You Are My Soft Spot - Bab 83 Kamu Sangat Lucu, Aku Sangat Sayang Kamu (3)

Selepas meninggalkan ruang rapat, Callista Dong mengangkat telepon itu. Orang di seberang berujar, “CEO Dong, Nona Song dilarikan ke rumah sakit oleh CEO Shen karena diare dan dehidrasi. Kelihatannya hubungan mereka agak ambigu.”

Callista Dong menghentikan langkahnya. Ia menjawab dengan suara meninggi, “Apa kamu bilang?”

“Barusan Nona Song dibopong keluar kantor oleh CEO Shen. Wajah CEO Shen sangat panik dan khawatir. Kelihatannya hubungan mereka tidak sesederhana yang kita lihat,” jawab orang di seberang.

“Oke, aku paham. Tiffany Song dirawat di rumah sakit mana?” Callista Dong mengernyitkan dahi. Pertama kali ia melihat Tiffany Song secara langsung, ia memang langsung merasa ada sesuatu dalam hubungannya dengan Taylor Shen, tapi ia tidak memasukkannya ke hati. Kalau memang benar ada sesuatu, berarti alasan Taylor Shen tidak tertarik pada Audrey Feng adalah Tiffany Song?

“Aku kurang tahu, yang jelas di sebuah rumah sakit swasta.”

“Baik kalau begitu. Sudah, kamu balik ke kantor saja, tidak perlu selidiki lebih lanjut.” Callista Dong langsung mematikan telepon itu. Ia sungguh terlalu memandang sepele Tiffany Song. Ia tidak menyangka wanita itu bisa mendapatkan hati Taylor Shen. Pantas saja Taylor Shen semudah itu menjanjikan akan menggelar kompetisi terbuka antara perusahaannya dengan Winner Group. Ia takut kalau ini semua jebakan yang disusun Tiffany Song untuk memenangkan Winner Group dalam tender proyek ini.

Ia juga teringat tentang kompetisi terbuka hari ini. Hari ini, kalau saja Taylor Shen tidak perlu mengantar Tiffany Song ke rumah sakit, kompetisi terbuka pasti akan terus berlangsung ddan perusahaan CEO Li mau tidak mau harus melakukan presentasi. Kalau itu terjadi, perusahaan CEO Li pasti akan langsung dianggap sebagai plagiator. Ini tidak terlaksana, jadi ia harus pikirkan rencana lain!

Ponselnya tiba-tiba kembali berdering. Ia mengangkatnya, dan orang di seberang berujar: “CEO Dong, saham-saham Winner Group tengah dibeli-beli oleh seseorang yang misterius.”

“Sudah lacak siapa orangnya?” tanya Callista Dong bingung. Orang yang mengetahui rencananya untuk membeli Winner Group sangat sedikit, siapa yang sebenarnya ingin merebut perusahaan itu darinya?

“Belum terlacak. Orang ini sangat kuat, lima puluh persen saham Winner Group sudah ia pegang,” jawab orang seberang.

“Cepat lacak, aku ingin tahu siapa yang berani mencuri daging milikku!” Callista Dong sungguh murka. Ia duluan tertarik pada Winner Group, dan siapa pun yang berani merebutnya darinya harus ia habisi!

“Baik, CEO Dong, aku segera mengutus orang untuk melacaknya.”

Callista Dong langsung menutup telepon. Kebahagiannya karena dipuji juri tadi langsung hilang seketika. Ia pergi dengan langkah cepat, dan hentakan sepatu hak tingginya yang keras-keras sudah cukup untuk menggambarkan bahwa emosinya saat ini tengah membara.

……

Hari sudah cukup sore begitu Tiffany Song terbangun. Begitu mencium bau ruang pasien dan melihat langit-langit ruangan yang semuanya bercat putih, Tiffany Song langsung mendengus kesal. Ia masuk rumah sakit lagi.

Ah, ia dan rumah sakit sepertinya belakangan sangat berjodoh.

Telinga Tiffany Song tiba-tiba mendengar suara kertas-kertas yang sedang bergesekan. Ia menoleh, dan yang dilihatnya adalah Taylor Shen yang tengah serius membaca jurnal dengan memanfaatkan cahaya matahari yang sampai ke jendela.

Menyadari tatapan Tiffany Song, Taylor Shen menoleh ke arahnya dan langsung melihat Tiffany Song sudah tersadar. Ia menutup berkasnya, berdiri dari sofa, dan menghampiri sisi ranjang, “Sudah bangun? Ada yang tidak enak tidak?”

Ketika Tiffany Song ingin mengangguk, dari dalam kamar tiba-tiba terdengar suara aneh. Sekujur tubuhnya kaku, dan ia merasa canggung sekali sampai tidak berani menatap mata Taylor Shen. Ya Tuhan, ia tidak ingin hidup lagi, mengapa ia sangat memalukan seperti ini!

Taylor Shen terdiam, lalu langsung sadar apa sebenarnya suara itu. Ia sebenarnya tidak ingin tertawa, tapi melihat ekspresi Tiffany Song yang canggung, ia tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum.

Tiffany Song jadi makin malu. Ia membenamkan kepalanya dalam selimut dan menahan selimut itu erat-erat. Ia tidak ingin dilihat orang, siapa pun itu, huhuhu……

Taylor Song duduk di sisi ranjang. Melihat Tiffany Song menutupi kepalanya dengan selimut, ia tersenyum tipis: “Tiffany Song, jangan berpanas-panasan di dalam selimut, keluarlah.”

“Tidak mau. Kamu pasti mau menertawakanku.” Tiffany Song tidak berani keluar, ia merasa sangat malu.

Taylor Shen ingin menarik selimut itu, tapi karena takut itu akan membuat Tiffany Song tidak senang, ia mengurungkan niatnya. Ia membujuk pelan: “Aku tidak akan menertawakanmu. Kamu sangat lucu, aku sangat sayang kamu. Kamu tenang saja, tidak peduli apa yang terjadi padamu, aku tidak akan meninggalkanmu.”

Memalukan, tidak berani ditatap olehnya.

Dengan sedikit tenaga ekstra, Taylor Shen berhasil melepas selimut itu. Tiffany Song berbaring di atas bantal kepala sambil tetap tidak mau melihatnya. Taylor Shen berseru: “Aku mau cek kamu, paham tidak? Tadi pagi kamu buat aku kaget setengah mati, bagaimana bisa kamu pingsan di kamar mandi dan baru ditemukan beberapa lama kemudian? Kamu tahu itu seberapa bahaya?”

Tiffany Song jadi teringat rapat tadi pagi. Ia memegang pergelangan Taylor Shen erat-erat lalu bertanya: “Taylor Shen, kompetisi terbuka tadi pagi siapa yang menang?”

“Kamu urusi saja kesehatanmu dulu, hal-hal lain semuanya tidak penting.” Taylor Shen jadi kesal sendiri. Kalau Tiffany Song lebih memerhatikan kesehatannya sedikit saja, ia tidak mungkin bisa pingsan di kamar mandi dan baru ditemukan orang beberapa waktu kemudian.

“Bagaimana bisa tidak penting? Itu pekerjaanku. Kalau Winner Group bisa mendapatkan proyek itu, aku baru bisa naik jabatan.” Tiffany Song tidak setuju dengan kata-kata Taylor Shen barusan. Kalau tidak kerja, bagaimana ia bisa hidup? Lagipula ia juga harus membuktikan kemampuannya pada Callista Dong.

Taylor Shen menggertakan gigi, “Kamu sepeduli ini dengan pekerjaanmu? Peduli sampai tidak mementingkan nyawamu sendiri lagi?”

“Iya lah. Kalau aku kehilangan pekerjaan, bagaimana aku bisa menghidupi diriku sendiri? Cepat katakan padaku bagaimana hasilnya!” Tubuh Tiffany Song masih sangat lemah. Baru mengatakan beberapa kalimat, ia langsung kehabisan nafas sendiri.

Melihat Tiffany Song seperti itu, Taylor Shen tidak tega membuatnya penasaran dan panik. Ia berusaha menenangkan, “Hasilnya belum keluar. Draf rancangan Winner Group tidak dipresentasikan.”

“Kok bisa? Aku kan sudah memberikan USB-ku ke CEO Li. Kalau pun aku tidak hadir, CEO Li harusnya kan menggantikanku memperesentasikannya?” tanya Tiffany Song sambil menatap Taylor Shen dengan bingung. Ia kemarin menyampaikan panjang lebar konsep desainnya pada CEO Li, dan pria itu juga mendengarkan dengan seksama kok. CEO Li harusnya kurang lebih ingat dan bisa mengatasi ketidakhadiran dirinya dong?

“Shine Group sudah presentasi duluan, dan draf rancangan mereka punya kemiripan delapan puluh persen dengan drafmu. Kalau Winner Group tetap memaksakan presentasi, juri pasti akan berpikir Winner Group telah melakukan plagiarisme,” jawab Taylor Shen datar.

Tiffany Song menatap Taylor Shen dengan setengah tidak percaya. Mulutnya pun ternganga. Konsentrasinya baru kembali beberapa saat kemudian. Ia bertanya, “Apa kamu bilang?”

“Waktu itu, di apartemen, aku ada melihat draf rancanganmu, dan aku langsung menyadari draf rancangan Shine Group luar biasa mirip dengan draf rancanganmu. Aku pun menyuruh Winner Group berbohong dengan bilang draf rancanganmu terhapus, jadi kompetisi dimundurkan.” Taylor Shen percaya Tiffany Song tidak mungkin melakukan plagiarisme. Satu kemungkinan yang paling mungkin terjadi adalah draf rancangan Tiffany Song bocor.

Tiffany Song menggeleng, “Bagaimana bisa, bagaimana bisa draf rancangan Shine Group mirip dengan punyaku?”

“Tiffany Song, coba kamu ingat-ingat, kamu ada pernah mengizinkan orang lain melihat draf rancanganmu tidak? Atau mungkin kamu sempat memberitahu orang lain konsep rancanganmu? Aku curiga ada pengkhianat dalam Winner Group,” jawab Taylor Shen mencoba menganalisis.

Tiffany Song berpikir serius, lalu membantah: “Tidak ada. Selain ke CEO Li, aku tidak pernah memperlihatkan draf rancanganku, bahkan ke anggota grupku sendiri. Aku juga tidak pernah memberitahu konsep rancanganku pada siapa pun.”

“Pagi ini, saat kamu di kantor, kamu ada makan sesuatu yang biasanya tidak dimakan tidak?” tanya Taylor Shen tiba-tiba.

Tiffany Song mengangguk, “Aku ada minum kopi sih. Aku biasanya tidak minum kopi, tapi pagi ini aku sengaja minum agar segar, jadi aku menyuruh asistenku membuatkan kopi.”

“Kopimu itu dicampuri puring, makanya kamu jadi diare. Tiffany Song, kamu sudah dikerjai orang. Coba kamu ingat baik-baik, siapa orang yang paling mungkin mengkhianatimu?” Di perusahaannya, Taylor Shen selalu memperingatkan berulang kali, para pekerja boleh berkompetisi habis-habisan, tetapi harus dengan cara-cara yang halal. Sekalinya ditemukan ada yang menggunakan cara curang, pekerja itu akan langsung dikeluarkan dari perusahaan dan tidak bisa masuk lagi.

Tetapi prinsip itu tidak bisa ditemukan di semua perusahaan. Ada banyak orang yang demi mendapatkan jabatan lebih tinggi rela mengkhianati rekan kerjanya. Taylor Shen sudah sangat sering dengar kejadian-kejadian sesame pekerja kantor saling menyakiti.

Tiffany Song gigit-gigit bibir. Dea Meng sudah keluar, siapa lagi orang yang berpeluang menyakitinya di kantor? Ia mencoba berpikir keras, namun tidak kepikiran juga. Semua wajah rekannya terlihat sangat tulus dan baik. Apa mungkin Sally Yun? Kopi itu kan dia yang buat. Tapi, kalau strateginya seperti ini, itu kan terlalu jelas? Masa ia sebodoh itu?

Melihat raut kebingungan Tiffany Song, Taylor Shen semakin yakin Tiffany Song berhati baik dan tidak pernah mencurigai siapa pun. Ia mencoba menenangkannya, “Sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Aku beritahu ini agar kamu hati-hati dengan orang-orang di sekitarmu, terutama asistenmu itu.”

“Ia sangat baik padaku, tidak mungkin ia menyakitiku,” jawab Tiffany Song pelan. Semakin mencoba berpikir, ia semakin lepas. Memberinya obat pencahar, menghalanginya ikut rapat, draf rancangan Shine Group mirip delapan puluh persen dengan draf rancangannya…… Semua ini logikanya memang bukan kebetulan semata sih!

“Memang di wajah orang jahat ada tertulis kata “aku ingin menyakitimu” ya? Dunia kerja memang kejam, sudah tidak terhitung jumlahnya orang yang menggunakan cara-cara tidak pantas untuk naik jabatan. Kalau kamu sepolos ini, cepat atau lambat kamu tidak hanya akan dikhianati orang, tapi sekaligus dipaksa untuk membayar harga tertentu padanya.” Taylor Shen tiba-tiba jadi kesal sendiri mendengar jawaban Tiffany Song yang begitu polos. Ia sungguh heran, kok orang sepolos ini bisa terus bertahan di dunia pekerjaan ya?

Tiffany Song menjawab: “Aku hanya merasa aku tidak seharusnya mencurigai orang yang sebaik itu padaku. Lagipula ia juga tidak punya konflik kepentingan dalam kompetisi ini, lantas untuk apa ia menyakitiku?”

“Dalam banyak kasus, tidak harus ada konflik kepentingan dulu baru bisa menyakiti orang lain. Motifnya bisa jadi karena curiga atau tidak senang pada si korban. Tiffany Song, kamu dulu hidup dalam dunia yang baik, tidak ada orang yang memberimu ancaman. Sekarang situasinya sudah berubah. Misalnya, karena Dea Meng keluar dari Winner Group, teman-teman kantormu tidak menganggapmu sebagai Tiffany Song yang polos lagi, melainkan sebagai kompetitor mereka. Mereka buat perhitungan denganmu dengan tujuan membuatmu keluar dari Winner Group, sebab kamu sudah mengancam kedudukan mereka,” urai Taylor Shen.

Tiffany Song mengangguk paham. Hatinya berdesir. Semua orang memang selalu bilang bahwa dunia kerja itu kejam bagaikan medan perang, dan ia akhirnya mengalaminya sendiri. Mungkin ia sebelumnya memang belum cukup dewasa untuk menerima kebenaran pernyataan ini. Ia selama ini selalu beranggapan, kita semua di kantor kan teman, mengapa kita tidak bergaul seperti teman pada umumnya dan malah mengkhianati satu sama lain?

Sepanjang sore, hati Tiffany Song terus murung. Taylor Shen tidak mengganggunya lagi, sebab memang ada hal-hal yang harus ia refleksikan sendiri agar bisa jadi lebih dewasa. Beberapa lama kemudian, Taylor Shen mendapat telepon dan langsung kembali ke kantor.

Sore menjelang malam, Tiffany Song menerima pesan singkat yang di dalamnya tertulis: “Pukul sembilan malam, akan ada pertunjukan opera menarik di ruang 2022 Golden Imperial Hotel. Jangan lewatkan pertunjukkan ini, orang yang paling kamu pedulikan akan hadir. Kalau tidak hadir, bersiaplah menyesal seumur hidup.”

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu