You Are My Soft Spot - Bab 151 Tiara yang Sebenarnya (1)

Tiffany Song tidak melawan keputusan Taylor Shen. Ia tahu, kalau pun ia tidak menerima keputusannya dan memilih mencari tempat kerja baru, Taylor Shen pasti akan membeli tempat kerjanya itu seperti sebelumnya agar ia bisa terus diawasi.

Pengecualiannya adalah jika dia keluar dari industri desain arsitektur dan pindah kerja ke industri lain, misalnya jadi karyawan di China Telecom. Kalau itu yang ia lakukan, Taylor Shen pasti tidak akan bisa membeli tempat kerjanya. Tiffany Song dalam hati merasa kesal sekali dengan sikap posesif Taylor Shen, tetapi ia bisa apalagi?

Mau tidak mau, Tiffany Song harus mengakui ia kelewat lemah. Ia tidak punya keberanian yang cukup untuk bersanding dengan Taylor Shen menghadapi tatapan-tatapan nyinyir dan celaan-celaan dari orang-orang bersamanya.

Tiffany Song merapikan uangnya. Ia selalu merasa sangat kecil dan tidak menarik di hadapan Taylor Shen, entahlah mengapa pria itu tetap saja selalu memerhatikannya tanpa henti.

“Pinjamannya sudah lunas ya. Sini nota peminjamannya balikan padaku,” ujar Tiffany Song pada pria di belakang meja kerja.

Taylor Shen mendongak dan menatapnya sekilas. Suasana hatinya tidak seburuk sebelumnya, mungkin karena ciuman barusan. Ia mengabaikan uang itu dan pindah duduk ke sofa. Sambil menatap setumpuk uang itu, ia berujar: “Aku tidak butuh uang ini. Ambilah.”

“Tidak bisa gitu dong. Siapa tahu dua hari lagi ada orang yang membawa nota peminjaman padaku dan minta aku bayar dengan bunga tinggi. Aku tidak bisa bayar nanti.” Tiffany Song paham betul keplin-planan Taylor Shen. Hari ini bilang tidak butuh, tahu-tahu besok bilang butuh. Ia cemas uang ini sewaktu-waktu ditagih setelah ia sudah pakai untuk keperluannya sendiri.

Taylor Shen mengernyitkan alis, “Kamu benar-benar perhitungan gitu sama aku ya?”

“Balikan sini nota peminjamannya.” Tiffany Song sempat membubuhkan tanda tangannya sendiri di atas nota peminjaman itu. Sekarang uangnya sudah dia balikan, jadi nota peminjaman jelas harus balik dong.

Senyum Taylor Shen luput dari wajahnya. Ia memberi tawaran, “Kalau mau ya kemari, ambil sendiri.”

Tiffany Song agak ragu, tetapi akhirnya berjalan ke hadapan Taylor Shen. Baru ia mengambil nota peminjaman, pergelangan tangannya langsung dicengkram kencang oleh Taylor Shen. Ia sontak langsung jatuh ke pangkuan pria itu. Jantung Tiffany Song berdbar kencang seolah mau melompat keluar dari tenggorokannya. Ia berusaha melawan, “Taylor Shen, jangan begini!”

“Begini itu apa?” Taylor Shen tersenyum dingin tanpa memedulikan perlawanannya sama sekali.

“……” Tiffany Song akhirnya dilepaskan. Ia membaca nota peminjaman itu. Memang benar itu nota peminjaman yang ada tanda tangannya. Ia merobek-robek nota itu jadi beberapa bagian dan melemparnya ke tong sampah lalu berujar lega: “Selesai ya hutang-piutang di antara kita.”

Taylor Shen menyipitkan mata, “Kamu pikir kita bisa selesai?”

“Mengapa tidak bisa? Ini buktinya sudah selesai kok.” Tiffany Song pura-pura tidak paham apa yang Taylor Shen maksudkan. Ia bangkit berdiri karena ingin pindah duduk ke seberang, tetapi Taylor Shen tidak mengizinkan. Seolah ingin menghindari pertengkaran, Taylor Shen tiba-tiba memejamkan mata dan berujar malas: “Pijat-pijat bahuku dong, pegal.”

“……”

Melihat tatapan Taylor Shen yang memaksa, Tiffany Song merasa tidak punya pilihan lain selain memenuhi permintaannya. Ia bangkit berdiri untuk mulai memijatnya, namun Taylor Shen malah terkejut: “Mau ke mana?”

“Ya mau pijat Tuan Muda lah,” jawab Tiffany Song malas. Asisten pribadi macam apa ini, ini mah lebih mirip pembantu rumah tangga kali. Taylor Shen menahan pinggang Tiffany Song, lalu mendudukkannya di atas pangkuannya dalam posisi berhadap-hadapan. Ia memejamkan mata dan memberi perintah, “Pijat dengan posisi begini ya.”

“……” Wajah Tiffany Song merah melihat dirinya terduduk di atas paha Taylor Shen. Ini agak mesum, kalau tiba-tiba ada orang yang masuk dan salah paham bagaimana? Tiffany Song berusaha keras untuk bangkit berdiri, tetapi tahanan Taylor Shen di pinggangnya sungguh terlalu kuat. Pria itu berujar, “Tiffany Song, diamlah.”

Tiffany Song mendesah pasrah dan diam.

Ia kemudian memijat-mijat pundak Taylor Shen dengan pelan. Dari jarak sedekat ini, ia bisa menyadari Taylor Shen berubah lebih kurus dari sebelumnya. Tulang pipinya terlihat jelas, kelopak matanya pun hitam. Berarti berhari-hari ini yang menderita bukan cuma dia doang tapi Taylor Shen juga ya?

Pijatan Tiffany Song tidak terlalu profesional. Kelemahan yang paling jelas adalah tenaga pijatannya yang tidak stabil, kadang naik kadang turun. Jelas-jelas pijatan ini tidak enak, tetapi Taylor Shen tiba-tiba malah sudah larut dalam tidur. Sejak putus dengan Tiffany Song, ia belum pernah tidur pulas.

Ia saat ini bisa pulas karena bisa mencium bau tubuh Tiffany Song yang menenangkan hatinya.

Inilah momen tidur yang ia inginkan. Ia tidak peduli apakah Tiffany Song sayang dirinya atau tidak, yang jelas ia suka tidur di dekatnya.

Tangan Tiffany Song sudah pegal memijatinya. Setelah memastikan Taylor Shen sudah benar-benar terlelap, ia melepaskan tangan pria itu dari pinggangnya dan bangkit berdiri.

Tiffany Song pergi sebentar ke ruang istirahat untuk mengambil sebuah selimut tipis, lalu memasangkannya untuk Taylor Shen. Melihat pria itu agak-agak meringis seperti ada sesuatu yang kurang nyaman, Tiffany Song mengelus-elus bahunya mencoba menenangkan, “Tidurlah sebentar yang nyenyak. Aku temani kamu di sini.”

……

Ruang rapat kantor Lian’s Corp.

Ketika mendapat kabar soal kecelakaan proyek, yang Karry Lian lakukan pertama kali adalah mendatangi keluarga pekerja yang meninggal dan luka berat. Masing-masing keluarga mendapat santunan satu miliar tanpa terkecuali. Mereka berhasil “dibungkam” dengan uang ini.

Tetapi masalah belum selesai. Media terus memberitakan soal kecelakaan proyek ini sampai jumlah penjualan rumah di tempat kejadian kecelakaan proyek menurun drastis. Yang batal beli juga sangat banyak, bahkan melebihi yang Shen’s Corp hadapi saat isu gagal lulus uji standar lalu.

Karry Lian bukan hanya pusing dengan hal ini. Ia lebih pusing dengan konflik internal kantor. Para pemegang saham ingin menurunkannya dari jabatan CEO karena turbulensi ini. Sebagian besar mendukung Mason Lian jadi penggantinya.

Karry Lian duduk di kursi utama. Ia menatap para pemegang saham yang tidak henti-hentinya menyatakan komplain, lalu menoleh pada Mason Lian yang daritadi duduk tenang. Ia tersenyum dingin dan bangkit berdiri: “Aku mengakui kecelakaan proyek yang fatal ini adalah kekeliruanku. Saking merasa bersalah, seluruh uang santunan aku gelontorkan dari kocekku sendiri. Uang perusahaan tidak keluar sama sekali.”

Para pemegang saham langsung melotot. Mereka tidak menyangka Karry Lian bakal melakukan ini.

“Aku sudah mengutus orang untuk mendalami alasan terjadinya kecelakaan proyek kali ini. Sini kamu, sambungkan USB silver dengan komputer lalu nyalakan proyektor dengan remote.” Karry Lian menepuk-nepuk tangan dan asistennya pun langsung bergegas menjalankan perintahnya.

Siapa lagi “pemeran utama” video investigasi itu kalau bukan Mason Lian? Sesudah video selesai diputar, semua pemegang saham tertegun tidak percaya. Karry Lian tersenyum dingin: “Paman Kedua, kalau pun kamu tidak puas dengan keputusan Kakek, janganlah sekali-sekali merugikan kantor hanya untuk kepentingan dirimu sendiri.”

Wajah Mason Lian mengeras. Ia membela diri: “Karry Lian, berani sekali kamu memfitnahku!”

“Paman Kedua ini ingin merebut jabatan CEO dariku, tetapi sayang taktiknya terlalu terburu-buru jadi ketahuan. Silahkan kalian-kalian semua para pemegang saham berpikir baik-baik akan berjaya atau hancurkah perusahaan kita ini bila dipegang oleh dia.” Karry Lian menatap tajam para pemegang saham. Setelah Mason Lian, si parasit ini, berhasil disingkirkan, ia akan mengumpulkan segenap tenaga dan konsentrasi untuk melawan Taylor Shen.

Para pemegang saham menatap Mason Lian dengan kecewa. Beberapa dari mereka juga saling berbisik kata-kata nyinyir tentangnya. Mason Lian sungguh merasa terdesak. Ia melihat foto-foto kelakuannya yang terpampang di layar proyektor. Ia melakukan semua ini dengan sangat sembunyi-sembunyi, bagaimana Karry Lian bisa kesampaian menyelidikinya?

“Vice CEO Lian, kamu sungguh membuatku kecewa. Mengapa kamu tega sekali sampai berbuat begini?” keluh salah satu pemegang saham. Baru ia selesai bicara, pintu ruang rapat tiba-tiba dibuka seseorang. Dua apparat keamanan berpakaian baju polisi menyergap masuk.

“Mohon tanya, mana yang merupakan Vice CEO Lian?” tanya salah satu polisi setelah menunjukkan kartu anggota kepolisiannya.

Mason Lian menoleh ke Karry Lian dengan wajah muram, “Kamu lapor polisi?”

Raut Karry Lian tidak berubah, tetapi ia dalam hati sangat kaget. Ini urusan internal kantor, ia tidak lapor polisi, mengapa tiba-tiba ada polisi datang? Kebetulan ini ada para pemegang saham pula.

Ketika Mason Lian mengangkat tangan, kedua polisi langsung mengerubunginya dan mencengkeram kedua lengannya, “Tuan Lian, kami curiga kamu melanggar pasal korupsi swasta. Mohon ikut kami.”

“Tuan Polisi, sepertinya ada kesalahpahaman di sini?”

“Mohon ikut kami dulu. Kalau ada kesalahpahaman, kami akan bersikap adil dan membebaskanmu kok,” jawab salah satu polisi sambil memborgol lengannya. Karry Lian menatap Taylor Shen dengan marah lalu digiring keluar.

Karry Lian mengamati proses Mason Lian digiring sampai ke depan pintu, lalu mengalihkan tatapan ke para pemegang saham. Beberapa dari mereka geleng-geleng sambil melihat dirinya dengan mata menyalahkan. Bukankah ada pepatah yang bilang urusan keluarga jangan dibesar-besarkan keluar? Karry Lian ternyata jauh lebih kejam dari yanag mereka kira. Berani-beraninya dia memperlakukan pamannya sendiri begini.

Selihai-lihainya orang, kalau dia tega pada keluarganya sendiri, ia tidak layak dihormati dan diandalkan.

Karry Lian kembali ke ruang kerja. Ia melempar berkas-berkas yang ia tenteng ke meja kerja, lalu melepas dasinya dengan geram. Ia bertanya pada asistennya, “Siapa yang lapor polisi?”

“Belum terlacak sampai sekarang. CEO Lian, saat Vice CEO Lian digiring polisi tadi, di depan kantor ada banyak media. Sepertinya kita tidak akan bisa menyembunyikan ini dari Kakek,” jawab asisten cemas.

Karry Lian awalnya berencana mengemukakan kesalahan Mason Lian di depan para pemegang saham agar pamannya itu dipecat dan kehilangan kewenangan. Tetapi, Karry Lian ternyata malah dibawa polisi begini. Ini bukan hanya pukulan besar bagi imej perusahaan, tetapi juga memicu kekecewaan para pemegang saham padanya dan menimbulkan dendam antara dia dan Mason Lian. Satu dayung, tiga pulau terlampau.

Karry Lian sungguh geram. Ia bisa menebak siapa orang di balik ini semua. Dunia bisnis memang kejam, ia sudah terlalu meremehkan kekejaman itu. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Taylor Shen? Orang itu pasti sudah merencanakan ini semua matang-matang. Taylor Shen sengaja ingin membuatnya terlihat tega menelanjangi pamannya sendiri ke khalayak umum di hadapan para pemegang saham.

Semua yang terjadi sesuai hari ini sesuai dengan ekspetasi Taylor Shen. Ia langsung melapor polisi di akhir. Ketika Mason Lian digiring polisi ke luar kantor, media sudah ramai di depan. Kali ini, Taylro Shen untuk besar dari masalahnya ini.

Dengan kejadian ini, para pemegang saham dan kakek akan menilai dirinya sebagai orang yang menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadi. Ia akan dianggap sebagai pribadi yang culas dan keji.

Jebakan Taylor Shen ini sungguh halus sampai ia sendiri tidak sadar sudah masuk ke dalamnya. Pantas saja Taylor Shen bisa merebut kembali Shen’s Corp dari Nelson Lian. Ia sungguh telah meremehkan kekuatan orang ini.

Karry Lian baru menyadari ini semua ketika segalanya sudah terlambat. Kedua tangannya yang diistirahatkan di atas meja mengepal kencang. Ia marah besar sampai dadanya ngilu. Insiden kecelakaan proyek sudah merupakan pukulan besar baginya, sekarang malah ada krisis baru. Kalau ia tidak berhasil menyelesaikan kedua ini sebaik dan sesegera mungkin, ia akan kehilangan kepercayaan para pemegang saham, juga mengecewakan kakek.

“Soal Kakek, aku nanti akan temui dia untuk kasih penjelasan. Dave, bantu aku lakukan sesuatu.” Asisten Karry Lian maju satu langkah. Karry Lian membisikkan beberapa kalimat padanya.

Dave sungguh terkejut, “CEO Lian, sepertinya ini akan sulit untuk berhasil?”

“Tidak peduli pakai cara apa dan sesulit apa, kamu harus berhasil,” tegas Karry Lian. Ia tidak akan mengaku kalah semudah ini. Sekuat-kuatnya Taylor Shen, ia pasti tetap punya kelemahan juga.

Sudah bekerja sangat lama dengan Karry Lian, ini pertama kalinya Dave melihat bosnya itu berwajah sesangar ini. Ia buru-buru mengangguk, “Baik, CEO Lian. Aku segera kerjakan.”

……

Taylor Shen akhirnya bangun dari tidur pulasnya. Ruang kerjanya penuh cahaya matahari sore yang kekuningan. Ruangan itu sangat sepi, sesekali terdengar suara mouse ditekan.

Melihat wanita sebelah meja teh yang tengah bekerja serius, hatinya tergugah.

Tiffany Song tengah membuat desain rancangan. Merasa ia tengah diperhatikan seseorang dari sofa, jarinya langsung berhenti menggerakan mouse. Ia menoleh dan langsung mendapati tatapan Taylor Shen. Ia berteriak pelan dengan kaget, “Sudah bangun?”

“Sudah.” Taylor Shen membenarkan posisi duduk. Ia bertanya, “Sekarang jam berapa?”

“Sudah setengah enam. Barusan Sekretaris Christian bawa berkas ini kemari. Ia bilang berkasnya sangat penting, tetapi ia tidak berani membangunkanmu karena tidurmu sangat pulas. Berhubung sekarang sudah bangun, cepat tengoklah.” Tiffany Song menyerahkan sebuah berkas bersampul biru padanya.

Taylor Shen mengucek-ucek mata lalu menerima berkas itu. Setelah kelar membacanya, ia membubuhkan tanda tangan dan menaruh berkas itu di atas meja teh. Melihat Tiffany Song fokus dengan komputer, rasa iri timbul dalam hatinya. Masak komputer lebih tampan darinya sampai Tiffany Song memelototinya begitu?

Taylor Shen menghampiri Tiffany Song, lalu duduk di sofa belakang wanita itu. Ia mengelus-elus dagu, “Kamu sekarang sekretaris pribadiku, berhentilah kerjakan desain-desain itu.”

Tanpa menoleh, Tiffany Song mendebat: “Tugas sekretaris pribadimu hanya satu, yakni selalu berada di dekatmu. Aku sekarang kan ada di dekatmu, jadi aku tidak mengabaikan tugasku dong? Soal apa yang aku kerjakan ketika aku berada di dekatmu, kamu tidak punya hak untuk mengaturnya.”

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu