You Are My Soft Spot - Bab 36 Memancing

Lalu, sepasang bola mata yang hitam menatap ke matanya, Tiffany tercengang selama dua detik, lalu segera mengalihkan pandangannya. Memalukan sekali rasanya saat ketahuan memandangi Taylor, ia tak akan mengira perkataan yang ia katakan di restoran tadi itu sengaja kukatakan untuk memancingnya kan?

Melihat telinga Tiffany yang memerah, sorot mata Taylor pun mendalam, ia langsung membalikkan kepalanya kembali, bibirnya sedikit terangkat ke atas.

Penanggungjawab lapangan konstruksi itu belum pernah melihat Taylot tersenyum, ia melihat ke arah Tiffany dan memandanginya dengan seksama, gadis ini kelihatannya hanya berumur tujuh atau delapan belas tahun, bibirnya merah, giginya putih, ternyata CEO Shen suka dengan gadis yang seperti ini?

Setelah keluar dari lapangan konstruksi, kedua orang itu naik ke atas mobil, sang supir pun membawa mereka menuju ke bandara.

Kening Taylor bercucuran keringat, wajah tampannya itu terlihat sangat merah. Seharian ia berdiri di bawah teriknya matahari, ia menyuruh orang untuk memberikan payungnya pada Tiffany, sedangkan dirinya sendiri berjemuran di bawah matahari sambil berdiskusi mengenai tempat-tempat yang perlu diperbaiki dengan si penanggungjawab.

Tiffany tahu, Taylor adalah seorang pria yang perhatian namun tetap punya prinsip yang tinggi, pria seperti ini jelas sangat ideal. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan otak bodoh Lindsey, kenapa ia mendiamkan pria sesempurna ini begitu saja, dan malah mengganggu pria milik orang lain?

Tiffany mengeluarkan secarik tisu dari dalam tasnya, "Paman Keempat Kakak Ipar, lap keringatmu."

Taylor menutup matanya dan bersandar pada kursi, ia tak mengambil tisu itu. Tiffany ragu sejenak, lalu mendekat pada Taylor dan membuka tisunya itu, ia mengusap kening Taylor. Baru saja tisu itu menempel pada keningnya, tiba-tiba Taylor membuka matanya, lalu menatap Tiffany tanpa berkedip.

Tiffany terkejut, ia langsung menarik tangannya kembali, namun tangannya malah digenggam Taylor dan tak bisa bergerak.

Tiffany menatap pada mata Taylor dengan bingung, pada jarak yang sedekat ini, ia bahkan bisa melihat perubahan pada mata Taylor yang tampak sangat serius namun juga bercampur dengan kehangatan dan kelembutan. Tiffany mengalihkan pandangannya, jantungnya terus berdebar kencang, ia menarik tangannya dengan sekuat tenaga, namun gagal, pergelangan tangannya terasa sangat panas, ia bisa merasakan gesekan antara kulitnya dan kulit-kulit jari tangan Taylor.

Tiffany menatap Taylor dengan malu-malu, nafasnya berbau tembakau rokok khas milik Taylor, wajahnya semakin memanas, sampai akhirnya ia berhasil menarik tangannya, lalu kembali ke tempatnya dengan kesal.

Ia benar-benar kesal pada dirinya sendiri, jelas-jelas ia sudah memperingatkan dirinya sendiri untuk menjaga jarak dengannya, tapi ia malah begitu peduli pada Taylor. Tiffany Song, kalau kamu tidak bisa menjaga kelakuanmu lagi, Taylor pasti akan mengira kalau dirimu sedang memancingnya.

Taylor menoleh ke arah Tiffany, melihat Tiffany yang kesal itu, ia pun tersenyum, ternyata Tiffany peduli padanya.

Dalam perjalanan menuju bandara, Tiffany terus melihat ke arah luar, ia berusaha keras untuk mengabaikan pria di sebelahnya itu. Sesampainya di bandara, Taylor mengurus boarding pass mereka, Tiffany mengikut Taylor di belakangnya. Setelah Taylor mendapatkan boarding pass mereka, Taylor pun berjalan kembali ke sebelah Tiffany, dan saat itulah Tiffany baru menyadari bahwa wajah Taylor lebih merah dari saat ia di mobil tadi.

"Paman Keempat Kakak Ipar, kenapa wajahmu semerah ini?" akhirnya Tiffany tak tahan lagi bersikap peduli padanya.

Taylor meraba-raba wajahnya sendiri, "Oh ya?"

Sebenarnya dari tadi di lapangan konstruksi, Taylor sudah merasa sangat tidak nyaman, mungkin ia terkena heat stroke. Ia pikir dengan ditahan sebentar saja, panasnya akan langsung hilang, tapi tak disangka, begitu turun dari mobil, perubahan suhu dari dingin ke panas yang begitu drastis membuat kepalanya semakin terasa pusing.

Tiffany tak tahan lagi, ia pun mendekat ke arah Taylor, lalu menempelkan telapak tangannya pada kening Taylor, tubuh Taylor yang tinggi besar itu pun jatuh ke arahnya. Tiffany segera mengulurkan tangannya dan menopang Taylor, nafas Taylor yang berhembus di lehernya terasa sangat panas, jantung Tiffany berdebar kencang, ia segera memiringkan kepalanya, kedua mata Taylor sudah tertutup, ia pingsan.

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu