You Are My Soft Spot - Bab 195 Aku Akan Membuatmu Berkenalan Ulang Denganku

Asisten mengenakan atasan dan bawahan hitam. Rambutnya dikuncir satu di belakang. Tatapannya memang tenang, tetapi percayalah ia asisten yang kuat dan lihai. Ia menjawab pelan: “Nona He, dia Taylor Shen si CEO Shen’s Corp. Enam tahun lalu ia migrasi ke Prancis. Ini seharusnya pertama kali dia pulang.”

“Yang istrinya sudah meninggal itu?” tanya Vero He dengan alis terangkat.

“Betul,” balas asisten.

Vero He mengelus-elus tangannya dengan baju sebelah kiri. Pergelangannya yang barusan dicengkram Taylor Shen agak sakit. Melihat pukul-pukulan antara pengawal pribadi dan Taylor Shen makin parah, ia berkata datar: “Ia tidak boleh dipandang sebelah mata. Kelihatannya kakak harus menambah dua pengawal pribadi lagi.”

Sejak ia pulang dari luar negeri, James He selalu menempatkan pengawal pribadi di sekitarnya. Yang jelas-jelas mengawal ada dua, sementara yang mengamati situasi dari jauh ada empat. Asisten yang berjalan di sebelahnya ini juga bukan orang sederhana. Vero He awalnya merasa tidak nyaman dan optimis tidak akan diapa-apakan oleh orang lain, namun James He terus memaksakan ini. Ia mau tidak mau hanya bisa menerima.

Baru selesai menyampaikan perintah, pengawal pribadi kedua Vero He terbujur lemas di aspal karena kalah bertarung oleh Taylor Shen. Selain rambut yang agak berantakan, pria itu tidak terluka sama sekali.

Vero He bertepuk tangan. Ia memberi kode mata pada empat pengawal pribadi yang berjaga di dekat mobil untuk meminta mereka jangan bergerak. Wanita itu lalu mengamati Taylor Shen yang berjalan mendekat dan tersenyum: “Tuan Shen hebat juga. Aku sungguh menikmati pertunjukanmu barusan.”

Senyuman Vero He sangat menggugah mata, tetapi tatapan matanya sepenuhnya dingin. Ia menatap Taylor Shen seperti orang yang tidak saling kenal. Si pria berjalan ke hadapannya dan menatapnya balik dengan tajam. Ia ingin menemukan sesuatu yang familiar dari mata wanita itu, tetapi tidak berhasil. Tatapan asing Vero He ini langsung membuat hati Taylor Shen terluka, “Tiffany Song, kami ini pura-pura amnesia?”

Vero He garik-garuk kepala seperti tengah berpikir itu nama siapa. Ia merespon, “Tiffany Song…… Nama ini terdengar familiar. Oh, aku ingat, itu nama istrimu yang sudah meninggal. Dengar-dengar ia meninggal kena ledakan sampai mayatnya tidak ditemukan ya, hehe.”

Ekspresi Vero He tetap asing bahkan ketika si pria menyebut nama ini. Ia seperti tengah membicarakan orang lain saja.

Emosi Taylor Shen terpancing. Ia mengayunkan tangan untuk menahan pundak Vero He sambil berujar marah: “Aku tidak mengizinkan kamu menertawai dirimu sendiri. Tiffany Song, kamu belum lupa aku kan pasti? Kamu sekarang hanya sedang menghukumku kan?”

Asisten Vero He buru-buru menahan tangan Taylor Shen dari bahu bosnya. Ia menegur, “Tuan Shen, mohon kendalikan diri. Lepaskan nona, dia bukan orang yang kamu cari.”

Taylor Shen tidak peduli dengan keberadaan si asisten. Ia menatap wanita di hadapannya dari atas ke bawah. Vero He dan Tiffany Song seperti dua orang kembar. Ia yakin ia tidak salah sama sekali, “Bertahun-tahun ini kamu ke mana? Mengapa kamu tidak pulang dan mencariku? Jawab!”

Emosi Taylor Shen sudah kelewat emosional. Tetapi bagaimana tidak emosional coba, ia sudah mendengar nama Vero He berulang kali dari mulut Wayne Shen tetapi sama sekali tidak pernah menyangka ia Tiffany Song. Kalau saja ia tahu dari dulu Vero He adalah Tiffany Song, ia pasti sudah kembali sejak lama.

Si pria mengulurkan tangan dan meremas tangan Vero He. Wanita itu langsung meringis, “Tuan Shen, kamu membuatku sakit.”

“Sakit? Kamu tahu aku selama ini sesakit apa? Aku setiap saat hidup dalam penyesalan……” balas Taylor Shen.

“Tuan Shen menyesal? Kalau begitu menyesallah di depan makam almarhum istrimu, bukan di hadapan orang yang tidak ada hubungannya begini. Cepat lepas!” Vero He memotong kalimat si pria. Ia terlihat jelas semakin tidak sabaran.

Hati Taylor Shen terasa seperti diremas-remas. Ia menatap pilu si wanita, “Kamu benci aku jadi kamu pura-pura amnesia untuk menghukumku kan? Kamu boleh benci aku, kamu boleh tidak memaafkan aku, tetapi aku tidak memperbolehkan kamu menatapku dengan asing begini.”

Vero He sepenuhnya kehilangan kesabaran. Ia memberi kode mata pada asisten. Yang diberi kode mata sontak mengayunkan tangan ke udara dan membantign Taylor Shen sampai jatuh ke aspal. Pria itu mengerang kesakitan sambil memegangi punggung. Ia mau bangkit berdiri lagi untuk mencegah Vero He pergi.

Sebelum ia bangit berdiri, asisten sudah memberi peringatan keras. Wanita itu mengancam, “Tuan Shen, sekali lagi kamu macam-macam dengan Nona He, jangan salahkan aku kalau aku semakin keras padamu.”

Vero He menatap si pria datar. Raut pria itu penuh keputusasaan dan kekecewaan. Vero He berujar datar, “Tuan Shen, aku hanya katakan sekali, kamu salah orang.”

Si wanita langsung berjalan cepat ke Lamborghini birunya yang terparkir di pinggir jalan.

Ketika Taylor Shen ingin mengejar, langkahnya dihentikan oleh asisten lagi. Ia marah besar dan menatap bayangan tubuh wanita itu dengan wajah merah padam, “Tiffany Song, berani sekali kamu pergi!”

Vero He tidak menghentikan langkah. Ia berjalan cepat sambil mengambil kunci mobil. Setibanya di depan mobil, ia menoleh ke belakang dan berteriak: “Aku bukan Tiffany Song. Aku Vero He, tolong Tuan Shen ingat baik-baik!”

“Tiffany Song!” Tiba-tiba terdengar suara gembira seorang wanita dari dekat mobil. Badan Vero He kaku dan ia menoleh perlahan-lahan ke sumber suara. Belum sepenuhnya menoleh, ia sudah langsung ditubruk dan dipeluk oleh si pemilik suara, “Tiffany Song, ternyata memang benar kamu. Terima kasih langit, terima kasih bumi, kamu ternyata masih hidup.”

Tubuh wanita yang memeluk Vero He sangat lembut. Ia merasa terenyuh menerima pelukan ini. Vero He memejamkan mata. Begitu ia membukanya kembali, tatapannya sudah penuh keyakinan untuk bersikap dingin. Ia menyingkirkan kedua lengan wanita di hadapannya dan berkata dingin: “Sepertinya hari ini sangat cocok untuk reunian ya. Sayang, aku bukan orang yang kamu cari.”

Stella Han terhenyak disingkirkan tanpa perasaan sama sekali oleh Tiffany Song. Ia bertanya-tanya: “Tiffany Song, aku Stella Han. Aku ini Stella Han, teman serumahmu selama lima tahun. Aku bukan orang asing, kamu ingat aku kan?”

“Maaf, aku tidak ingat kamu!” Vero He membuka pintu mobil. Sayang, tanpa bisa ia antisipasi, Stella Han tiba-tiba merebut kunci mobilnya. Si perebut itu bertanya lagi, “Tiffany Song, kamu benar-benar tidak kenal aku?”

Vero He bersandar di pintu mobil sambil tertawa, “Memang aku harus kenal kamu?”

Wanita di hadapannya sangat mirip dengan Tiffany Song. Stella Han tidak percaya ia salah orang, “Mengapa kamu bersikap begini? Jangan-jangan kamu amnesia?”

“Amnesia?” Vero He mengernyitkan alis, “Belakangan lagi tren pura-pura amnesia atau bagaimana sih?”

Stella Han menatap Vero He bingung. Ia sepertinya Tiffany Song, tetapi sepertinya juga bukan. Tiffany Song iut kepribadiannya lembut, sementara wanita yang sekarang berdiri di hadapannya ini tiap tersenyum saja sangat intimidatif.

Mirip, tetapi tidak mirip. Kok berlawanan begini?

“Ya sudah kalau begitu. Kamu bukan Tiffany Song, kamu Vero He.” Stella Han mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri: “Halo, aku Stella Han. Aku ingin berteman denganmu, kamu tidak akan menolak kan?”

Wajah Vero He penuh tanda tanya. Tangannya digerakkan oleh Stella Han hingga mereka berdua bersalaman. Wanita di hadapannya berujar lagi, “Kamu tidak menolak, jadi kita mulai sekarang berteman ya. Nomor ponselku 189XX, kamu? Aku mau catat nomormu, kapan-kapan kita ketemuan untuk makan bareng.”

Vero He sama sekali tidak bisa mengikuti tempo permainan Stella Han. Ia sebenarnya sedang main apa sih? Sedetik kemudian, ponselnya yang tersimpan di dalam tas diambil Stella Han. Wanita itu menekan tombol untuk menyalakan layar, sayang ada PIN-nya. Ia menyodorkan ponsel itu ke si pemilik, “Buka.”

Vero He mengetikkan PIN. Setelah ponsel terbuka, Stella Han mengetikkan nomornya sendiri dan menghubunginya. Ia baru membatalkan telepon begitu ponselnya berdering. Setelah itu, wanita itu mengembalikan ponsel dan kunci mobil ke si pemilik, “Vero He, aku sangat senang mengenalmu. Aku akan membuatmu berkenalan ulang denganku.”

Vero He menerima sodoran ponsel dan kuncil mobil itu. Ia refleks maju selangkah melihat kepergian Stella Han, namun langkahnya kembali terhenti. Dadanya bergemuruh entah mengapa. Wanita itu berbalik badan untuk mengecek pertarungan Taylor Shen dan pengawal pribadinya. Melihat mereka masih ribut, ia buka pintu mobil dan langsung melajukannya kencang.

Mendengar deruman Lamborghini yang menjauh, kedua orang yang lagi ribut berhenti. Taylor Shen buru-buur mengejarnya, tetapi jelas kecepatan manusia kalah jauh dari kecepatan mobil balap. Ia berdiri di tempat dengan perasaan kehilangan.

Vero He, tatapan asing wanita itu pada Taylor Shen membuat hatinya terluka. Apa ia benar-benar Tiffany Song? Kalau bukan, lantas mengapa mereka sangat serupa?

Stella Han berjalan ke samping Taylor Shen. Ia berkata: “Mereka sangat mirip kan?”

“Bukan mirip saja, mereka memang satu orang yang sama,” balas Taylor Shen penuh keyakinan.

Stella Han menoleh padanya: “Nama Vero He ini dua tahun terakhir sangat terkenal di Kota Tong. Ia belum pernah tampil di media massa populer, bahkan majalah hanya berani melaporkan kinerja Parkway Plaza tanpa berani memasang fotonya. Kalau ia Tiffany Song, mengapa dua tahun ini ia tidak pernah muncul di hadapan kita? Ia tidak mau muncul di hadapanmu masih normal, mungkin ia dendam waktu itu kamu tidak membelanya, tetapi mengapa bertemu aku juga dia tidak mau?”

“Jadi maksudmu dia amnesia?” Taylor Shen tidak menutup kemungkinan wanita itu benar-benar amnesia. Kalau tidak mengalami amnesia, tatapannya kalau tidak tatapan sayang pasti tatapan benci. Barusan, tatapan Vero He itu penuh keasingan.

“Aku tidak tahu. Sepertinya dia tidak sebatas amnesia, melainkan benar-benar berubah jadi satu orang berbeda. Dia jadi orang yang benar-benar asing dan baru,” jawab Stella Han. Tujuh tahun sudah mau berlalu. Kalau Vero He memang Tiffany Song, tujuh tahun ini ia mengalami apa sampai berubah drastis begini?

Hati Stella Han menyimpan banyak keraguan. Ia tidak bisa menentramkan gejolak emosinya. Ia tahu, kemunculan Vero He pasti akan membuat hidup mereka kembali menghadapi dinamika yang sangat tidak tentu arahnya.

Perasaan Taylor Shen sama kacaunya dengan wanita di sebelah. Pertemuan dengan Vero He sangat mengagetkan baginya. Sel penjara yang luluh lantah dan kalung tulang yang sebagian sisinya kosong sudah cukup untuk membuktikan Tiffany Song sudah berpulang.

Tetapi, ada peribahasa mengatakan “hidup harus lihat orang, mati harus lihat jasad”. Mereka sama sekali belum pernah melihat jasad Tiffany Song, bahkan menemukan satu pun tulangnya di tempat kejadian ledakan saja tidak. Hilangnya Tiffany Song dari dunia ini sungguh bersih tanpa jejak.

Sekarang, ia muncul lagi, muncul di hadapan dirinya secara tiba-tiba. Wanita itu melintas sebentar untuk meninggalkan jejak. Ia harus mengejarnya lagi sampai dapat.

“Tidak peduli apakah dia Tiffany Song atau Vero He, seumur hidup ini aku tidak akan membiarkan dia pergi lagi!”

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu