang dirinya dan James He buat sebelumnya tidak terbukti. Sebenarnya memang mereka yang salah atau ingatan Nona He yang bermasalah?

Ingatan?

Erin menoleh menatap Vero He. Mungkinkah ingatannya bermasalah? Jiwanya sih memang pernah hancur, mungkinkah ada pengaruhnya pada ingatannya?

Erin seketika terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam alam pikirannya sendiri. Ia menarik pandangan dan melangkah keluar.

Setelah pintu ditutup Erin, ruang kerja Vero He kembali sunyi. Pikiran si wanita terasa makin kacau karena seribu satu pertanyaan dan argumen yang disampaikan asistennya. Ia mengambil selembar kertas A4 dan menuliskan kata “Taylor Shen” di bagian atasnya dengan pulpen.

Vero He mendaftar semua yang terjadi belakangan ini di kertas itu. Titik awalnya adalah insiden pemilik toko kecil dibunuh. Di setiap insiden, ia menuliskan catatan-catatan kecil yang diikuti dengan tulisan kecurigaan yang ia rasakan.

Sebelum pemilik toko kecil dibunuh, Taylor Shen sempat mendatanginya. Pria itu datang dengan rombongan pengawal pribadi dan mobil mewah, jadi tidak punya alasan untuk membunuhnya secara terang-terangan. Setelah Taylor Shen pergi, barulah pembunuh toko kecil dibunuh. Pendapat Vero He adalah ada seseorang yang sengaja membunuh saksi kejadian dan menyalahkan pembunuhan itu pada Taylor Shen. Jadi, dalam insiden ini, Vero He tidak memendam kecurigaan sama sekali pada si pria.

Pada hari ketika Jacob Shen diculik, dirinya sempat kabur dari penjagaan Erin dan para pengawal pribadi. Penculik kemudian bilang bahwa ada orang yang selalu mengikutinya dari belakang. Vero He juga bisa merasakan sendiri kehadiran sosok itu. Ia tidak tahu dia siapa, namun jelas bukan orang yang diutus kakak.

Beberapa hari ini, Vero He sempat memerhatikan orang yang mengikutinya itu terus berada di jarak yang tidak jauh sekaligus tidak dekat darinya. Para pengawal pribadi yang diutus kakak sempat menyadari keberadaannya, namun tetap membiarkan dia terus mengikuti dirinya. Kalau begitu, orang itu sangat mungkin orang utusan Taylor Shen.

Itulah yang membaut Taylro Shen bisa langsung menemukan keberadaannya pada hari ketika terjadi insiden.

Di hari itu sebenarnya ada satu insiden lagi, namun Vero He tidak bercerita jujur pada Taylor Shen. Vero He sebenarnya bukan dipukul Arthur sampai pingsan, melainkan diberi obat. Pria yang berada di kegelapan dan memberinya obat…… Ia entah mengapa merasa cukup familiar.

Insiden kedua adalah penyerangan Nick He yang berujung pada pemfitnahan kakak hingga masuk penjara. Kala itu Taylor Shen sama sekali tidak tahu sosok Nick He, juga tidak tahu dirinya secara rutin berobat ke psikiater. Dengan dua situasi ini, Taylor Shen tidak punya alasan untuk membunuh Nick He, lebih-lebih pergi ke apartemen waktu itu dan meracuni saksi pembunuhan.

Insiden ketiga adalah hilangnya sosok polisi wanita. Pada kasus ini, kepala penjaga kantor polisi bilang sendiri bahwa dirinya bekerjasama dengan Taylor Shen. Waktu itu Vero He pingsan, jadi tidak bisa berpikir jernih. Sekarang, kalau dipikir-pikir, orang itiu nampaknya sengaja menyebut nama Taylor Shen biar memunculkan kecurigaan dalam dirinya.

Tetapi…… Penyelidikan yang ia lakukan pada si polisi wanita hanya dua orang yang tahu, yakni Erin dan Taylor Shen. Mau bilang insiden ketiga ini tidak ada kaitannya dengan Taylor Shen tidak tepat, tetapi bilang ada kaitannya juga tidak berbukti……

Vero He mencoret-coret bagian yang sudah tidak perlu dengan pulpen merah, juga menuliskan argumen-argumen yang panjang di bagian bawah kertas. Pada akhirnya, dirinya sendiri juga dibuat bingung oleh analisisnya. Kertas A4 yang baru ia pegang kurang dari satu jam sudah penuh dengan tulisan-tulisan yang padat dan berdekatan. Wanita itu membulatkan kertasnya, lalu melemparnya langsung ke tong sampah.

Vero He lalu bersandar dengan lelah di kursi kulitnya. Kalau Karry Lian belum mati, mungkinkah semua ini dia yang lakukan? Tetapi, dia bukannya sudah mati? Masih soal tetapi, kalau dia sudah mati, mengapa wajah yang digambar ahli sketsa wajah di kantor polisi adalah wajah Karry Lian? Terus, bukankah dirinya juga merasa melihat bayangan tubuh pria itu di sisi jalan?

Karry Lian, kamu sebenarnya sudah meninggal atau belum?

Sekalinya mulai mencurigai Karry Lian, kepala Vero He langsung terasa pening. Isi kepalanya terasa seperti digigit-gigit oleh semut merah yang jumlahnya ratusan, bahkan ribuan.

Vero He tidak berani lanjut memikirkan kemungkinan ini dan mencurigai Karry Lian lagi. Begitu dia benar-benar berhenti memikirkannya, rasa sakit yang ada di kepala mendadak hilang.

Vero He berpikir mungkin dirinya hari ini sudah berpikir terlalu banyak sampai otaknya kelelahan. Untuk sementara waktu, semuanya tidak perlu dipikirkan dulu deh. Siapa tahu semuanya akan membaik dan bahkan lenyap dengan segera.

Begitulah cara Vero He menenangkan hatinya sendiri.

Melihat kertas berbentuk bola di tong sampah, Vero He memungutnya dan menyobek-nyobeknya jadi bagian kecil. Ia lalu masuk kamar mandi ruang istirahat, menaruh semua sobekan di kloset, dan menekan tombol flush.

Ada beberapa hal yang tidak boleh disisakan. Sekalinya disisakan, itu akan mendatangkan masalah dan penderitaan yang tidak berujung.

……

Taylor Shen mematikan telepon. Ia tidak kembali ke Shen's Corp, melainkan pergi ke He's Corp.

Setelah sekretaris mengabarkan kedatangannya pada James He, si pria dipersilahkan masuk. James He, yang mengenakan kemeja biru gelap, duduk di kursi kerja dengan wajah serius. Ia mempersilahkan tamunya duduk di kursi dan menyuruh sekretaris untuk mengantarkan dua cangkir kopi.

Aura kedua pria sama kuat. Dengan alis terangkat, James He bertanya, “Kok bisa punya waktu luang kemari? Dengar-dengar Joy de Vivre Group dan Song’s Corp sudah beraliansi untuk melawanmu. Kamu selowong ini, bukankah dua orang tua dari dua perusahaan itu bakal jadi sangat kesal?”

Taylor Shen melipat kedua kaki. Ia kemudian menjawab datar, “Biarkan mereka pemanasan dulu, nanti aku malah dibilang tidak menghargai mereka sebagai orang tua.”

James He tersenyum dan membalas, “Kalau dengar kata-katamu ini, mereka pasti bakal marah.”

Taylor Shen menanggapi, “Yang mulai duluan mereka sendiri, jadi jangan salahkan aku kalau nanti aku melakukan sesuatu yang jahat pada mereka.”

“Yang tua memang akan selalu dihantam yang muda. Waktu Benjamin Song bangkrut, aku tidak menyangka dia pada akhirnya menjual anak perempuannya sendiri dan bisa kembali bangkit dengan uang itu. Sekarang kematian Arthur tidak ada pengaruh apa-apa buatnya, kecuali penilaian tentang dirinya di lingkungan bisnis jadi negatif sedikit. Kalau sampai bangkrut lagi, dia tidak bakal punya anak perempuan untuk dijual lagi,” kata James He dengan diakhiri senyuman dingin.

Benjamin Song, si pria tua…… Jadi pria gagal, jadi ayah juga gagal. Setiap kali teringat penderitaan yang dialami Vero He di rumah kediaman keluarga Song, Karry Lian terpancing emosi sampai menggerakkan gigi.

“Bukannya masih ada Joy de Vivre Group?” tanya Taylor Shen dengan tersenyum tipis. Ketika masih bersatu, kedua keluarga ini tidak begitu dekat. Sekarang, begitu berpisah, mereka malah balikan dengan sangat dekat bagai kakak dan adik yang tumbuh bersama dari kecil.

“Yang punya kakakmu itu? Kalau tidak ada bantuan dari papamu dan William Tang di belakang, aku yakin kakakmu itu sudah kehabisan tenaga dari awal.” Membahas Tuan Besar Shen, Karry Lian memajukan badan ke lawan bicara dan menatapnya lekat, “Aku ingatkan kamu, kejadian tujuh tahun lalu kalau tidak ada campur tangan papamu bisa jadi gagal terlaksana.”

Novel Terkait

Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu