You Are My Soft Spot - Bab 275 Dibawa Pergi Pria Liar (3)

Vero He protes dalam hati. Tidak lapar kok malah mengambil makanannya, pasti sengaja ya. Habis ini, ketika dia mengunyah, Taylor Shen pasti bakal kembali merebut makanan yang ada di dalam mulutnya lagi. Setelah makanan habis, bisa-bisa yang kenyang malah si pria dan bukan dirinya.

Sekelarnya sarapan, Taylor Shen pergi ke ruang buku untuk mengurusi beberapa urusan kantor. Vero He turun ke lantai bawah sambil membawa mangkuk kosong. Di karpet bulu depan sofa ruang tamu, ia melihat Jacob Shen tengah duduk sambil bermain game tembak-tembakan di televisi. Wajah Jacob Shen sangat serius dan mulutnya sesekali bergumam-gumam.

Vero He beridri di belakang si anak, lalu mendengarnya berucap: “Kubunuh juga kamu, dasar tua.”

“……” Si wanita kehabisankatta-kata.

Melihat kedatangan Vero He, Bibi Lan buru-buru menghampirinya dan mengambil alih mangkuk yang dipegang olehnya. Ia lalu berujar pelan: “Sepanjang hari menangis tuh, ini baru saja tenang lagi.”

Vero He mengangguk paham. Ia berjalan ke karpet bulu, lalu duduk dengan posisi melipat kaki dan bersandar di kaki sofa persis seperti yang dilakukan Jacob Shen. Si wanita kemudian mengulurkan tangan dan menarik-narik pakaian si anak: “Marah ya?”

Jacob Shen menoleh dingin padanya, lalu kembali menatap layar televisi. Di layar, suara orang yang berteriak-teriak terus terdengar tanpa henti. Vero He ikut menatap layar untuk mencari tahu seperti apa game ini. Di sana, ia menjumpai tokoh yang diperankan Jacob Shen sudah berlumuran darah pada sekujur tubuh.

Setelah si tokoh tidak bergerak lagi, Jacob Shen melempar konsol permainan dengan kesal ke lantai, “Tuhkan aku jadi kalah terus di permainan ini. Kamu bawa sial, pergi sana.”

Vero He tersenyum tanpa bercuap apa-apa. Melihat si wanita tidak mau marahan dengannya, anak itu memungut konsol yang dibanting dan mengulangi permainan.

Vero He mengulurkan satu tangan ke hadapan Jacob Shen, kemudian menawarkan: “Nih aku berikan tangan ini buat kamu gigit, terserah mau gigit sampai bagaimana. Yang penting kamu jangan marah lagi.”

Si anak hanya merespon dengan dehaman dingin. Ia tidak mau begitu memedulikan Vero He.

Lawan bicaranya jadi makin terhibur dengan tingkahnya yang menggemaskan, “Kalau melewatkan kesempatan ini, nanti-nanti tidak ada lagi loh.”

Jacob Shen masih tidak menanggapi Vero He.

Vero He menyudahi tawaran: “Kalau kamu tidak mau gigit, ya sudah aku anggap kamu sudah memaafkanku ya.”

Jacob Shen melirik Vero He sekilas dengan sudut mata. Kok bisa-bisanya dirinya suka dengan wanita berwajah polos namun jahat ini? Apa dia masih boleh menyesal sekarang? Anak itu bangkit berdiri, melempar konsol permainan, dan lari ke lantai atas.

Vero He mengamati bayangan tubuh yang dengan segera lenyap dari pandangan matanya itu dengan ternganga. Senyum di wajahnya barusan tidak berbekas sama sekali, Ia mengambil konsol permainan yang jatuh di lantai dan melanjutkan permainan bekas Jacob Shen. Sepertinya Jacob Shen benar-benar marah, harus bagaimana ini dia?

Vero He pernah melalui usia segini, jadi dia paham betul apa yang dipikirkan si anak. Jacob Shen tumbuh besar dengan terbiasa hidup hanya dengan papa, lalu tiba-tiba ada seorang wanita tidak dikenal masuk ke dalam kehidupan mereka. Tidak peduli ia pernah seberapa suka dengan wanita itu, ia akan tetap melihatnya sebagai “penjajah” yang bakal merebut papa.

Inilah sebabnya Jacob Shen terus menunjukkan sikap bermusuhan pada Vero He. Si wanita berpikir keras, bagaimana caranya agar dia bisa meluluhkan sikap bermusuhan ini?

Sementara itu, di benak Jacob Shen, yang dipikirkan oleh si anak lebih rumit daripada yang Vero He tebak. Wanita yang disukai dirinya direbut oleh papa, lalu wanita ini bisa jadi mama tirinya dan merebut semua kasih sayang papa padanya. Di waktu mendatang, mereka juga bisa punya adik bayi. Akhir-akhirnya, dia hanya akan jadi anak yang dilentarkan di ruang bawah tanah dan disiksa mama tiri seperti di televisi.

Ia jelas-jelas sudah bilang bahwa ia dan Peanut akan berbakti pada papa. Sayang seribu sayang, sekarang situasinya berubah drastis. Ia bukan hanya kehilangan Peanut, tetapi juga akan jadi anak yang tidak dipedulikan siapa pun di rumah.

Semakin memikirkan ini, hati Jacob Shen makin lama makin terluka. Dengan posisi duduk di sisi ranjang, anak itu terus menangis dan menangis. Terakhir, Jacob Shen berbaring di ranjang dan menutupi mukanya dengan selimut sambil terus meraung.

Masih berusaha menyelesaikan permainan, Vero He makin lama makin tidak tenang. Ia menaruh konsol permainan dan naik ke lantai atas. Bibi Lan daritadi berdiri di depan dapur. Melihat bos wanitanya naik ke atas, benaknya kembali memutar adegan pertengkaran Taylor Shen dan Jacob Shen tadi pagi.

“Wanitamu apaan sih? Lihat baik-baik foto ini, dia mamamu!” maki Taylor Shen pada Jacob Shen. Pria itu memaki begini sambil menunjuk foto pernikahan yang dipajang di tengah ruang tamu.

Meski sosok wanita dalam foto agak berbeda dengan di asli karena dandandan dan sudut foto yang kurang pas, namun perbedaannya tidak signifikan. Secara logika, Jacob Shen tidak mungkin tidak bisa mengenali wanita itu adalah Vero He, kecuali kalau dia sengaja bohong.

Apa jangan-jangan anak ini dalam hati sudah tahu ia tidak punya hubungan darah dengan Taylor Shen?

Jacob Shen melompat-lompat dengan marah, “Asal bicara kamu! Aku tidak punya mama. Dia adalah Peanut-ku, dia milikku!”

Taylor Shen menggertakkan gigi. Tangannya gatal sekali ingin memukul si anak. Dengan berkacak pinggang, pria itu menjatuhkan ancaman, “Sekali bicara macam-macam lagi padaku, aku langsung daftarkan kamu sekolah asrama.”

Jacob Shen duduk di sofa dan menangis sejadi-jadinya.

Bibi Lan, yang berdiri di depan dapur, sungguh takut Taylor Shen bakal kehilangan kendali dan memukul Jacob Shen. Untuk mengantisipasinya, ia menggendong si anak dari sofa dan memisahkan mereka: “Tuan, jangan balas dengan kekerasan begini. Biarlah aku yang menemani Tuan Muda Kecil.”

Si ayah menatap si anak untuk beberapa saat, lalu bergegas ke dapur tanpa bicara apa-apa. Di sana, ia memasak mie wonton yang kemudian ia sajikan pada Vero He. Sementara itu, di ruang tamu, Bibi Lan menggendong Jacob Shen dengan hati yang iba. Ia pikir, berhubung Tuan dan Nyonya sudah balikan dan bakal segera punya anak, apa Jacob Shen tidak sebaiknya dikembalikan pada mama kandungnya? Hidup bersama mama kandung akan jauh lebih membahagiakan bagi si anak.

Bibi Lan membuang nafas pasrah dengan berat. Nyonya memang sangat suka dengan Jacob Shen, tetapi bagaimana pun juga nanti setelah punya anak pasti akan fokus mengurusi anaknya sendiri. Ah, mungkin ini hanya pemikiran yang terlalu jauh. Coba lihat-lihat untuk beberapa waktu lagi deh……

……

Vero He tiba di depan kamar anak. Ia bisa mendengar suara tangisan yang ada di dalam. Ketika dirinya mengetuk pintu, suara tangisan itu berhenti sejenak. Vero He bertanya lembut: “Jacob Shen, buka pintunya dan biarkan aku masuk. Kita bicara baik-baik, oke?”

“Tidak mau. Kamu sudah mengkhianatiku. Mengapa kamu mencuri papa dariku? Aku tidak suka kamu, pergilah kamu dari rumahku dan lepaskan papaku!” Jacob Shen mendudukkan diri dengan penuh kemarahan.

“……” Vero He kehabisan kata. Anak ini benar-benar deh, tega sekali dirinya diusir!

“Jacob Shen, buka dulu pintunya. Kita bicara mata ketemu mata kan lebih enak?”

“Kalau aku bilang tidak mau ya artinya tidak mau. Aku tidak ingin bicara denganmu, pergilah kamu.” Vero He diam di depan sambil memikirkan apa bujukan yang bisa diberikan lagi. Tidak lama kemudian, dari dalam kamar terdengar teriakan, “Penipu, kalian semua penipu!”

Mendengar teriakan itu, hati Vero He terasa sangat sakit seperti tiba-tiba ditinju puluhan tangan secara bersamaan. Ia akhirnya berujar pasrah: “Jacob Shen, aku tidak tahu bagaimana cara membuatmu percaya padaku. Yang jelas, aku jamin padamu bahwa aku tidak akan merebut papa.”

Jacob Shen hanya menangis saja tanpa menjawab.

Vero He bersandar pada pintu. Semua bujukan sudah ia coba katakan, namun tidak berhasil meluluhkan hati Jacob Shen sekadar untuk buka pintu kamar.

Ruang buku berjarak tidak jauh dari kamar anak. Awal-awal mendengar percakapan Vero He dan Jacob Shen, ia tetap fokus mengurusi pekerjaan. Lama-kelamaan, menyadari situasi tidak juga membaik, ia jadi tidak bisa berkonsentrasi kerja lagi.

Taylor Shen mematikan komputer, bangkit berdiri, dan berjalan keluar ruang buku. Ia menjumpai Vero He yang bersandar di pintu dengan raut khawatir. Ia menghampirinya dengan langkah cepat, lalu menekan-nekan engsel pintu dengan kencang dan memberi peringatan: “Jacob Shen, harus tahu batas-batas etika ya kamu!”

Veor He kaget setengah mati dengan teguran si pria. Ia menahan bahunya dan menegur: “Taylor Shen, ngapain sih begitu? Jangan buat dia ketakutan.”

Pria itu menatap Vero He dan tidak meladeni Jacob Shen yang masih ngambek lagi. Ia menggandeng tangan si wanita ke kamar tidur utama. Sesampainya di kamar, Vero He menoleh ke pintu kamar yang sudah ditutup rapat-rapat dan bertanya: “Taylor Shen, kamu mau membawaku ke mana?”

“Membawamu jalan-jalan. Dia tidak usah ikut, malas aku dengar ocehan-ocehannya!” jawab Taylor Shen lantang. Ia sengaja bersuara lantang biar Jacob Shen dengar kata-katanya. Pria itu lalu bergegas ke ruang pakaian, mengambilkan pakaian yang cukup hangat, dan menyodorkannya pada Vero He: “Ganti pakaian, kita pergi kencan sekarang juga.”

“Habis ribut-ribut begini masih niat pergi kencan kamu?” tanya Vero He. Pria ini parah deh, anaknya lagi mengambek kok tidak berusaha ditenangkan sih!

“Masih kok. Kamu bukannya bilang mau menonton bioskop? Aku sore ini tidak ada urusan, jadi ya pas waktunya buat kencan,” jawab Taylor Shen sambil memakai sebuah mantel biru tua. Melihat Vero He masih menatapnya tanpa bergerak sedikit pun, ia melipat kedua tangan di dada dan bertanya setengah mengancam: “Itu pakaianmu mau aku yang gantikan?”

Wajah si wanita memerah. Ia sungguh tidak paham sikap tidak acuh si pria pada Jacob Shen. Dalam situasi seperti ini, bukankah seharusnya dia menemaninya dan membuat si anak tenang?

“Taylor Shen, aku tenangkan Jacob Shen dulu deh,” kata Vero He dengan diikuti gerakan berbalik badan dan berjalan ke arah pintu.

Taylor Shen mengernyitkan alis. Ia dengan cepat menahan pinggang si wanita dan berucap: “Tidak mau ganti pakaian? Baik, biar aku yang gantikan.”

Melihat tatapan Taylor Shen yang tidak main-main, Vero He buru-buru mencegahnya, “Iya sekarang ganti, ini aku ganti. Aku benar-benar tidak boleh menenangkan dia?”

Taylor Shen menyadari kecemasan yang sangat mendalam di wajah Vero He. Ia akhirnya berkompromi pada keinginan si wanita, “Kamu ganti pakaian, biar aku yang tenangkan dia.”

Si pria mengeluarkan kunci cadangan dari laci, kemudian membuka pintu kamar Jacob Shen. Begitu mendengar suara lubang pintu diputar, si anak, yang daritadi duduk termenung, langsung masuk ke dalam selimut dan mencengkeramnnya kencang-kencang.

Meski berlangsung cepat, gerakan si anak tetap tertangkap mata Taylor Shen. Ia menghampirinya dengan perlahan dan menepuk-nepuk bahunya: “Kami berdua sebentar lagi mau pergi ke Ocean Park. Kamu sebaiknya tidak ikut, takutnya menganggu.”

Jacob Shen mengggit selimut dan menatapnya garang seperti membayangkan itu adalah Taylor Shen. Anak ini bagaimana pun juga tumbuh besar bersamanya, jadi Taylor Shen kurang lebih paham dengan temperamennya. Ia jadi ingin meledek: “Kamu harus awasi dia lebih lekat lagi, siapa tahu ada pria liar yang mau bawa dia kabur. Kalau dia hilang, kamu tidak bakal bisa melihatnya lagi.”

Jacob Shen akhirnya tidak tahan lagi. Ia membuka selimut, menatap sang ayah, dan berteriak sekencang-kencangnya: “Dia sekarang juga sudah dibawa kabur pria liar!”

Taylor Shen: “……”

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu