You Are My Soft Spot - Bab 258 Tiffany Song, Marilah Kita Mempunyai Anak (3)

Christian buka suara: "CEO Shen, Eden Zhu sudah pergi."

Taylor Shen menghirup sekali rokoknya, lalu menghembuskan asap kencang-kencang. Pria itu lalu bertanya datar, "Oke, terus kalian bicara apa saja?"

Di hadapan Taylor Shen, Christian jadi sangat hati-hati dan menjaga sikap. Ia menjawab penuh hormat: “Sesuai dugaanmu, dia membujukku untuk cari kerja lain.”

“Hehe, memang dasar suka main di belakang tuh. Padahal dia kan aku yang besarkan juga,” sindir Taylor Shen. Ia lalu bertanya, “Terus kamu merasa tidak puas jadi sekretarisku tidak?”

“Tidak lah, CEO Shen.” Nada bicara Christian setengah serius dan setengah bercanda. Ia dari dulu tidak pernah terpikir untuk mengkhianati Taylor Shen. Ini pula alasan yang membuatnya bisa tinggal begini lama di sebelah si bos.

Di Prancis, saat Taylor Shen baru mendirikan bisnis, mereka berjuang bersama untuk membesarkannya. Ia pernah melihat si bos dalam situasi paling terhormat, juga menyaksikan saat-saat di mana dia murka dan muram.

Hubungan mereka bukan cuma hubungan atasan dan bawahan, melainkan hubungan sahabat.

Taylor shen pernah bilang dia selalu percaya padanya. Beberapa hari lalu, bos itu sempat tiba-tiba bertanya bisakah dia dipercayai olehnya. Ia menjawab bisa dengan sangat yakin.

“Christian, utus orang untuk mengikutinya. Waktu itu yang mencari data-data Tiara itu dia. Aku yakin dia pasti tahu Tiara yang sebenarnya ada di mana.” Taylor Shen menyipitkan mata. Ia tidak menyangka di sisinya ternyata ada seorang pengkhianat, pantas saja selama ini ia tidak pernah meragukan Angelina Lian bukan Tiara.

Si sekretaris bertanya bingung, “CEO Shen, jadi maksudmu Nona Lian bukan Nona Tiara?”

Barusan mendengar Taylor Shen tiba-tiba bercerita soal kejadian masa lalu, Christian merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ternyata oh ternyata, dia mencurigai Angelina Lian.

“Benar. Kamu masih ingat dulu kita sempat memergoki Angelina Lian mau memukul Tiffany Song? Tindakannya itu memancing kecurigaan dalam diriku. Aku lalu mengambil sampel rambutnya dan sampel rambut tuan besar untuk dites DNA. Hasilnya, dia bukan Tiara.” Di tengah-tengah berbicara, Taylor Shen sempat menghirup rokok yang baru dinyalakan.

Christian kaget bukan kepalang. Gila, belakangan ini hanya dalam waktu yang sangat pendek ada banyak sekali hal yang terjadi. Ia berucap, “Kalau dia bukan Nona Tiara, lantas siapa?”

“Ya aku tidak tahu, makanya ini mau cari tahu.” Suasana hati Taylor Shen memburuk. Sekalinya terpikir dia sudah dikelabui tujuh tahun hingga Tiffany Song jadinya terus disakiti, ia jadi ingin mencakar-cakar kulitnya sendiri.

Melihat raut wajah Taylor Shen yang muram, Christian bisa menebak kali ini Angelina Lian pasti akan dihabis sehabis-habisnya. Adik Taylor Shen yang paling dicintai jadi tidak ditemukan karena wanita itu, Tiffany Song pun juga dibuatnya menderita. Kalau ia berada di posisi CEO Shen, ia juga akan berusaha memberikan ganjaran yang seberat-beratnya.

Taylor Shen dulu terus menoleransi Angelina Lian karena percaya dia merupakan adiknya. Sekarang, ketika kepercayaan itu sudah lenyap, gelap gulita sudah masa depan Angelina Lian.

“CEO Shen, Nyonya Shen tahu soal fakta bahwa Nyonya Lian bukan Tiara yang asli ini?” tanya Christian tiba-tiba.

Mendengar pertanyaan ini, emosi Taylor Shen makin terpancing. Angelina Lian itu sengaja menipunya tujuh tahun buat tujuan apa sih? Di belakang, wanita itu pasti tertawa terbahak-bahak melihat kebodohannya. Si bos menjawab dengan sangat dingin, “Dia dari awal sudah tahu, tetapi terus menyembunyikannya dariku.”

“Apa?” Christian sama sekali tidak menyangka bakal keluar jawaban begini.

“Waktu Angelina Lian masih tidak sadarkan diri, dia sudah langsung tahu. Dia hanya menunggu Angelina Lian bangun, biar aku bisa menyadari hal itu dengan mata kepalaku sendiri,” tambah Taylor Shen.

Christian tersenyum kecut. Haduh, Nyonya Shen benar-benar berubah sekali ya……

Si bos menatap si asisten dengan risih: “Masih tertawa kamu ya? Cepat utus orang untuk membuntuti Eden Zhu. Kalau kamu di sini terus, apa perlu aku yang utus sendiri?”

Baik, baik. Aku segera laksanakan.” Christian langsung berbalik badan dan pergi keluar.

Taylro Shen diam di tempat dengan wajah keras. Kapan sih dia bisa tidak punya masalah sama sekali?

……

Parkway Plaza.

Vero He duduk termenung di depan meja kerja. Di benaknya terbayang terus lukisan sketsa wajah yang dilihat di kantor polisi. Ia memegangi kepala dengan kedua tangan. Benarkah dia? Bagaimana bisa dia berubah jadi seorang pembunuh kejam?

Waktu di gudang barang bekas itu, meski pingsan, tetapi ia sempat mencium bau tubuh yang sangat familiar.

Si wanita memejamkan mata rapat-rapat. Kalau Karry Lian masih hidup, mengapa dia muncul di hadapannya secara sembunyi-sembunyi dan bukan terang-terangan? Terus, si polisi wanita itu tahu seberapa banyak soal insiden dirinya dibawa pergi dari kantor polisi dulu?

Vero He sangat menyesal ia tidak melihat dengan jelas nama yang tertera di seragam si polisi. Kalau sekarang dia tiba-tiba pergi ke kantor polisi lagi, itu sama saja dengan memberitahu musuh bahwa ia ingin memulah perang. Tapi, di sisi lain, kalau dia tidak melakukannya, dia selamanya tidak bakal tahu fakta penculikan dirinya.

Vero He menjambak rambut dan mengacak-ngacaknya dengan sebal. Erin kebetulan sekali mengetuk pintu dan masuk pada momen ini. Ia jelas sangat kaget melihat bosnya bertindak begitu. Dalam hatinya, ia bertanya ada apa gerangan. Sama-sama kaget, Vero He segera merapikan kembali rambut dan memanggil si asisten: “Erin, sini duduk.”

Erin sekarang masuk sambil membawa katalog produk musim baru. Merek-merek raksasa yang buka toko di Parkway Plaza semuanya memang rilis produk baru tiap musim. Produk-produk ini tidak dijual begitu saja di tiap negara atau pun kota. Hanya sedikit dari mereka yang dijual di luar negara asalnya. Jadi, berpikir bagaimana caranya menjadikan produk-produk ini terkenal dan tren di dalam negeri juga jadi tugas besar Vero He.

Sembari menaruh katalog produk musim baru di meja si bos, Erin sekalian mengamati tatapannya yang tajam. Setelah duduk, asisten itu bertanya: “Nona He, ada apa?”

“Erin, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu.” Vero He melipat kedua tangan di meja, lalu menyampaikan pertanyaannya: “Kamu bisa masuk ke sistem personalia kantor polisi?

“Heh?” tanya Erin terkejut. Asisten itu menambahkan: “Memang masuk ke sistem personalia mereka buat apa? Pengaman sistem kantor polisi pasti sangat kuat, jadi masuknya susah. Kalau pun berhasil, aku takut bakal terdeteksi.”

Vero He gigit-gigit bibir dengan frustrasi. Sepertinya dia kebanyakan nonton film action deh. Orang-orang di kantor polisi itu pintar, mana mungkin bisa asal masuk ke sistem kepengelolaan personel mereka seenaknya coba? Meski agak ragu, ia tetap menjelaskan maksudnya, “Aku ingin mencari seseorang, namun mencarinya harus diam-diam.”

Erin tiba-tiba teringat keganjilan Vero He kemarin. Ia bertanya, “Mencari orang yang kemarin kamu kejar itu? Mengapa kamu mau mencarinya?”

Si bos bertanya sungguh-sungguh: “Erin, aku bisa memercayaimu?”

Erin mengernyitkan alis. Ini bukan pertama kalinya Vero He bertanya pertanyaan begini padanya. Setiap kali dia bertanya begini, itu tandanya kata-kata yang bakal diucapkan setelahnya sangat rahasia. Vero He bisa jadi tidak menemukan lagi orang lain yang bisa dipercaya, bisa juga tidak tahu siapa yang bisa bantu.

Si asisten mengangguk, “Nona He, aku pengawal pribadimu, jadi jelas bisa.”

“Aku ingin mencarinya sebab tujuh tahun lalu ia pernah memberiku obat tidur. Aku pun jadi terlelap dan dibawa orang pergi. Di belakang ini semua ada konspirasi yang luar biasa besar, jadi kita harus diam-diam mencarinya. Waktu berpapasan dengannya kemarin, dia bahkan memanggilku Nyonya Shen, mungkin karena panik. Sejak aku kembali tampil di khalayak umum, hanya sedikit orang yang memanggilku Nyonya Shen. Aku jadi sangat curiga dengan si polisi wanita,” tutur Vero He panjang. Hipotesanya ini sebenarnya agak imajinatif karena tidak berbukti apa-apa. Ia bahkan agak khawatir Erin mengiranya sudah tidak waras.

“Kamu mengapa yakin sekali dia memberimu obat?” tanya si asisten penasaran.

“Hari itu, aku hanya minum jus buah di pesta pernikahan. Kalau jus buahnya bermasalah, aku pasti sudah tidur di tempat dan tidak menunggu dimasukkan ke penjara dulu. Saat di penjara, kakak sempat membawakan sedikit makan. Aku yakin dia tidak mungkin berniat jahat padaku. Selain jus buah dan makanan kakak, aku hanya minum air yang diantarkan oleh si polisi wanita. Jadi, aku punya kecurigaan besar bahwa di air itu ada obatnya.” Tatapan Vero He agak kosong. Kalau ia tidak bertabrakan dengan si polisi wanita, kalau si polisi wanita tidak gugup ketika melihat wajahnya, ia pasti tidak bakal curiga begini rupa.

“Baik, aku paham. Nona He, aku akan coba cari cara untuk masuk ke sistemnya.” Salah satu teman baik Erin di sekolah dulu kini bekerja di kantor polisi. Seharusnya, dia bisa membantunya mendapatkan data-data personalia yang mereka mau.

“Terima kasih!” Vero He menambahkan, “Satu lagi, jangan ceritakan hal ini pada siapa pun.”

“Tuan Muda juga tidak boleh tahu?” tanya Erin.

Vero He tersenyum kecut, “Kemarin kan dia bilang sendiri, orang yang makin dekat malah harus makin diwaspadai.”

Erin terhenyak. Ia masih membela James He, “Tetapi dia kan orang yang paling peduli denganmu.”

“Aku bercanda kok, bukan itu alasannya. Alasan sebenarnya adalah kakak sekarang sangat sibuk, jadi aku tidak mau menambah beban pikirannya. Nanti aku baru cerita ke dia setelah keluar hasil penyelidikan juga oke.” Vero He sama sekali tidak pernah berpikir untuk menjaga jarak dan rahasia dari James He. Persis seperti yang Erin katakan, pria itu adalah orang yang paling peduli dengannya.

Erin membuang nafas lega, lalu bangkit berdiri untuk langsung mengerjakan permintaan barusan.

Kinerja Erin sangat cepat. Keesokan siang, ia sudah membawa sebuah flashdisk ungu berisi data personalia para personel kantor polisi ke ruyang kerja Vero He. Asisten itu mencolokannya ke komputer, memasukkan kata sandi akses flashdisk, lalu membuka sebuah file. Daftar panjang berisi data diri personel kantor polisi dan foto masing-masing dari mereka langsung terpampang di hadapan kedua waita.

Erin membesarkan tampilan biar nama dan foto para personel makin jelas. Ia lalu diam dan menatap Vero He untuk menunggu instruksi selanjutnya.

Si bos tidak mengetahui nama si polisi wanita, jadi hanya bisa melihat satu per satu foto yang ada. Personel kantor polisi jumlahnya ratusan. Kalau benar-benar mengecek foto mereka satu per satu, matanya pasti bakal pusing.

“Erin, bisa kelompokkan mereka? Maksudnya, bisa sisakan yang perempuan saja?”

“Bisa, sebentar.” Erin menekan-nekan beberapa tombol. Tidak lama kemudian, yang terpampang di layar hanya data dan foto para personel perempuan. Jumlahnya kurang lebih dua ratusan orang.

“Sekarang sisakan yang lama bekerjanya tujuh tahun dan lebih.”

Erin kembali menekan-nekan tombol lagi. Yang tersisa sekarang hanya data dan foto dua puluh personel wanita. Erin menarik layar dari atas ke bawah pelan-pelan, sementara Vero He menatap setiap foto dengan lekat biar tidak ada yang terlewatkan.

Anehnya, sampai personel paling bawah, si bos belum menemukan foto polisi wanita kemarin. Vero He mengernyitkan alis, “Kok tidak ada ya? Erin, yang sudah dicek kamu masukkan ke satu folder saja. Terus, coba tampilkan data para polisi wanita yang masih aktif.”

Mengapa bisa begini? Jelas-jelas si wanita berseragam polisi, kok tidak ada datanya ya?

“Masih belum ada?” tanya Erin.

“Ah, sudahlah, tidak usah diutak-atik lagi. Dia pasti ada di dalamnya, siapa tahu akunya yang teledor saja. Aku bawa deh datanya, nanti aku yang cek satu-satu.” Jam pulang kerja sudah mau tiba. Nanti, dia bakal langsung pulang dan mengecek data ini di Sunshine City. Ia tidak percaya data si polisi wanita tidak eksis!

Novel Terkait

Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu