You Are My Soft Spot - Bab 163 Tidak Usah Pakai Apa-Apa, Aku Lebih Suka (1)

Taylor Shen tidak menghalangi Tiffany Song pergi. Ia tahu wanita itu sedih karena ia terlalu mengasihani Angelina Lian. Ia masih ingat seberapa cantiknya Tiffany Song ketika mengenakan gaun pengantin ini waktu itu. Dia pasti sangat kecewa gaunnya dipakai orang lain.

Setelah Tiffany Song naik ke atas barulah Taylor Shen menegur Angelina Lian, “Sudah cukup bikin ributnya, Angelina Lian? Kalau sudah cukup, sana naik ke lantai atas, lepaskan baju pengantin itu, lalu kembalikan ke Kakak Ipar. Lain kali kamu tidak boleh sembarangan masuk lagi ke kamar aku dan Kakak Ipar.”

Senyuman di wajah wanita itu perlahan pudar. Ia protes, “Kakak Keempat, bukannya kamu bilang semua yang merupakan milikmu juga jadi milikku? Ini hanya satu gaun pengantin saja kamu kok perhitungan begini? Mana janjimu itu padaku?”

“Janjiku padamu itu jangan diartikan kamu boleh bebas menyakiti Kakak Ipar! Angelina Lian, Tiara yang ada dalam ingatanku adalah Tiara yang polos, baik hati, dan tidak suka menyusahkan orang lain. Kamu berperilaku begini ingin bikin aku benci kamu ya? Kamu mau aku kirim balik ke kediaman lamamu?” Taylor Shen tidak mau ribut dengan Angelina Lian di hadapan Tiffany Song sebab itu akan membuatnya merasa sebagai provokator.

Angellina Lian mengernyitkan alis lalu tersenyum tipis: “Kakak Keempat, barusan kamu bilang itu Tiara yang ada dalam ingatanmu. Aku ini Tiara yang sudah dihancurkan oleh kenyataan. Kalau aku tidak sebaik hati dia, kamu tidak mau mengakui aku sebagai adikmu gitu? Jangan lupa, aku berubah jadi seperti ini juga karena kamu menghilangkanku, bahkan diperkosa di depan matamu sendiri!”

Taylor Shen terdiam dengan menahan rasa geram. Itu adalah rasa sakit yang paling membekas di hatinya, jadi tidak peduli Angelina Lian melakukan apa ia tidak pernah mengkritisinya. Tetapi, kalau sudah menyangkut Tiffany Song, ia tidak akan pernah tanggung-tanggung!

“Semuanya pokoknya ada dalam kendaliku, termasuk kamu. Aku katakan sekali lagi, jangan sakiti Tiffany Song!” tutup Taylor Shen sambil naik ke lantai atas meninggalkan Angelina Lian seorang diri.

Angelina Lian terdiam di ujung tangga. Dengan wajah kaku, ia bertanya: “Kakak Keempat, kalau kamu ada di tengah-tengah aku dan Tiffany Song, mana yang akan kamu pilih?”

Taylor Shen tidak menjawab seolah tidak dengar.

Angelina Lian memegangi dadanya dengan pilu dan perlahan-lahan duduk di lantai. Ternyata, bagaimana pun caranya, ia selalu saja gagal mengambil hati Taylor Shen. Di hati pria itu hanya ada satu wanita: Tiffany Song!

Sesampainya di kamar, Tiffany Song melempar tasnya ke meja lalu dengan langkah gontai naik ke sisi ranjang dan merangkak ke sana. Ia mengangkat tangannya dan melihat cincin pemberian Taylor Shen yang berkilauan. Ia sekarang paham apa yang dimaksud satu detik surga lalu dan satu detik kemudian neraka.

Melihat Angelina Lian mengenakan gaun pengantinnya sambil cengar-cengir tanpa rasa bersalah, semua kebahagiaan dan kesenangannya karena dilamar Taylor Shen hilang tap berbekas. Ia sebenarnya bisa memahami posisi Taylor Shen. Ia paham pria itu merasa sangat bersalah karena sudah membuat Angelina Lian hilang.

Ia jelas-jelas sudah berusaha toleran, tetapi mengapa hatinya masih saja sakit?

Apa itu karena Taylor Shen membela Angelina Lian tanpa pengecualian sama sekali? Kalau saja Taylor Shen berujar beberapa kalimat yang membelanya, hatinya pasti akan baikan sedikit. Tetapi ini Taylor Shen tidak berujar apa-apa seolah itu insiden biasa.

Itu gaun pengantin kesayangannya. Sudah tidak terhitung berapa kali ia membayangkan mengenakan gaun pengantin itu sambil melangkah melewati karpet merah ke ruang pernikahan.

Tiffany Song terduduk diam. Pintu kamar tidur tiba-tiba dibuka. Ia buru-buru bangkit berdiri sambil mengusap air mata, lalu masuk ke ruang pakaian.

Saat berjalan masuk, Taylor Shen sekilas melihat sosok Tiffany Song yang kabur ke ruang pakaian. Ia melepaskan jasnya, melemparnya ke ranjang, lalu mengendorkan dasi. Taylor Shen kemudian melepaskan tiga kancing atas kemejanya dan bergegas ke ruang pakaian tanpa memedulikan dasinya terurai berantakan di sekitar leher.

Suara langkah kaki Taylor Shen ke ruang pakaian tidak terdengar karena lantai kamar dilapisi karpet. Tiba-tiba, dengan sudut matanya, Tiffany Song bisa menyadari kehadiran dia. Wanita itu langsung berpura-pura sibuk dan refleks mengambil dua piyama yang tergantung di lemari sambil bertanya: “Nanti malam pakai yang hitam atau yang ini ya? Yang renda-renda kayaknya tidak terlalu nyaman deh. Yang katun harusnya jauh lebih enak.”

Taylor Shen menghampirinya dan mengambil satu piyama lain. Pakaian itu berwarna krem dan murni terbuat dari sutra. Ia memberikannya pada Tiffany Song: “Pakai yang ini. Eh, atau tidak usah pakai apa-apa saja, aku lebih suka.”

Tiffany Song tahu Taylor Shen sedang membercandainya. Ia mengembalikan piyama yang renda-renda ke lemari lalu bergegas ke kamar mandi sambil membawa yang bahan katun.

Ketika berpapasan dengan Taylor Shen, si pria tiba-tiba menghadangnya dan membekapnya dalam pelukan. Tiffany Song masih pakai pakaian yang ia kenakan saat ke acara perusahaan tadi. Bahunya yang putih bersih terpampang jelas dari pakaian itu.

Taylor Shen menyenderkan kepalanya di salah satu bahu sambil bertanya lembut: “Marah ya?”

“Tidak.” Tiffany Song langsung melepaskan diri sambil menjawab bohong.

Taylor Shen membuang nafas pasrah dan mencoba membujuk: “Barusan di lantai bawah aku sudah bicara dengan Angelina Lian. Ia lain kali tidak akan sembarangan masuk kamar kita, juga tidak akan sembarangan melihat-lihat barang kita. Soal gaun pengantin, berhubung tanggal pernikahan kita belum ditetapkan, aku akan panggil perancang gaun pengantin terbaik sedunia untuk datang mengukur ulang tubuhmu dan membuatkan satu gaun baru, oke?”

Kemurungan Tiffany Song langsung meredup seperti lampu yang tiba-tiba mati. Iia terdiam dan bertanya: “Serius?”

“Serius dong. Tiffany Song, rasa bersalah pada Angelina Lian adalah urusanku sendiri. Aku tidak ingin kamu ikut terlibat di dalamnya. Pertanyaan yang kamu tanyakan waktu itu, aku sekarang sedang menimbang-nimbang hubungan kalian, paham?

Mata Tiffany Song berkaca-kaca. Ia merasa sangat bersalah karena sudah ngambek dan tidak memahami kesulitan Taylor Shen. Angelina Lian bukan orang asing, dia adik kandung Taylor Shen. Berada di tengah dirinya dan adik kandungnya sendiri sungguh membuat Taylor Shen serba salah.

“Maaf, Taylor Shen. Maaf aku tidak memahami kondisimu.”

“Ih, masa begini saja menangis?” Taylor Shen memegang lengan Tiffany Song dan mengarahkan tubuh wanita itu ke dirinya sendiri. Melihat mata Tiffany Song yang basah, ia tidak tahan untuk tidak meledek.

Tiffany Song mengelap air matanya dan berupaya menampilkan senyum: “Aku akan berusaha untuk lebih toleran. Semua yang aku pakai ini adalah pemberianmu. Kalau Angelina Lian mau ambil, aku akan memberikannya dengan ikhlas. Tetapi, ada dua hal yang tidak akan aku ikhlaskan, terserah dia mau bilang aku pelit atau apa.”

Taylor Shen

Tiffany Song melihat bekas merah di bahu Tiffany Song. Itu bekas terkena kumisnya yang pendek dan tajam-tajam barusan. Mendengar kata-kata Tiffany Song barusan, ia langsung bertanya, “Apa itu?”

“Kamu dan cintamu!” Tiffany Song mengarahkan telunjuknya ke dada Taylor Shen.

Tatapan Taylor Shen langsung berbinar-binar. Ia memegang telunjuk Tiffany Song, mengarahkannya ke mulut dan mengigitnya halus. Melihat Tiffany Song meringis jijik dan geli, ia tersenyum nakal, “Kamu mau tidak mengetes hatiku ini?”

Tiffany Song langsung tersipu karena digoda. Ketika ia ingin melepaskan diri, Taylor Shen sudah terlebih dahulu membopongnya dan membawanya ke ranjang. Tersadar apa yang akan pria itu lakukan berikutnya, wajah Tiffany Song langsung merah bagai udang rebus.

Pintu kamar tidur perlahan-lahan ditutup, lalu terdengarlah erangan dan rintihan dari dalam.

……

Keesokan pagi, sekujur tubuh Tiffany Song pegal semula. Taylor Shen semalam meminta berkali-kali sampai ia kelelahan sekali. Mereka baru tidur saat hari mulai terang.

Terkadang ketahanan fisik Taylor Shen dalam bercinta sungguh membuat Tiffany Song takut.

Ketika mencari-cari pakaiannya, di kepala ranjang Tiffany Song melihat sebuah kertas memo. Di atas kertas itu ada tulisan Taylor Shen yang berbunyi: Istriku, aku sudah bantu kamu izin terlambat. Pagi ini kamu tidak perlu pergi kerja, istirahatlah!

Tatapan Tiffany Song tertambat pada kata “istriku”. Wajahnya langsung berubah merah. Meski ia super kelelahan, jam biologisnya tetap saja memaksanya bangun. Ia sekarang juga kepala perusahaan, ia tidak boleh sering-sering izin seperti dulu lagi.

Tiffany Song membuka laci dan menaruh kertas memo itu di dalamnya dengan hati berbunga-bunga. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan ketika ia mengecek jam, jadi ia buru-buru ganti pakaian. Ia mengenakan baju bermotif kalung warna pink dan rok selutut warna hitam. Sebagai luaran, ia memilih jaket putih. Ia terlihat sangat modis sekaligus profesional.

Begitu keluar kamar dan bergegas menuju tangga, Tiffany Song melihat Angelina Lian mendekatinya sambil membawa sebuah kantong plastik. Langkahnya terhenti.

Entah ia dan Angelina Lian pernah punya masalah apa di masa lalu atau bahkan kehidupan lampau, sekali pun wanita itu adalah adik kandung Taylor Shen, ia sama sekali tidak merasa sayang dengannya. Tiffany Song bahkan benci dengan semua gerak-geriknya.

Jelas, Angelina Lian sebaliknya juga tidak begitu suka dengan dirinya.

Dua wanita saling benci hidup di bawah satu atap, ini namanya mengetes kesabaran masing-masing. Untung Tiffany Song sadar diri ia bukan bocah lagi, jadi ia tidak ingin membuat Taylor Shen pusing dengan konflik-konflik mereka.

“Pagi, Angelina Lian.” Meski tidak suka Angelina Lian, Tiffany Song tetap berusaha bersikap sopan di hadapannya.

Melihat Tiffany Song tersenyum ramah, Angelina Lian malah jadi gusar. Semalam ia jelas-jelas melihat senyum di wajahnya itu pudar, ia pikir Tiffany Song akan berkonflik besar dengan Taylor Shen dan pergi dari Sunshine City. Itu sungguh akan jadi angin segar baginya.

Begitu menyadari bekas ciuman di leher Tiffany Song, ia making eram. Kelihatannya Kakak Keempat dan Tiffany Song bercinta habis-habisan semalam. Ia menjawab datar: “Eh Kakak Ipar, pagi juga. Bukannya kamu sekarang manajer umum Tiffalor Design Corp ya? Kalau masuk kantor terlambat sepertinya akan tidak enak dilihat deh?”

Tiffany Song terkekeh: “Kakak Keempat-mu sangat perhatian denganku. Ia sudah bantu aku izin telat satu jam.”

Kedua tangan Angelina Lian tergantung erat di pegangan kantong plastik yang ia pegang. Ia menunduk menatap plastik itu, lalu menampilkan senyum tipis: “Oh ya, Kakak Keempat bilang kamu sangat suka gaun ini. Ia bilang, ia akan cari desainer Italia untuk membuatkanku satu gaun pengantin baru yang istimewa dan tidak dijual di pasaran. Kebetulan kemarin saat bercermin dengan gaun ini aku juga tiba-tiba merasa tidak terlalu suka modelnya, jadi aku kembalikan nih.”

Tiffany Song sekilas bisa melihat kantong plastik itu berisi gaun pengantinnya. Ia refleks menyodorkan tangan untuk mengambilnya, tetapi Angelina Lian terlebih dahulu sudah melepaskan kedua tangannya dari pegangan kantong plastik itu. Kantong plastik jatuh ke tanah dan gaun pengantin pun tersibak keluar.

“Haiya, maaf, aku terlalu buru-buru melepaskannya. Berhubung itu punya kamu, kamu ambillah sendiri.” Nada bicara Angelina Lian sangat dibuat-buat. Permintaan maafnya itu terdengar sama sekali tidak tulus.

Tiffany Song menunduk dan menyadari ada beberapa lubang di gaun itu. Ia berjongkok dan mengambilnya. Gaun pengantin itu sudah dirusak-rusak Angelina Lian sampai sobek dan bolong-bolong. Ini bukan tingkat kerusakan yang tidak disengaja. Angelina Lian pasti sengaja merusaknya dengan berbagai benda tajam.

Tiffany Song mendongak dan menatap Angelina Lian dengan marah, “Angelina Lian, kelewatan sekali kamu!”

Melihat raut marah Tiffany Song, dalam hati Angelina Lian muncul rasa bahagia karena berhasil balas dendam. Ia tertawa-tawa: “Maaf ya, tanganku ini sulit dikontrol. Kalau kamu benar-benar suka gaun itu, kamu jahit saja sebentar, nanti juga bisa pakai lagi. Toh kamu sendiri juga sepatu rusak yang sudah pernah dipakai orang, jadi gaun pengantin rusak sangat pas buatmu!”

Tiffany Song marah hingga wajahnya pucat. Ia benar-benar kehilangan kendali akibat tindakan Angelina Lian ini. Ia melempar gaun pengantin ke wajah wanita itu lalu bertanya sinis: “Angelina Lian, kamu pikir berpura-pura suci di mata orang akan membuatmu benar-benar terlihat suci? Sebelum merendahkan orang lain, ingat-ingatlah dulu dirimu sendiri. Jangan buat orang lain semakin memandangmu rendah karena kelakuanmu.”

Pintu vila dibuka dan Taylor Shen berdiri di depan pintu. Ia mengamati kedua wanita yang berseteru di lantai atas. Ia bisa mendengarkan dengan jelas kata-kata Tiffany Song. Taylor Shen pulang sebenarnya untuk mengambil sebuah berkas.

Angelina Lian menyadari kepulangan Taylor Shen. Tiffany Song, sebaliknya, tidak sadar sama sekali karena posisi berdirinya membelakangi pintu.

Angelina Lian buru-buru memperlihatkan wajah bersalah dan menangis tersedu-sedu, “Kakak Ipar, aku sudah mengembalikan gaun pengantinmu, sekarang kamu mau aku melakukan apa lagi? Kamu ingin aku berlutut memohon-mohon supaya kamu membatalkan niat mengusirku?”

Tiffany Song mengernyitkan alis. Ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan perubahan Angelina Lian yang tiba-tiba ini. Ia teringat sesuatu dan menoleh ke belakang. Di depan pintu vila ternyata ada Taylor Shen. Tiffany Song langsung paham mengapa Angelina Lian bertindak demikian.

Menyadari taktiknya diketahui Tiffany Song, Angelina Lian kesal bukan kepalang. Ia mengambil gaun pengantin yang tergeletak di lantai dan menarik-menarik baju Tiffany Song sambil memohon: “Kakak Ipar, aku tahu aku salah. Maaf, tolong maafkan aku. Aku baru saja menemukan kembali kakakku, aku tidak ingin kehilangan dia lagi.”

Tiffany Song membalas datar, “Kamu mau kehilangan dia atau tidak itu tidak ada urusannya denganku. Angelina Lian, kalau suatu hari nanti Taylor Shen membencimu, sadarlah itu terjadi bukan karena aku, jadi jangan salahkan aku. Sudahlah, aku tidak punya waktu untuk meladeni drama kamu.”

Ia kemudian melepaskan tangan Angelina Lian, berbalik badan, dan turun ke lantai bawah.

Angelina Lian terdiam di tempat. Melihat bayangan tubuh Tiffany Song yang perlahan menjauh, kedua tangannya meremas kencang-kencang gaun pengantin yang ia pegang.

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu