You Are My Soft Spot - Bab 341 Disini Adalah Kantor, Kamu Jangan Sembarangan (1)

Terhadap masalah Jordan melindungi nya ini, dalam hati Stella sebenarnya tidak ada perasaan yang begitu besar, pertama merasa itu adalah pemberontakkan anak kecil terhadap ayah dan ibu, kedua merasa hubungan Jordan dan Nyonya Bo benar-benar hancur dan kacau.

Hubungan ibu dan anak begitu kacau, pantas saja Jordan tidak mau dengan normal menikahi seorang istri dan membawanya pulang, pasti karena takut wanita yang ia cintai mengalami penyiksaan dari ibunya. Baiklah, berpikir seperti ini, dia adalah sebuah meriam.

Siang hari setelah makan siang, Jordan mengemudi mobil mengantarnya ke pengadilan. Selama perjalanan, kedua orang itu tidak berbincang, mobil pun berhenti di depan pintu pengadilan, Stella membuka sabuk pengamannya, membalikkan kepala melihatnya, berkata: “Aku sudah sampai, terima kasih kamu mengantar ku kemari.”

Ujung mulut Jordan mengerut, “Turunlah, setelah aku melihat mu masuk baru aku pergi.”

Dalam hati Stella merasa sedikit terkejut, dia ini mau saling mengantar kepergian kekasih hati dengannya? Dia membuka pintu dan turun dari mobil, berpikir, lalu dia membalikkan badan lagi dan melihatnya, “Lebih baik kamu pergi, disini dilarang parkir, akan ada denda.”

Tatapan pria itu dengan tidak goyah menatapnya, dalam hati Stella sedikit terasa malu, dia adalah bos besar, tidak mungkin takut denda? Stella pun menutup pintu mobil, tanpa membalikkan kepala dia langsung berjalan masuk ke pengadilan.

Tatapan Jordan mengantarnya masuk dan menghilang di depan pintu pengadilan, dia menekan erat bibir tipis nya, wanita ini memang cukup tidak konsisten dalam cinta, bahkan tidak membalikkan kepala. Berpikir sampai disini, ia pun menghidupkan mesin mobil, lalu melaju pergi.

Mobil nya baru saja melaju, sebuah mobil Mercedes- Benz berwarna hitam yangs sederhana melaju masuk kedalam pengadilan, berhenti di tempat parkir mobil. Seorang pria turun dari mobil tersebut, mengenakan jas yang berwarna hitam, lipatan celananya rapi dan lurus, tinggi badannya setidaknya diatas 180 cm.

Dia mengambil kunci remote dan mengunci pintu mobil, lampu mobil depan berkedip, kaca jendela perlahan naik, sepasang tangannya dengan elegan dimasukkan kedalam kantong celananya, dengan langkah yang besar berjalan menuju pengadilan.

Tepat pukul 2 siang, ruang pengadilan nomor 1 yang ditempati oleh Stella secara resmi memulai sidang, handphonenya bergetar,dia sambil mendengar pernyataan pembelaan sang asisten, sambil dengan datar mengambil handphone, membuka pesan singkat yang belum dibaca.

Inti dari SMS tersebut semakin meningkat, bukan lagi mengutuk nya mati dengan susah, namun mengutuk seluruh keluarganya, bahkan terdapat kiriman gambar MMS , dengan sembarangan mengiris di badannya, darah segar terus mengalir, pemandangan tersebut sangatlah mengenaskan.

Dia melihatnya hingga muntah-muntah, ekspresi wajahnya juga berubah, ini bukan lagi hanya penyerangan secara personal, sudah meningkat menjadi ancaman.

“Pengacara, pengacara........”

Ada sebuah suara yang terdengar dari tempat yang jauh, pihak terlibat di samping Stella membalikkan kepala melihatnya, melihat ekspresi wajah nya sangat pucak, hatinya pun panik, dengan segera ia mendorongnya, “Pengacara Han?”

Seketika Stella pun kembali sadar, ia mengangkat kepala melihat tempat duduk hakim, menatap tatapan hakim yang ganas, dia pun langsung berdiri, berkata: “Terhadap hal yang disebutkan oleh penggugat, pihak terlibat aku sama sekali tidak paham akan situasi ini dengan jelas, pernikahan ini, dari awal, mereka semua ialah atas ketersediaan masing-masing pihak, sama sekali tidak ada perselisihan keuntungan apapun, oleh karena itu, pihak terlibat aku tidak setuju untuk bercerai.”

Selanjutnya, seluruh pemikiran Stella berkonsentrasi pada sidang pembelaan tersebut, melupakan SMS itu untuk sementara. Akhirnya hakim memutuskan dalam sidang tersebut, penggugat dan tergugat masih mempunyai perasaan untuk sesama, tidak diizinkan bercerai.

Setelah keputusan ditetapkan , tergugat dengan bahagia berpelukan dengan Stella di sidang itu juga, berterima kasih padanya telah menyelamatkan pernikahannya.Stella dengan tersenyum mengucapkan selamat padanya, tatapan nya terlewatkan,ia melihat ke tempat duduk hadirin, di barisan paling belakang tempat duduk hadirin, seorang pria tampan yang elegan duduk disana, seketika ia tercengang.

Dari awal tidak pernah memikirkannya, mereka akan kembali bersatu dengan cara seperti ini. Dia seperti jenderal yang memenangkan perang, dan dia malah di samping diam-diam melihatnya. Kapan dia pulang? Kenapa dia tidak mendengarkan kabar apapun?

Dengan sangat cepat pun berubah menjadi tenang, dalam ruangan pengadilan, hanya tersisa mereka berdua yang saling bertatapan dari kejauhan.

Stella mendengar aliran darahnya sendiri sedang mengalir dengan kencang, tenggorokannya malah terasa seperti tersedak tulang ikan, bernafas sebentar pun terasa sakit hingga terus gemetaran. Sebenarnya sudah berlalu berapa tahun? Dia mengira saling bertemu lagi, juga hanya orang asing, sekarang barulah ia menyadari, dia sama sekali tidak terbebas seperti itu.

Pernah, cinta dia yang paling membara, dan perasaan yang paling kuat, semua nya diberikan untuknya. Dia mencinta dengan begitu hebat dan mendalam, hingga dia tiba-tiba menghilang dari dunia Stella, barulah dia sangat panik dan bingung seperti ini, pun seperti kehilangan roh sendiri, tidak bisa ditemukan lagi.

Pria tersebut berdiri dari tempat duduk hadirin, selangkah demi selangkah berjalan ke arahnya, ruangan pengadilan yang sunyi dan kosong, terdengar suara keras langkah sepatu kulit menginjak ubin lantai pria tersebut, tatapannya dengan tidak goyah melihatnya.

Sudah berapa lama tidak melihatnya seperti ini? Begitu lama hingga dia pun hampir tidak bisa mengingatnya lagi.

Beberapa tahun pergi ke Jepang, setiap malam ia memimpikan Stella, namun tidak peduli seberapa ia merasa rindu, siluet nya dari awal hingga akhir itu selalu kabur, dia masih belum melihat dengan jelas, pun sudah terbangun.

Perlahan dia berjalan ke hadapan Stella, nafasnya sedikit berantakan, terlebih sedikit berat,a khirnya, akhirnya bisa melihat dengan jelas putri kecilnya, dia tumbuh dengan sangat cantik, baru saja memenangkan perang yang cantik, wajahnya penuh dengan kepercayaan diri, membuat orang tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Stella terus menatapnya, dia dibandingkan dengan ketika dia meninggalkan Stella terlihat sudah lebih indah, beberapa tahun di luar negeri, dia pasti hidup dengan sangat baik bukan. Dalam perbandingan, Stella masih saja seperti dulu, berdiri di hadapannya, selalu bisa tertutupi oleh cahaya yang terpancar dari tubuhnya, diam-diam mengejar bayangannya.

Tidak tahu sudah berlalu berapa lama, akhirnya ada orang yang terlebih dahulu menghancurkan keheningan ini, bibir Ned Guo sedikit naik, dengan suara yang jelas dan menghela nafas dengan ringan, “Stella, lama tidak berjumpa!”

Suara ini , menghancurkan keheningan yang mencekat di antara mereka berdua,Stella tergerak, ia langsung dengan cepat merapikan data-data yang ada di atas meja, lalu meletakkannya di dalam tas dokumen yang besar, kemudian mengambil tas dokumen itu membalikkan badan dan pergi.

Air mata berputar di matanya, dia tidak ingin berkata lama tak berjumpa dengan Ned, seperti setelah mengatakan hal ini, dia pun akan memaafkan kesalahan Ned mencampakkannya dan meninggalkan kampung halaman saat itu. Baru saja ia melangkahkan kaki, pun digenggam oleh telapak tangannya yang panas membara, sekujur tubuhnya gemetar, dengan sekuat tenaga menghempaskan tangannya, namun Stella tidak berhasil, telapak tangannya seperti menempel di pergelangan tangannya,dia menggigit gigi, dengan suara dingin berkata: “Lepaskan!”

Ned dengan tenang melihatnya, tatapannya tersirat sedikit kesedihan, “Stella, lantas apakah kamu tidak ingin bertemu dengan ku kah?”

Stella panik hingga menghentakkan kaki, tidak ingin kah? Benar-benar tidak ingin kah? Tidak, dia tergila-gila ingin berjumpa dengannya, namun kenapa dia sekarang baru pulang? Tiba-tiba Stella menjadi emosional, pergelangan tangannya berusaha untuk melepaskan dengan sekuat tenaga, tas dokumen yang ada di tangannya itu terlempar, dikarenakan penolakan dari tangannya yang hebat itu, semua dokumen yang ada di dalam tas juga berterbangan keluar, berterbangan dan berserakan di udara.

Dia dengan marah menatapnya, dengan bertolak belakang dengan keinginan hatinya ia berkata: “Tidak ingin, sama sekali tidak ingin, kenapa kamu harus pulang? Kenapa tidak lanjut bersembunyi? Ned, tahukah kamu seberapa besar aku membenci mu?”

Matanya memerah, dengan sekuat tenaga berusaha agar tidak menitikkan air mata, dia tidak boleh lemah, dihadapan seorang pria yang tidak berperasaan, kelemahannya hanya bisa menjadi sebuah ejekan. Dia ingin dengan arogan mengangkat kepala, memberitahu nya, tanpa dia, dia juga bisa hidup dengan sangat baik!

Namun apakah benar-benar baik?

Ned melihat nya pun merasa bersalah dan matanya juga memerah, ia pun berusaha agar dirinya tidak menangis, hatinya seperti dihancurkan oleh sesuatu,rasa sakit yang mendatar, dia tidak peduli dengan usaha Stella yang ingin melepaskan diri, pergelangan tangannya dengan sekuat tenaga, menariknya kedalam pelukan, mengurungnya dengan erat dalam dadanya, suaranya penuh dengan kesakitan, “Stella, aku sudah pulang, dan tidak akan pergi lagi, maafkan aku.”

Stella tidak bisa melepaskan diri, dia pun perlahan menjadi tenang, ketika ia mengatakan “Maafkan aku”, air matanya pun tiba-tiba mengalir, sepasang tangan nya mengepal dengan erat, dengan sekuat tenaga memukul bahunya, setiap kali membuat Ned sakit, juga membuat dirinya sendiri sakit, “Aku tidak mau mendengar mu meminta maaf , aku tidak mau mendengarnya, kamu mengira dengan seperti ini aku akan memaafkan mu, tidak, aku tidak akan, selamanya tidak akan!”

Ned memejamkan matanya, menutupi kesakitan di dalam matanya, “Baik, kamu tidak mau memaafkan ku, jika begitu lanjut lah membenci, hanya dengan aku mencintai mu saja itu sudah cukup.”

Tiba-tiba Stella menangis tanpa terkendali, menangis sampai berteriak dengan suara serak, seperti mau melampiaskan semua penderitaan yang ia alami selama bertahun-tahun ini, ada sedikit sakit hati, selain orang itu, orang lain tidak bisa menyadarinya.

Dia menangis hingga sekujur tubuhnya terus gemetar, seperti mau pingsan. Ned dari dulu tidak pernah melihatnya menangis seperti ini, sedih dan tak berdaya, dia memeluk Stella, dengan ringan menepuk punggungnya , “Baik, jangan menangis!”

Stella menutup matanya, dia berjongkok di atas lantai, menangis hingga menggetarkan langit dan bumi , Ned berjongkok di depannya, melihat dia menangis seperti ini, dia tidak tahu harus bagaimana menenangkannya? Membujuk wanita, dia tidak pernah mempunyai keahlian ini.

Dia tidak pintar dalam bertutur kata, dulu jika bukan karena Stella yang terus mengejarnya, maka selamanya dia tidak akan bisa mengenal gadis yang imut ini, selamanya tidak akan membahas hubungan percintaan yang menyayat hati ini.

Dia mengeluaran sebuah sapu tangan dari kantong jas nya, menebarkan sapu tangan itu, sisi sapu tangan sudah diusap hingga berbulu, di ujung dibordir sebuah Stella, itu adalah satu-satunya pemberian Stella untuknya, dari dulu selalu dibawanya.

Ketika merindukan Stella , ia akan mengambil sapu tangan, melihat kata Stella yang di bordir dengan miring di atas, begitu ingin lansung terbang pulang ke Kota Tong, bersama-sama dengannya dan tidak terpisahkan lagi/

Dia mengambil sapu tangan dan mengusapkan air mata Stella, namun di tepuk oleh tangan Stella, sama sekali tidak mengapresiasi kebaikan itu . dia pun tidak tahan untuk tertawa ringan, sifat nya masih begitu keras, dia menghela nafas, “Stella, jika kamu menangis lagi, bagaimana jika kamu menangis sampai Kota Tong runtuh?”

“Jika menangis sampai runtuh kamu yang pergi memperbaikinya.” Stella menjawab dengan suara rendah .

Ned menggenggam pergelangan tangannya, dengan ringan menari tangannya, dia tidak begitu menolak seperti tadi, air matanya terus mengalir, terlihat sangat kasihan. Hatinya pun terasa sakit, mengambil sapu tangan untuk mengusap air matanya, “Sudah menangis begitu lama, lapar tidak, ayo kita pergi makan sesuatu?”

Dia tidak mengatakan, maka Stella benar-benar tidak merasakannya, sekali mengatakannya perutnya pun berbunyi, wajahnya memerah dengan canggung, membalikkan kepalanya, “Aku tidak mau makan bersama mu, aku mau pulang.”

Sambil mengatakan hal itu, dia mendorong tangannya, dan mengutip data-data yang ada di atas lantai.

Ned mengikutinya, sambil membantu nya mengutip data, sambil berkata: “Stella, mengenai masalah tahun itu, aku pergi menjelaskannya pada mu.”

“Tidak perlu menjelaskannya lagi, penjelasan apapun tidak akan bisa menggantikan luka saat itu, lagi pula aku tidak ingin mendengarnya.” Stella memasukkan dokumen ke dalam tas dokumen, dia berdiri, kira-kira karena dia berjongkok cukup lama, dia mempunyai sedikit gula darah rendah, dia pun merasa sedikit pusing.

Ned langsung memapahnya, tatapannya tersirat kekhawatiran, “Tidak ingin makan bersama denganku, kalau begitu biarkan aku mengantar mu pulang, boleh tidak?”

“Tidak mau, aku tidak mau melihat mu 1 menit pun.” Stella mendorong tangannya, mengambil tas dokumen dan berjalan keluar dari pengadilan. Setelah melepaskannya, mood nya pun tidak frustasi seperti tadi .

Dia tidak ingin mendengar penjelasannya, ialah karena tidak peduli seberapa besar penderitaan yang ia miliki, mereka sudah tidak bisa kembali seperti dulu lagi, terlalu terlambat.

Ned mengikutinya selangkah demi selangkah , dia tahu, ada luka yang bisa dimaafkan atau ditambal hanya dengan sepatah dua patah kata. Dia tidak mau memaafkanya, tidak apa-apa, dia akan menunggu dengan perlahan, menunggu hingga dia mau mendengarkan perkataannya.

Pernah, Stella bisa terus berjuang untuk menggerakkan hati nya , sekarang dia juga akan terus berjuang untuk memohon maafnya.

Berjalan keluar dari pengadilan, sinar matahari sore bersinar di luar, cahaya emas membentang, seluruh kota seperti ditutupi oleh selapis emas. Stella tidak mempedulikan Ned yang mengikutinya dari belakang,langsung berjalan ke tepi jalan melambaikan tangan untuk naik taksi.

Mobil Stella semalam mengalami tabrakan hingga hancur, Jordan langsung menyuruh orang untuk membuang mobil nya ke tempat daur ulang mobil rongsokan, bagaimana pun juga baik buruk itu adalah mobil Stella, Jordan mengatakan buang pun langsung membuangnya, kenapa tidak membuang dirinya sendiri?

Semakin dia memikirkannya semakin kesal, memang tidak ada keberanian untuk mengemudi mobil Maserati itu keluar untuk memamerkannya, ei, ada mobil mewah namun tidak berani mengemudinya, tidak ada orang yang lebih menyedihkan dibandingkannya.

Berpikir demikian , sebuah mobil Mercedes- Benz berhenti didepanya , dia sedikit membungkukkan badan, melihat pria yang duduk di kursi pengemudi, seketika ia menganggap tidak melihatnya. Namun mobilnya berhenti disini, langsung menghalangi garis pandang supir taksi di belakang, dia dengan mata terbuka melihat taksi itu bergegas melaju pergi di hadapannya.

Dia menatapnya, membalikkan badan berjalan ke pemberhentian bus.

Ned melihat wanita di luar mobil, dia memahami sifat nya, jika tidak menggunakan cara mengganggu untuk mencekatnya , mungkin seumur hidup Stella tidak akan memaafkannya. Dia mengemudi mobil dengan perlahan mengikuti Stella, Stella cepat maka dia juga melaju dengan cepat, jika Stella melambat maka dia juga lambat.

Tidak lama, Stella tiba di pemberhentian bus, Ned terus mengikutinya, dia tidak akan bisa pulang ke vila Halley City, oleh karena itu ia pun hanya bisa menaiki bus dan pulang ke Vanke City.

Letak Vanke City sangat dekat dengan kantor dan perusahaan Tiffany, diluar jalan yang mengelilingi pusat kota, biaya sewa perbulan ialah 4.000, sebelumnya rumah itu ialah milik pihak yang terlibat, setelah pihak pengadilan menang, pun berimigrasi ke luar negeri, awalnya ingin menjual apartemen ini dengan harga murah, namun mendengar dia sedang mencari rumah, ia pun menyewakan padanya dengan harga yang murah.

Beberapa tahun ini tidak pernah menaikkan harga sewa, kadang-kadang juga bisa mengirimkan sebuah produk kecantikan yang bagus dengan harga terjangkau padanya dari luar negeri, ialah seorang pemilik rumah yang sangat baik.

Duduk di dalam bus mobil, handphonennya berdering,melihat pemberitahuan, dia pun menekan tombol hijau dan mengangat telepon itu, “Ada masalah ?”

Jordan merasa sangat kesal karena perkataanya, dia berkata: “Tentu saja ada masalah, aku di dealer mobil, kamu kemari.”

“Untuk apa kamu di dealer?” Stella bertanya dengan curiga, suaranya baru saja terdengar, di dalam mobil terdengar suara pemberitahuan penghentian bus selanjutnya.

Alis Jordan mengerut, “Kamu dimana, kenapa begitu ribut?”

“Di bus umum, disini tidak mudah untuk naik taksi.” Suara Stella pun sedikit meninggi, namun kondisi di dalam mobil padat dan ribut, begitu ribut hingga dia hampir tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Jordan.

“Kamu segera turun dari mobil, aku menyuruh Vincent menjemput mu.”

“Tidak perlu, malam ini aku pulang dan tinggal di Vanke City.” Stella menolak, mood nya malam ini, dia tidak cocok untuk tinggal bersama dengan Jordan, dia tidak bisa sambil memikirkan mantan pacarnya, sambil bernafas di bawah tubuh pria lain.

Alis Jordan langsung mengerut, “Kamu pulang tinggal di Vanke City, apakah aku telah menyetujuinya?”

Stella menekan-nekan bibirnya, tiba-tiba terdengar ada orang disamping yang berbicara dengan suara kecil, “Cepat lihat,dalam mobil Mercedes- Benz itu duduk seorang pria tampan, dia terus mengikuti mobil kita, apakah dalam mobil kita ada orang yang disukainya?”

“Apakah kamu tidak melihatnya, dia ingin mengejar ku kah?” Orang lain berkata.

“Kamu tidak tahu malu, jelas-jelas dia menuju ke arah ku.”

Stella melihat ke luar jendela, ternyata sesuai dengan dugaan mobil Mercedes- Benz itu terus mengikuti samping bus umum, untuk sekali-kali samping nya ada mobil yang membunyikan klakson dan melewatinya , dia pun dengan santai mengikuti bus umum itu. Seketika Stella pun lupa dirinya sedang bertelepon dengan Jordan, perlahan ia menurunkan tangannya, melihat pria yang ada di dalam mobil itu, apa yang sebenarnya ingin ia lakukan?

Jordan bahkan berteriak “Wei”, disana selain suara berisik, sama sekali tidak ada suara Stella lagi, dia menekan erat bibir tipisnya, dengan marah menutup telepon, lalu menelepon lagi, tak disangka handphone tersebut pun sudah langsung tidak aktif.

Dia berkata kotor, sangat ingin membanting handphonenya, sore hari ini ketika pergi ke pengadilan dia masih baik-baik saja, sebenarnya terjadi masalah apa, membuat nya tiba-tiba mau kembali ke Vanke City ?

Dia menggenggam handphonennya, dengan langkah besar berjalan keluar dari tempat dealer, Vincent yang sedang berbicara dengan bos dealer, melihat bos berkata pergi pun langsung pergi, dia dengan segera mengejarnya, mengejarnya sampai keluar, mobil Brabus itu sudah melaju keluar dari tempat parkir.

Dia panik hingga menggaruk-garuk kepala, mobil ini masih mau atau tidak?

Mobil Jordan melaju masuk ke distrik Vanke City, dia baru saja memberhentikan mobilnya, pun melihat Stella dengan terhuyung berjalan masuk, berjalan dari sisi mobilnya, namun sama sekali tidak melihat Jordan, dia pun merasa kesal hingga menekan klakson.

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu