You Are My Soft Spot - Bab 258 Tiffany Song, Marilah Kita Mempunyai Anak (2)

Anak Jordan Bo saja sekarang sudah bisa menuang kecap ke makanannya sendiri, bagaimana dia tidak makin ingin punya anak coba?

Vero He tidak bersuara lagi, jadi moibl kembali hening. Satu menitan kemudian, Budi kembali dan mengabarkan: “Di depan ada kecelakaan parah, sebuah truk besar menabrak bus sekolah. Mobil-mobil pribadi di sekitar mereka kesulitan lewat, jadi sepertinya kita masih akan kena macet beberapa saat lagi. Kita di sini pun juga tidak bisa mundur, jadi mau tidak mau menunggu.”

Vero He memang sudah menebak ada kecelakaan, makanya macetnya bisa selama ini. Tetapi, ia tidak menyangka salah satu kendaraan yang terlibat adalah bus sekolah. Membayangkan anak-anak yang ada di dalamnya, ia bertanya cemas, “Eh, terus anak-anak di bus sekolahnya bagaimana?”

“Anak-anaknya baru diantar ke sekolah, beruntung sekali. Kalau sampai mereka masih ada di dalam, aku tidak berani membayangkan bagaimana nasib mereka.”

Hati Vero He langsung lega kembali. Dengan sudut mata, Taylor Shen bisa melihat wajah Vero He yang memucat saat bertanya soal anak sekolah tadi. Nah kan, Vero He suka anak kecil, terus mengapa tidak mau punya anak dengan dia sih? Taylor Shen mengernyitkan alis, lalu mengulurkan tangan dan memegang tangan dingin si wanita, “Tidak akan terjadi apa-apa. Jangan khawatir.”

Vero He mendongak menatap Taylor Shen. Bibirnya sempat membuka, namun akhirnya kembali tertutup tanpa melontarkan satu kata pun.

Taylor Shen menyuruh Budi menyalakan radio. Saat cuaca berkabut begini, kecelakaan memang paling muda terjadi. Sekalinya radio lalu lintas diputar, suara indah si pembicara wanita langsung melaporkan tragedi kecelakaan di depan mereka. Wanita itu lalu mengabarkan jalan mana saja yang macet dan mana saja yang lancar. Harapannya, para pemilk kendaraan bisa mengatur ulang rute perjalanan.

Taylor Shen melihat Vero He sekilas, lalu menyuruh Budi kembali mematikannya. Mereka sudah terjebak di jalan yang macet, jadi tahu jalan mana yang lancar sama sekali tidak berguna. Bukan hanya tidak berguna, mereka juga malah jadi makin sebal.

Mobil kembali menghening. Taylor Shen mengajak bicara wanita di sebelah: “Tiffany Song, kamu semalam ada bicara sesuatu denganku?”

“Apa?” tanya Vero He dengan tatapan bingung pada si penanya. Ia masih belum paham apa yang sedang dimaksud olehnya.

“Aku semalam setengah tertidur, jadi cuma dengar kamu bilang “polisi wanita” dan “kantor polisi”. Tidak tahu aku hanya mimpi atau sungguhan.” Taylor Shen tadi pagi ingin menanyakan ini, tetapi suasana hatinya malah jadi rusak karena rencana punya anak. Ia jadinya pun membatalkan niatnya.

Vero He terhenyak, lalu menggeleng, “Aku tidak bicara apa-apa, kamu mengigau pasti.”

“Benarkah?” tanya Taylor Shen curiga. Melihat Vero He mengangguk yakin, ia tidak mengejarnya lagi.

Dalam hati, Vero He berpikir mengapa dia malah tidak mengakui cerita itu. Ya sudah lah, si polisi wanita itu biar dia telusuri sendiri tanpa bantuan Taylor Shen. Santai saja lah, semua pasti ada jalannya.

Pagi itu, mereka total terjebak kemacetan selama tiga jam. Ternyata di ruas jalan itu ada dua kecelakaan, bukan hanya satu. Yang satunya lagi adalah tabrakan antara sebuah mobil pribadi dengan sebuah ambulans.

Taylor Shen mengantar Vero He ke kantor, lalu langsung lanjut ke Shen’s Corp.

Baru masuk ruang kerja, ia langsung dihampiri Christian dengan wajah penuh kegembiraan. Sekretaris itu mengabarkan, “CEO Shen, Eden Zhu sudah tiba. Dia menunggumu di ruang tamu.”

Taylor Shen mengangguk, “Suruh dia ke ruang kerjaku.”

“Baik,” angguk Christian sambil berbalik badan dan berjalan meninggalkan ruangan.

Taylor Shen melepaskan mantel dan menaruhnya di kursi. Ia lalu mengencangkan dasi. Sungguh lelah rasanya duduk tiga jam di mobil gara-gara macet. Apalagi, ia tadi pagi juga bermasalah dengan Vero He karena ajakan punya anak. Pelipis si pria lama-kelamaan terasa berdenyut.

Untuk membuat diri lebih segar, si bos menelepon asisten dan meminta diantarkan kopi.

Tidak lama kemudian, Christian masuk ruang kerja Taylor Shen bersama seorang pria berjas abu-abu. Perut pria yang masuk sekarang jadi lebih menonjol dari beberapa tahun lalu, rambutnya kini juga disisir ke belakang. Ia terlihat lebih kebapakan dan dewasa sekarang.

Taylor Shen awalnya tidak mengenali Eden Zhu. Ia dalam hati bertanya, ini benar-benar Eden Zhu kah?

“CEO Shen, aku terus memohon pada bintang dan langit biar kamu balik. Akhirnya pada akhirnya kamu kembali juga, sehat-sehat kan kamu?” sapa Eden Zhu ramah sambil menyalami Taylor Shen. Mungkin karena sering ikut perjamuan bisnis, ia kini sudah sangat fasih beramah-tamah.

Taylor Shen mengernyitkan alis sambil melepaskan tangannya dengan perlahan. Si bawahan jadi canggung dan berbatuk palsu dua kali. Sepertinya, tidak peduli apa jabatannya sekarang, ia akan terus dianggap Taylor Shen sebagai pesuruh.

Meksi agak kesal dengan semua tingkah sok akrab Eden Zhu, Taylor Shen tetap berusaha berujar ramah, “Eden Zhu, sini duduk. Baur turun dari pesawat pasti kelelahan ya?”

“Lelah sih iya, tetapi aku tidak sabar untuk menemuimu,” jawab si bawahan.

Taylor Shen sudah pulang beberapa bulan, Eden Zhu baru kali ini berkunjung. Jangan-jangan orang ini sudah lupa dia punya bos bernama CEO Shen? Si bos duduk di sofa dan memerintahkan asisten: “Christian, tuangkan kopi buat Eden Zhu.”

Si asisten mengangguk dan keluar.

Eden Zhu mengamati bayangan tubuh Christian, lalu menarik pandangan. Ia kini kembali melihat wajah Taylor Shen yang serius dan dingin. Wajah dengan ekspresi begitu membuatnya mengibas-ngibaskan tangan secara tidak sadar. Taylor Shen dulu tidak pernah sedingin ini. Ia jadi sangat takut dengannya sekarang.

Si bos melihat si bawahan dari atas ke bawah. Melihat gerak-geriknya yang gelisah, ia berbasa-basi untuk menghangatkan suasana, “Pekerjaan lancar-lancar kan selama ini? Sekarang dimutasi balik ke sini pasti butuh adaptasi ulang, sabar-sabar ya.”

“Tidak masalah, aku sekarang bisa jadi seperti ini juga berkat CEO Shen. Kamu tenang saja, aku bakal bisa beradaptasi dengan cepat kok,” jawab Eden Zhu dengan senyum

Taylor Shen mengangguk. Christian lalu masuk sambil membawa nampan berisi dua gelas. Satu gelas ditaruh di hadapan Taylor Shen, sementara satu gelas lagi di hadapan Eden Zhu. Pria kedua berucap terima kasih pada Christian, lalu menegak kopinya dan memuji: “Kopi CEO Shen ini memang lebih enak dari kopi mana pun. CEO Shen, kamu kali ini tidak akan pergi lagi kan?”

“Untuk sementara waktu akan tetap di sini.”

“Baguslah, sungguh sebuah kehormatan buat warga Kota Tong. Eh, Tuan Muda Kecil ikut kamu tinggal di sini juga? Sudah lama sekali aku tidak berjumpa dengannya. Sekarang tingginya berapa?” tanya Eden Zhu lagi.

“Ikut di sini kok. Anak makin besar makin suka membantah tuh. Sepertinya semua orang yang jadi ayah pasti pusing dengan urusan ini,” kata Taylor Shen datar.

Eden Zhu bisa memahami komplain bosnya. Ia menambahkan: “Anak zaman sekarang memang lebih susah diatur dibanding kita dulu, jadi harus pelan-pelan mengaturnya. Aku dengar CEO Shen juga sudah menemukan Nyonya Shen. Kalian berdua kan bisa membesarkannya bersama, jadi jangan khawatir.”

Taylor Shen tersenyum tipis saja. Dalam hati, ia berpikir Eden Zhu pasti sudah tahu soal semua hal yang terjadi di Kota Tong luar dan dalam. Setelah menyeruput kopi, Taylor Shen bertanya satu topik lain: “Eden Zhu, waktu aku mengutusmu untuk mencari Tiara dulu, apa ada petunjuk penting yang terlewatkan?”

Mendengar Taylor Shen menanyakan masa lalu, ia langsung merasa pasti ada yang janggal. Tetapi, ia tidak menemukan keanehan apa-apa di wajah Taylor Shen. Pria itu merespon: “CEO Shen, bukannya Tiara sudah ditemukan?”

“Benar, ini aku hanya tanya-tanya saja kok. Tiffany Song waktu itu tinggal di satu panti asuhan yang sama dengan Tiara. Dia belum berhasil menemukan orangtua kandungnya, jadi aku ingin membantunya. Waktu itu, kamu sempat bertemu fotografer yang memotretkan foto anak-anak panti kan? Berhubung kamu sudah balik ke Kota Tong, tolong bawa dia bertemu denganku. Aku ingin bertanya langsung padanya apa dia punya ingatan tentang orangtua kandung Tiffany Song,” cerita Taylor Shen panjang lebar. Ia memang benar ingin mencari orangtua kandung wanitanya, lalu pada saat bersamaan juga mencari Tiara yang asli. Motif yang kedua ini tidak ia ceritakan ke si lawan bicara.

Eden Zhu menyadari perubahan dalam sikap Taylor Shen. Bosnya ini sekarang tidak sepenuhnya percaya pada dia lagi, jadi tidak bicara dengan jujur dan terbuka.

Selain Shadow, masalah Angelina Lian bukan Tiara tidak diketahui siapa-siapa lagi. Bahkan, Christian pun juga tidak tahu-menahu. Kalau ingin mencari Tiara yang asli, mereka harus bertindak dengan diam-diam supaya musuh tidak sadar. Kalau sampai musuh sadar, semua petunjuk bakal dihapus betul-betul sampai tidak tersisa lagi.

“Oh begitu. Baik, dua hari lalu aku bawa dia bertemu denganmu.” Mendengar Taylor Shen cerita ingin mencari orangtua kandung Vero He, Eden Zhu merasa sangat lega. Baguslah, asal bukan curiga dengan Angelina Lian maka tidak masalah!

“Oke. Kamu baru habis turun pesawat, kalau tidak ada apa-apa istirahatlah dulu. Mulai kerja lagi setelah sudah bisa menyesuaikan diri dengan jam sini saja.” Taylor Shen tersenyum tipis, jadi suasana hatinya yang sebenarnya sedikit banyak tersembunyikan.

Eden Zhu bangkit berdiri dan pamit pada Taylor Shen. Si bos memerintahkan Christian untuk mengantarnya keluar. Setelah suara langkah sepatu sudah memelan, Taylor Shen menatap bangku yang barusan diduduki Eden Zhu lekat-lekat. Apa yang dia pikirkan, hanya dia sendiri yang tahu.

……

Di depan, Christian mengantarkan Eden Zhu ke lift. Melihat si sekretaris Taylor Shen, si tamu dalam hati merasa agak kasihan. Dulu mereka berjuang sama-sama untuk CEO Shen. Dia sekarang sudah naik level jadi anggota masyarakat kelas atas, sementara Christian masih jadi sekretaris saja persis seperti dulu. Nasib mereka berbeda seratus delapan puluh derajat……

Lift pun datang. Eden Zhu masuk lift. Melihat Christian mau pergi, ia memanggil: “Christian, kita berdua sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Antar aku ke parkiran bawah tanah yuk, kita ngobrol-ngobrol.”

Christian ragu-ragu sejenak, namun akhirnya setuju. Dalam pertemuan kali ini, ia merasa Eden Zhu makin lama makin asing. Tadi waktu bertemu dengannya pria itu melangkah dengan penuh kebangaan, hanya saat bertemu CEO Shen saja jadi agak sungkan.

“Christian, orang berbakat seperti kamu kok terus-terusan jadi sekretaris rendahan di sebelah CEO Shen sih? Aku jadi kasihan padamu. Mengapa CEO Shen tidak memberi kamu promosi jabatan?” tanya Eden Zhu peduli.

Yang ditanya tersenyum tipis, “Bisa terus berada di sisi CEO Shen adalah suatu kepuasan bagiku. Eden Zhu, aku tidak seambisius kamu. Aku sudah merasa cukup dengan jabatan sekretaris sekarang."

Eden Zhu mengernyitkan alis. Ini orang kenapa sih? Orang macam apa yang tidak mau naik jabatan? Orang macam mana yang mau terus disuruh ini dan itu? Christian pasti belum pernah merasakan sensasi punya kekuasaan besar dan disegani orang nih. Sekalinya merasakan, pasti bakal terus ketagihan.

“Haduh, kamu mah! Waktu CEO Shen migrasi ke luar negeri, aku kan sempat ingatkan kamu untuk pertimbangkan baik-baik lagi masa depanmu. Kata-kataku hanya masuk telinga kiri terus keluar telinga kanan ya?” tegur Eden Zhu. Semua orang itu mau hidupnya terus meningkat, kok orang yang satu ini beda sendiri sih?

Christian menggeleng. Eden Zhu selamanya tidak bakal tahu, tanpa perlu berjuang naik jabatan, jadi sekretaris CEO Shen dia bisa dapat sangat banyak. Pendapatannya sama sekali tidak rendah dengan Eden Zhu, bahkan bisa jadi lebih tinggi.

Setelah mengantari si tamu ke mobil, Christian kembali ke lantai paling atas. Ia mengetok ruang kerja CEO, lalu melangkah masuk. Bosnya sedang berdiri di depan jendela sambil mengamati pemandangan luar. Cuaca hari ini sangat kacau, kabut tebal sekali. Cuaca yang muram ini membuat aura bayangan tubuh CEO Shen terlihat lebih dingin.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu