You Are My Soft Spot - Bab 104 Berangkat Dengan Berani Demi Cinta (3)

Tiffany Song duduk di atas kakinya bergoyang dan bergoyang, dia berkata dengan kening berkerut: "Hmm, mungkin saja akan, hahaha."Taylor Shen sedang serius dengannya, dia malah penuh dengan ekspresi tidak serius, sepasang tangan sang pria merangkul pinggangnya, menggelitiknya, "Benarkah? Kamu akan merasa kecewa? Katakan sekali lagi."

Tiffany Song dengan sekuat tenaga menghindarinya tangannya, tapi bagaimanapun juga, dia tetap tidak bisa menghindarinya, pinggangnya tergelitik dengan begitu tidak nyaman, badannya bergoyang dengan semakin kencang, malah tidak tahu, berogyang-goyang di atas sang pria sangatlah fatal, "Hehe...... hahaha Kakak Keempat, aku mengaku salah, tidak akan, aku tidak akan merasa kecewa, lepaskanlah aku......"

Tubuh Taylor Shen seketika mulai bereaksi, bola matanya menjadi lebih mendalam menatapnya, seakan-akan ada pancaran sinar yang melintas di mata phoenixnya, sang pria tiba-tiba mengangkat pinggangnya yang ramping, untuk lebih mendekat dengan tubuhnya.

Tiffany Song merasakan reaksi dari tubuhnya, dia dengan kaget melototkan matanya lebar-lebar melihat sang pria, "Kamu......"

Taylor Shen mendekatkan diri mengigit telinganya, tubuh sang wanita gemetaran tanpa henti di dalam pelukan telapak tangannya, berkata: "Tiffany, ingin menunggang kuda tidak?"

Tiffany Song sama sekali tidak menyangka dirinya akan bagaikan kambing yang menyerbu ke mulut harimau, mendengar isyarat di balik ucapannya, wajah dan telinga sang wanita seketika menjadi merah, bergegas menggelengkan kepala: "Tidak mau, aku tidak ingin menungganginya."

Taylor Shen tidak membiarkannya menolak, dia dengan arogan membungkam bibir sang wanita, berkata dengan paksa: "Kamulah yang menginginkannya, aku akan membiarkanmu menungganginya."

......

Kota Tong.

Di sebuah toko teh, spesialis teh telah selesai menyeduhkan teh, langsung disuruh keluar oleh bapak tua yang duduk di posisi utama. Pintu kayu tertutup, suara langkah kaki menjadi menjauh, anak muda yang duduk di hadapan bapak tua mengangkat cangkir teh, mencium aromanya terlebih dahulu, lalu memperhatikan warnanya, baru terakhir mencicipinya.

Mata bapak tua memancarkan ekspresi memuji, berkata: "Yang kamu lakukan kali ini cukup bagus, dengan menjebak Shine Group, dan membuat Taylor Shen tidak bisa mampu menyadari ini adalah perbuatanmu dengan semudah itu. Tunggu hingga besok saat pihak dari Keluarga Shen mengumumkan mendirikan sebuah merek perusahaan dekorasi dan renovasi perumahan yang baru, pasti akan mengalihkan perhatian dari Taylor Shen, taktik sekali dayuh dua tiga pulau terlampaui ini sungguh begitu sempurna, dan nantinya, kamu sudah boleh melaksanakan langkah selanjutnya."

Anak muda meneguk cairah teh, tenggorokannya terasa sepat, berkata: "Kakeklah yang pandai dalam mengajar."

"Tidak perlu merendahkan hati, saat ini kamu telah berkemampuan cerdik, aku rasa dalam waktu singkat ini, kamu akan menjadi pemimpin baru di Kota Tong, dan jika hari itu telah tiba, keluarga kita baru bisa bebas dari penekanan orang lain dengan nafas lega." Bapak tua berkata sambil menghela nafas panjang.

"Kakek, kemampuan Taylor Shen saat mengatasi masalah sangatlah cerdik, meskipun aku telah melakukan hal ini dengan begitu hati-hati dan waspada, tapi jika dia mampu menemukan kepala kuli bangunannya, takutnya semua siasat akan terbongkar."

Raut wajah bapak tua memunculkan ekspresi aura membunuh, dia menyipitkan matanya, cahaya yang dipancarkan pandangan matanya begitu berkilau, berkata: "Kamu tenang saja, aku akan mengatasi hal ini, hanya mayatlah yang bisa merahasiakan hal ini untuk selamanya."

......

Dunia ramai di Kota C pada malam hari, Tiffany Song merangkul lengannya Taylor Shen, berjalan melewati orang-orang di jalanan. Tadi sang wanita telah dipaksa ditekan diatas tubuhnya oleh sang pria untuk melakukannya sekali, sepasang kakinya saat ini masih gemetaran. Tapi dia malah merasa masih belum cukup, setelah melakukannya, sang pria malah bersikeras untuk membawanya pergi berjalan-jalan melihat pemandangan malam kota.

Sang wanita tidak menyangka seorang CEO seperti dia, bisa begitu tertarik dengan keramaian kota malam.

Musim gugur terasa dingin, Kota C di malam hari sangatlah ramai, Taylor Shen mengulurkan lengannya, dan memeluknya, melindunginya agar tidak terbawa arus kerumunan orang. Tiffany Song mengangkat kepala, melihat dagunya yang kuat berkharisma, Tiffany Song tidak berpikir terlebih dahulu, dia menjinjitkan kakinya dan menciumnya sejenak.

Bisa bersama dengan orang yang disukai, apakah akan terus ingin menciumnya setiap saat? Pipinya menjadi merah, bergegas menundukkan kepala, lubuk hatinya malah penuh dengan kegirangan.

Hanya saat berada di kota yang asing seperti ini, mereka baru bisa bersama dan bersikap sesuka hati tanpa kekhawatiran sama sekali. Meskipun saling berciuman di tengah jalan, tetap tidak perlu khawatir akan ada orang yang saling kenal melihat mereka.

Taylor Shen menatapnya sejenak, berkata dengan dingin: "Orang lain sedang melihat, kamu tidak merasa malu?"

Tiffany Song juga meniru sikapnya, menatap dengan sinis, berkata dengan arogan: "Apa lihat-lihat? Aku tidak boleh mencium pacarku sendiri?"

Mata Taylor Shen memancarkan senyuman, merasa senang karena kata "Pacarku sendiri" ini. Sang pria memeluknya dengan erat, berkata jahil di samping telinga: "Aku adalah priamu?"

"Tentu saja, memangnya kamu ingin membantahnya? Tadi aku telah memberi sebuah cap tubuhmu, kamu tidak bisa membantahku." Tiffany Song menyipitkan matanya, bagaikan seekor serigala, cap yang dimaksudkan adalah ciumannya di dagunya tadi.

"Kamu sedang berkata kotor ya." Seseorang tentu saja mengartikan cap sebagai hal yang dilakukan di dalam kamar tadi, sang pria seketika menjadi bergejolak.

Tiffany Song melongo, melihat pandangan matanya yang seakan-akan begitu cabul melihat dadanya, wajahnya langsung memanas, spontan terhadap insting sendiri, dia langsung menutup dadanya sendiri, "Ah, kamu melihat ke arah mana?"

Taylor Shen menarik tangannya, berkata: "Ayo jalan, setelah berjalan selama sepanjang malam, kamu masih tidak merasa lapar?"

Kedua orang itu berjalan hingga tiba di sebuah toko kecil, Taylor Shen mengambil kesempatan untuk mencari tahu saat Tiffany Song sedang pergi mandi, mereka telah pernah datang ke Kota C beberapa kali, tapi dirinya malah tidak pernah sempat membawanya menikmati budaya dalam perkotaan di Kota C.

Tadi setelah selesai melakukannya dengan sang wanita, tubuhnya sangat lelah, tapi semangat masih membara, mengingat mereka berdua sepertinya belum pernah melakukan kencan yang resmi, makanya berniat membawanya pergi jalan-jalan.

Di dalam toko sangatlah ramai, kedua orang itu mencari tempat duduk yang kosong, Taylor Shen pergi ke sana untuk memesan dan membayar. Tiffany Song menopang dagunya dengan salah satu tangannya, melihat dia yang merupakan seorang CEO, berjalan ke sana kemari melakukan ini dan itu demi dirinya, hatinya sangatlah merasa puas.

Tidak lama kemudian, Taylor Shen kembali dan duduk di hadapannya, senyumannya terlihat sedikit aneh, "Aku telah memesan beberapa makanan, tidak tahu apakah cukup atau tidak, kalau tidak cukup, nanti kita pesan lagi."

Tiffany Song menatapnya, "Taylor, kenapa kamu tersenyum dengan begitu aneh?"

"Mana ada?" Taylor Shen langsung kembali berekspresi normal, meskipun ingin menjahilinya, tapi tetap gawat jika sampai disadari olehnya secepat itu.

Tiffany Song menganggukkan kepala dengan serius, "Sangat ada, kalau tidak percaya, bercerminlah sendiri, setiap kali kamu ingin berbuat jahil, pasti akan tersenyum seperti ini."

Taylor Shen mengusap wajahnya, berkata: "Kamu telah salah melihatnya."

Tiffany Song tidaklah terus membicarakan topik ini, bisnis dari toko kecil ini begitu laris, hampir tidak ada kursi yang kosong, dia berkata, "Bagaimana caranya kamu bisa tahu toko ini?"

"Tadi aku mencarinya di internet, dengar-dengar sosis khas Taiwan di sini sangatlah terkenal, makanya membawamu ke sini untuk mencobanya." Taylor Shen berkata dengan tak sanggup menahan senyumannya.

Tiffany Song menatapnya, dia kembali menarik ekspresi senyumannya, tidak lama kemudian, Nyonya Bos datang mengantarkan makanan pesanan mereka, Taylor Shen menyodorkan sebuah pudding susu ke hadapannya, berkata: "Cobalah, tadi di internet mengatakan rasa yang dibuat oleh toko ini sangat enak."

Tiffany menyendokkannya dan memasukkannya dalam mulut, rasanya harum dan lembut, manis dan nikmat, dia menganggukkan kepala, berkata: "Rasanya enak, kamu ingin mencobanya tidak?"

Taylor Shen mendekatkan diri, membuka mulutnya, memberi isyarat padanya untuk disuapi. Tiffany Song kembali mengambil sesendok dan mengantarkannya ke mulutnya, melihatnya mengemut pudding di dalam mulutnya, sang wanita dengan wajah penuh penantian melihatnya, berkata: "Bagaimana dengan rasanya?"

"Kamu makanlah lebih banyak." Mungkin karena sang pria tidak suka makan makanan yang terlalu manis.

Tiffany Song melihat ekspresi di wajahnya, langsung menyadari dia tidak menyukainya, sang wanita tidak memaksanya untuk memakannya, dirinya memakannya beberapa suap, mengambil setusuk sate yang dipesannya. Taylor Shen duduk di hadapannya, setiap kali sang wanita mencicipi satu macam makanan, dia harus mencobanya sekali, tapi tidak makan dengan tangannya sendiri, melainkan malah menikmati perasaan disuapi olehnya.

Makanan di dalam piring dimakan oleh sang wanita satu per satu sampai habis, Tiffany Song mengulurkan tangan hendak kembali mengambil, melihat bentuk dari makanan di piring, wajah dan telinganya memerah. Itu adalah sosis khas taiwan, Tiffany Song pernah melihat gambarnya, memiliki bentuk yang membuat orang kehilangan kata-kata.

Sang wanita mengangkat kepala melihatnya, Taylor Shen langsung mengalihkan pandangan matanya, pura-pura tidak melihatnya, tapi senyuman di sudut bibirnya malah semakin lama semakin melebar, sama sekali tidak bisa disembunyikan.

"Kamu sengaja." Tiffany Song mengkritiknya dengan menggertakkan gigi, dia pasti sengaja, kalau tidak, bagaimana mungkin ada orang yang akan membeli barang seperti ini kepada pacarnya, dengan hanya bentuknya saja sudah cukup untuk membuat orang merasa aneh.

Taylor Shen memalingkan kepala, berkata dengan normal: "Apanya yang sengaja?"

"Kamu memang sengaja, aku tidak mau makan lagi." Tiffany Song mendorong piringnya, kenapa barang seperti ini bisa dijual pada khalayak ramai tanpa rasa malu sedikit pun? Cukup membuat malu dengan hanya memikirkannya.

Taylor Shen melihat sosis khas Taiwan yang tak bersalah itu, dia tetap berkata dengan pura-pura normal: "Hmm, tidak mau memakan ini, nanti saat pulang makanlah punyaku."

"......" Wajah Tiffany Song begitu merah, Taylor Shen kini sudah tidak mampu menahan tawanya lagi dan tertawa terpingkal-pingkal. Tiffany Song merasakan pandangan mata dari orang sekitar mulai mengarah ke mereka, bahkan sampai melirik benda yang ada di piring, rasa malunya bertambah, langsung keluar dari toko setelah menghentakkan kakinya.

Taylor Shen bergegas bangun dan pergi mengejarnya, melihatnya terus berjalan ke depan dengan cepat, sang pria mengejarnya dengan cepat juga, memeluk pinggangnya di depan mall, melihat wajahnya yang merah karena kesal, sang pria berkata dengan suara kecil: "Marah?"

"Tidak." Tiffany Song mendatarkan wajahnya, mulutnya berkata tidak, tapi sebenarnya memang sedang marah. Saat mereka berdua berduaan, sesering apapun dan separah apapun sang pria menjahilinya, dia tidaklah merasa keberatan, ini adalah hiburan dalam kamar. Tapi jika menjahilinya di hadapan keramaian seperti ini, malah telah membuatnya terlihat buruk.

Taylor shen melihat ekspresinya yang seperti itu, jelas-jelas sedang merasa marah, dia memutarkan badannya melihatnya, membujuknya dengan suara lembut: "Sayangku, benar-benar telah marah?"

"Perkataanmu sudah selesai belum." Tiffany Song meneriakinya, air mata langsung mengalir tanpa bisa menahannya, semenjak mereka telah melewati batasan, hal yang paling sering dilakukan adalah hal di ranjang, tidak ada komunikasi perasaan, hal yang dilakukan oleh mereka berdua adalah melakukan intim. Karena sang pria begitu bersemangat dalam hal ini, sang wanita pun berusaha untuk menyelaraskannya dengan sang pria. Sekarang sang pria membawanya pergi jalan-jalan, malah hanya untuk menjahilinya, mempermalukannya. Membuatnya merasa, dirinya adalah seorang wanita yang begitu sembarangan, makanya dia bisa bersikap begitu sembarnagan juga terhadapnya.

"Tiffany, ini adalah kesalahanku, candaanku telah keterlaluan." Taylor Shen segera membujuknya, mengulurkan tangan mengusap air matanya.

Tiffany Song menghempaskan tangannya, mengangkat kepala melihat sang pria, berkata: "Taylor, apakah kamu merasa aku adalah wanita yang sembarangan?"

Taylor Shen kaget, perkataan ini sepertinya terasa familiar, sang wanita sepertinya pernah menanyakan hal ini padanya, dirinya sadar candaannya ini telah begitu besar, hanya ingin melihat ekspresi wajahnya yang merasa malu saja, dirinya sama sekali tidak ingin membuatnya menangis, "Bukan, kamu adalah orang yang ingin kuhargai dengan setulus hati."

Kelopak mata Tiffany Song begitu merah, berkata: "Aku tidak percaya terhadap ucapanmu, kalau kamu memang ingin menghargaiku, apakah kamu akan mempermalukanku di depan umum?"

"Aku tidak bermaksud untuk mempermalukanmu, aku hanya ingin melihat penampilanmu yang merasa malu. Tiffany, kamu tahu tidak, ekspresimu saat merasa malu sangatlah cantik, sangat membuat orang terpana. Aku senang melihatnya, kapan pun setiap saat." Taylor Shen menggenggam wajahnya dengan sepasang tangannya, berkata dengan suara kecil.

"Bukan demi menindasku?" Tiffany Song tetap tidak begitu percaya padanya.

Taylor shen tak berdaya dan mengangkat tangannya, berkata: "Aku bersumpah! Lagipula kamu lihatlah sendiri, apakah aku adalah orang yang semembosankan seperti itu? Khusus datang kemari, hanya untuk menindasmu?"

Tiffany Song memiringkan mulutnya dengan sinis, "Kamu pada dasarnya memang membosankan."

Taylor Shen memandangnya, berkata dengan senyuman: "Jangan marah lagi ya? Apakah masih ada tempat yang masih ingin ditujui, aku akan membawamu pergi."

"Tidak ada lagi, mari kita pulang."

Setelah kembali ke hotel, Tiffany Song pergi mandi dengan ekspresi wajah yang murung, setelah dijahili oleh Taylor Shen tadi, seluruh suasana hatinya yang baik telah musnah. Awalnya masih merasa iba terhadap sang pria yang telah menghadapi tekanan sebesar itu, tapi saat ini malah sangat ingin menghajarnya sekali, iblis ini sungguh keterlaluan.

Sang wanita keluar setelah selesai mandi, hampir saja terpeleset akibat baju di lantai. Dia menundukkan kepala melihatnya, langsung terlihat selembar celana dalam tergeletak dengan terang benderang di samping kakinya. Dia mengelus keningnya dan menghela nafas, kenapa bisa ada orang yang seperti ini, apakah saat dia masih belum mengenalnya, bajunya memang selalu dilempar dengan sembarangan seperti ini?

Sang wanita membungkukkan badan memungutnya, bajunya berserakan dari pintu kamar mandi hingga samping pintu kamar tidur, sang wanita berusaha memungut semuanya, lalu ada sesuatu yang bergelinding jatuh dari dalam kantong jasnya, Tiffany Song menundukkan kepala melihatnya, itu adalah sebuah bolpen.

Tiffany Song mengulurkan tangan dan memungutnya, mengamatinya dengan teliti, dia pernah melihat bolpen ini di dalam majalah, merupakan sebuah bolpen model terbaru yang diliris oleh perusahaan Pelikan, memiliki fungsi untuk merekam suara. Dia mencarinya sesaat, baru berhasil menemukan tombol pemutar setelah beberapa menit, dia merasa ragu untuk sejenak, tidak lama kemudian, jari tangannya menekan tombol itu.

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu