You Are My Soft Spot - Bab 269 Buka Hati dan Dengar Penjelasannya (1)

Langkah Taylor Shen terhenti dan punggungnya kaku. Vero He menatap Taylor Shen lekat-lekat, namun hanya menjumpai si pria lanjut jalan lagi ke dapur. Tidak lama kemudian, dari dalam dapur terdengar suara air menyala. Vero He menunduk mengamati kedua tangannya sendiri.

Mengapa Taylor Shen tidak bersedia bercerita padanya?

Waktu Jordan Bo mau bercerita kemarin, Taylor Shen buru-buru memotong kalimatnya. Mereka berjarak jauh dan ia tidak bisa melihat ekspresi wajahnya dengan jelas, namun nada suara Taylor Shen terdengar sangat dibuat-buat. Pria itu pasti sengaja mau memotong perkataan Jordan Bo.

Suara air di dapur berhenti. Taylor Shen berjalan keluar dari sana dan pergi ke sisi ranjang untuk mengambil tisu yang mau dipakai mengelap tangan. Vero He bertanya padanya lagi, “Tidak bersedia beritahu aku ya?”

“Kalau aku cerita, memang kamu bakal percaya?” tatap Taylor Shen tajam ke Vero He.

Si wanita gigit-gigit bibir. Pertanyaan Taylor Shen benar, kalau diceritakan memang dirinya bakal percaya? Kemungkinan pertama sepenuhnya tidak percaya, kemungkinan kedua percaya tetapi muncul curiga.

Taylor Shen memahami diamnya Vero He. Ia lalu berujar satir seperti mengejk dirinya sendiri, “Kamu tidak bakal percaya, jadi aku cerita pun tidak ada gunanya. Itu pasti hanya akan jadi bahan tertawaan saja.”

Si wanita terdiam menatap sip ria. Pria di hadapannya ini terlihat seperti terluka. Ia simpatik, tetapi ada satu hal yang belum dia pahami, “Kalau kamu tidak cerita, bagaimana kamu tahu itu bakal jadi bahan tertawaan atau tidak?”

“Di hadapan seorang wanita yang tidak punya hati padanya, cerita apa pun dari seorang pria tidak bakal ada gunanya,” jawab Taylor Shen. Kalau Vero He masih belum percaya sepenuhnya pada dirinya, pengorbanan apa pun yang dia lakukan tidak akan berartai banyak.

Ada beberapa hal yang Taylor Shen merasa harus jaga rapat-rapat, sama seperti hal itu. Itu kehormatan terakhir dirinya, maka dari itu ia buru-buru menghentikan Jordan Bo sebelum kelar bercerita.

Vero He tidak percaya dirinya…… Itu sesuatu yang sangat menyedihkan dan pedih.

“……” Vero He diam. Yang Taylor Shen bilang betul, ia tidak percaya seratus persen padanya. Tidak peduli apa yang pria itu sembunyikan, kalau diceritakan pada akhirnya hanya akan dijadikan bahan tertawaan, baik itu bahan tertawaan dirinya mau pun bahan tertawaan di antara mereka berdua. Si wanita memutuskan menyudahi percakapan, “Baiklah aku paham. Aku mengantuk, mau tidur lagi sebentar.”

Vero He mengistirahatkan kepala di bantal dan memejamkan mata dengan lelah. Ia dalam hati bertanya-tanya, sebenarnya Taylor Shen menyembunyikan apa?

Melihat Vero He memejamkan mata, kelirihan di mata Taylor Shen bertambah. Ia memperbaiki setelan ranjang Vero He biar lebih datar, dengan harapan tidur si wanita bisa lebih nyaman.

Taylor Shen tidak bisa berhenti peduli dengan Vero He, entah apa pun rasa sakit yang wanita itu goreskan di hatinya. Bertahun-tahun ini, yang ia impikan hanyalah keberadaan Vero He di sisinya setiap saat. Ia ingin bisa melihatnya ketika ingin melihatnya, juga ingin bisa berbicara dengannya saat ingin berbicara.

Tidak peduli seberapa besar harga yang harus dibayar dan usaha yang harus dilakukan hanya untuk harapan sederhana ini, Taylor Shen tetap tidak mau menyerah.

Tiffany Song, kamu tahu tidak? Aku tidak akan pernah melepasmu.

Mungkin karena kelelahan akibat sakit seharian, Vero He tertidur dengan cepat. Taylor Shen duduk di sebelah sambil mendengarkan nafasnya yang masuk dan keluar dengan teratur. Wanita ini berpenampilan sangat lembut, namun mengapa hatinya keras bagai batu?

Ponsel si pria tiba-tiba berdering. Melihat identitas penelepon yang merupakan pengawal pribadi yang ditugaskan untuk mengawasi Vero He, ia bergegas ke ruang tamu ruang pasien dulu dan baru mengangkat. Dari seberang terdengar laporan, “CEO Shen, Nona Lian ingin berjumpa dengamu. Kali ini, dia bakal memberitahukan hal yang ingin kamu ketahui.”

Taylor Shen menoleh ke sosok Vero He yang tidur di ruang pasien. Dengan alis terangkat, ia menanggapi: “Mainan apalagi ini? Tidak usah dihiraukan!”

“CEO Shen, dia bilang kamu bakal menyesal kalau tidak datang,” bujuk pengawal pribadi. Ia sudah pernah berhadapan dengan banyak orang, namun belum pernah menemui orang seteguh Angelina Lian. Sudah disiksa sangat parah, masih saja tidak mau buka mulut.

Taylor Shen tersenyum dingin, “Bilang ke dia, jangan berpikir dirinya sangat penting. Ingatkan dia aku bisa membunuhnya kapan pun aku mau!”

Ia lalu mematikan telepon. Kata-kata Angelina Lian tidak mau ia percayai lagi, yang keluar dari mulutnya sebagian besar adalah kebohongan. Wanita itu menganggap dirinya sepenting apa sih sampai mengira dia mau bertemu dengannya? Mimpi!

Pada saat bersamaan, hati Taylor Shen juga bersuara hal yang berkebalikan. Masak ia benar-benar tidak ingin memperjelas insiden tujuh tahun lalu? Terus, masak ia juga mau menyerah mencari Tiara?

Taylor Shen gigit-gigit bibir dengan bimbang. Ia akhirnya memutuskan untuk tetap menemui Angelina Lian. Ia sangat ingin menemukan Tiara, lebih-lebih juga mengetahui apa yang dialami Vero He tujuh tahun lalu sampai membuatnya berubah drastis.

Si pria masuk ke ruang pasien, mengamati sebentar wajah tidur Vero He, lalu berbalik badan dan keluar.

Pintu baru ditutup, Vero He langsung membuka mata. Ia mengamati pintu ruang pasien yang tertutup rapat, di telinganya terus berdengung kata-kata yang keluar dari mulut Taylor Shen tadi.

Mainan apa lagi ini? Tidak usah dihiraukan!

Bilang ke dia, jangan berpikir dirinya sangat penting. Ingatkan dia aku bisa membunuhnya kapan pun aku mau!

Taylor Shen sebenarnya bicara dengan siapa? Ia juga mau membunuh siapa? Terpikir kedua pertanyaan ini, Vero He refleks turun dari ranjang. Saking buru-burunya pandangan dia langsung jadi hitam, jadi ia pun kembali ke ranjang. Demam kali ini sudah menghabiskan banyak sekali energi Vero He. Kalau ia berusaha mengejar Taylor Shen, ia bisa jadi bakal tumbang di tengah jalan.

Vero He memijat-mijat pelipisnya yang nyeri. Sudah lah, kalau tidak mampu mengejar tidak usah dikejar. Bisa jadi dirinya sendiri saja yang berpikir berlebihan.

……

Setibanya di gedung apartemen, Taylor Shen langsung disambut pengawal pribadi begitu keluar lift. Cahaya apartemen remang-remang ketika ia masuk, hanya ada dua lampu meja kecil yang menyala. Di dalam sana pun tidak ada alat pemanas ruangan, jadi suhunya dingin sekali.

Bau tidak sedap memasuki rongga hidung Taylor Shen. Dengan alis terangkat, pria itu menjumpai Angelina Lian terbaring di sofa dengan pakaian yang bolong-bolong. Wanita itu sudah tidak mandi dan membersihkan diri nyaris setengah bulan. Rambutnya juga terlihat aut-autan sekali.

Wajah Angelina Lian memiliki tambahan “aksesoris” berupa mata yang bengkak dan bibir yang luka. Tatapan mata wanita itu dipenuhi kegelisahan.

Si pria menghampiri si wanita dan mengamatinya dari atas. Sudah mau setengah bulan disiksa begini rupa, dia masih saja tutup mulut. Ia sepertinya sudah terlalu memandang rendah keteguhan hati Angelina Lian! Sebenarnya, mereka masih bisa pakai cara yang lebih kasar dan lebih menyiksa secara psikologis. Kalau cara itu dipakai, ia tebak si wanita pasti sudah akan buka mulut sejak dini sekali.

Tetapi, Taylor Shen bukan orang yang sekejam ini! Ia juga masih punya kebaikan hati, tidak peduli seberapa licik dan jahat lawan yang dihadapi!

Angelina Lian memejamkan mata dengan hati tidak tenang. Ketika ia kembali membuka mata, Taylor Shen sudah berdiri di hadapannya. Yang ia jumpai pertama kali adalah sepatu kulit mengkilap dan celana panjang hitamnya.

Begitu mendongak, si wanita menemukan wajah tampan Taylor Shen. Wanita itu mendeham aneh, lalu tersenyum dengan ganjil.

Taylor Shen mengernyitkan alis, “Angelina Lian, kesabaranku ini ada batasnya. Kalau kamu tidak bicara lagi, aku tidak jamin kamu tidak akan mengalami apa pun yang buruk.”

Angelina Lian melihat sepasang mata Taylor Shen lekat-lekat. Ia dulu pernah berpikir mata sipit yang menjadi kesamaan di antara mereka berdua sebagai berkah dari langit sekaligus pertanda kejodohan mereka. Tetapi, sekarang, yang ia jumpai dari mata itu adalah tatapan yang sangat intimidatif dan sosok dirinya sendiri yang lemah tidak berdaya.

“Kalau…… Uhuk, uhuk, uhuk……” Baru mau buka mulut, Angelina Lian berbatuk parah karena tenggorokan yang kering.

Si pria berdiri dengan jarak tiga langkah dari si wanita. Ia tidak mendekatinya karena takut kelepasan kendali dan berbuat macam-macam.

Angelina Lian sudah tidak minum beberapa hari. Para pengawal pribadi yang membuangnya ke sini memberinya roti busuk tanpa minum. Tahu mereka mau menyiksanya sampai mati, ia bertekad untuk menghalau mereka mencapai tujuan itu. Kalau ia mati, Taylro Shen dan si wanita jalang bakal bisa hidup tenang sampai kakek-nenek.

Angelina Lian tengah bertaruh, bertaruh apakah di luar ada orang yang memerhatikan dirinya atau tidak. Kalau ada, asalkan dia bisa memancing Taylor Shen untuk sering-sering datang kemari, ia masih punya kesempatan untuk diselamatkan. Itulah mengapa ia janji-janji mau buka mulut dan bilang Taylor Shen akan menyesal kalau tidak datang menemuinya terus.

“Kakak Keempat, kamu jauh lebih tega dari yang kubayangkan. Aku mengaku kalah, aku tidak mau bersitegang denganmu lagi.” Nada bicara Angelina Lian serak.

Taylor Shen tidak menyangka Angelina Lian akhirnya mau buka mulut juga. Ia sekarang masih belum sepenuhnya percaya, jadi ia bertanya was-was: “Mainan apa lagi ini?”

Dari posisi berbaring, si wanita mengubah posisi tubuh jadi duduk. Angelina Lian dengan rambut yang kusut terlihat seperti anjing di mata Taylor Shen. Tidak, bukan anjing, melainkan lebih buruk rupa lagi dari itu. Angelina Lian berusaha meyakinkan: “Aku serius, ini bukan mainan. Aku tidak bakal memberitahu nama Tiara sekarang, namun aku akan memberikan petunjuk. Kamu bisa melakukan penyelidikan berdasarkan petunjuk itu.”

“Angelina Lian, jangan pikir aku tidak tahu apa yang kamu mau. Kamu memberi petunjuk-petunjuk ini biar mengarahkanku ke jalan yang salah dan akhirnya gagal menemukan Tiara kan?” selidik Taylor Shen dingin.

“Tebakanmu benar, aku memang ingin menggiringmu ke jalan yang salah. Tetapi, soal mencari Tiara, meski kamu tahu kamu dijebak, kamu bukannya bakal maju terus?” Angelina Lian tahu betul seberapa pedulinya Taylor Shen pada Tiara, maka itu ia pun mengungkit namanya.

Taylor Shen menggeleng, “Ada hubungan-hubungan yang tidak bakal bisa diputus meski kalian berusaha menghancurkannya, salah satunya adalah hubunganku dengan Tiara dan dengan Tiffany Song. Sekali pun di tengah-tengah kami ada sebuah batu raksasa, sekali pun aku tidak bisa melihat mereka dan mereka tidak bisa melihatku, akan tiba suatu hari di mana batu itu tiba-tiba lenyap. Jadi, kamu tidak perlu bersusah-payah berusaha menjebakku. Tunggu saja kematianmu di sini.”

Kelar berucap, Taylor Shen berbalik badan dan berjalan ke arah pintu.

“Taylor Shen, kamu juga tidak ingin tahu putrimu dikubur di mana?” tanya Angelina Lian dengan refleks begitu melihat Taylor Shen mau pergi. Ia langsung sadar semua amunisinya sudah ia keluarkan sekarang.

Langkah kaki Taylor Shen terhenti. Pria itu menoleh dan bertanya dengan wajah sangat muram, “Apa kamu bilang?”

“Putrimu dan Tiffany Song, aku tahu dia dikubur di mana. Asal kamu melepaskanku, aku bakal beritahu kamu tempatnya,” kata Angelina Lian sebelum kembali berbatuk.

Taylor Shen berjalan perlahan ke Angelina Lian. Ia membungkuk dan menatapnya lekat-lekat, “Angelina Lian, masih berani kamu waktu itu bilang tidak tahu-menahu?”

Kedua mata Taylor Shen menyiratkan amarah yang luar biasa. Ia belum pernah seingin ini melihat Angellina Lian mati sebab itu akan jadi jalan keluar yang sangat mudah bagi si wanita. Gila, orang macam ini harus ditusuk ribuan kali sampai mayatnya hancur dan tidak berbentuk!

Angelina Lain tdiak menyangkar reaksi Taylor Shen sebesar ini. Tubuhnya gemetar melihat amarah yang ada di mata si pria, “Taylor Shen, aku pura-pura tidak tahu karena terpaksa. Kamulah yang memaksaku sampai berada di titik ini.”

Taylor Shen mengulurkan kedua tangan dan mencekik leher Angelina Lian dengan kencang.

Si wanita segera kesulitan bernafas sampai pembuluh-pembuluh darah di matanya terlihat semua. Pemandangan ini sangat mengerikan. Ini bukan pertama kali dirinya dicekik Taylor Shen, namun baru kali ini ia melihat kemarahan yang sebesar ini di matanya saat mencekik dirinya. Ia melihat kematian di sana……

Angelina Lian mengangkat tangan dan berusaha menyingkirkan tangan Taylor Shen. Kukunya yang panjang ia tusuk-tusuk di tangan si pria, “Lepas…… Uhuk, uhuk…… Lepas……”

“Angelina Lian, kamu tahu rasanya hidup segan mati tidak mau?” bisik Taylor Shen pelan dan dingin.

Angelina Lian tahu kali ini dia sepenuhnya membuat Taylor shen marah. Kalau pria itu sebelumya masih meninggalkan ruang pengampunan baginya dan hanya memojokannya perlahanm-lahan, kali ini si pria segera ingin membuatnya mati!

Udara yang Angelina Lian hirup makin lama makin sedikit. Ia tidak kuat berbicara lagi, bahkan untuk berbatuk pun tidak bisa. Kedua kakinya menendang-nendang sofa dengan kesakitan. Satu detik kemudian, begitu lehernya akhirnya dilepas Taylor Shen, ia langsung kehilangan semua tenaga dan terjatuh kencang di lantai. Angelina Lian kembali berbatuk dan bersusah payah mencari udara segar.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu