You Are My Soft Spot - Bab 176 Tidak Akan Pernah Bisa Mendapatkan Apa Pun yang Diinginkan Lagi (2)

Sayang, lorong rumah sakit panjangnya ya segitu-segitu saja. Baru sebentar merasakan kehangatan Taylor Shen, Angelina Lian sudah dilepas lagi di dalam ruang pasien.

Wayne Shen berjongkok di sisi ranjang. Ia memandangi mama sambil memegang tangannya. Pria itu lalu memanggil lembut: “Mama, aku Wayne Shen. Kamu bisa dengar suaraku?

Jasmine Yang membuka mata. Pandangannya kabur, jadi pria di hadapannya tidak terlihat jelas. Ia merasa ajal dalam beberapa menit lagi akan menjemputnya. Wanita itu menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan sambil memanggil lemah: “Tiara, Tiara……”

Wayne Shen segera merespon: “Tiara ada kok, tunggu sebentar. Tiara, cepat kesini!”

Angelina Lian berdiri di depan ranjang dengan perasaan gelisah. Ia menoleh menatap Taylor Shen. Setelah pria itu memberi anggukan, ia baru berani berjalan ke samping ranjang. Wayne Shen memegangi tangannya dan berujar pada mama: “Ma, Tiara ada di sini. Kamu ingin berpesan apa padanya?”

Angelina Lian menunduk memandangi Jasmine Yang. Ia tidak bisa mengeluarkan suara sekali pun hanya sekadar kata “mama”. Wayne Shen menyuruh pelan: “Tiara, cepat panggil mama.”

Angelina Lian tidak bisa menguraikan apa yang ia alami, yang jelas ia tidak bisa menyuruh mulutnya untuk berkata “mama”. Jasmine Yang mengedip-ngedipkan mata dan pandangannya pun perlahan berubah lebih jelas. Begitu melihat wajah Angelina Lian, bola matanya membesar. Ia buka mulut mau berucap sesuatu, tetapi niatnya ini terhalang oleh batuk parah yang kembali datang tiba-tiba.

Orang-orang langsung panik. Tuan Besar Shen mengambil alih titik berdiri Angelina Lian dan menyuruhnya mundur. Ia mendudukkan istrinya dan kembali menepuki punggungnya, “Jasmine Yang, jangan sakit lagi. Tiara di sini, kita semua berkumpul di sini.”

Batuk Jasmine Yang tidak berhenti-berhenti. Ia tidak bisa menyuarakan kata-katanya. Taylor Shen dan Tiffany Song ada di sisi ranjang. Meski sudah siap melepas, dalam hati terdalam mereka, mereka masih berharap Jasmine Yang bisa sembuh seperti sedia kala. Tiffany Song mengikuti arah pandangan Jasmine Yang. Ia baru sadar wanita itu daritadi memandangi Angelina Lian yang berdiri paling belakang di sisi ranjang.

Yang daritadi ditatapi sendiri sudah berurai air mata.

Tuan Besar Shen dan Taylor Shen berteriak-teriak ketakutan. Begitu Tiffany Song menoleh ke Jasmine Yang lagi, wanita itu sudah dalam pelukan Tuan Besar Shen. Ia mengulurkan tangan ke arah Jasmine Yang, tetapi tidak bisa menggapai tangannya.

Ruang pasien riuh redam dengan suara teriakan ketakutan yang semakin keras. Sementara itu, Angelina Lian daritadi berdiri agak jauh dari ranjang tanpa berani menatap Jasmine Yang lagi. Wanita itu bahkan tidak ikutan berteriak histeris.

Pada saat bersamaan, Tuan Besar Lian juga menghembuskan nafas terakhirnya di parkiran bawah tanah rumah sakit.

Upacara pemakaman Jasmine Yang sangat sederhana. Keluarga Shen tidak mengundang satu pun orang luar, sebab bagaimana pun juga kemunculannya yang tiba-tiba setelah lima belas tahun sangat sulit dijelaskan. Meski begitu, saat dilangsungkan penguburan, Jordan Bo, Stella Han, dan teman-teman akrab Taylor Shen tetap hadir.

Angin dingin bertiup kencang di kompleks pemakaman sisi barat kota. Hujan rintik-rintik turun dari langit. Jordan Bo, yang hadir dengan mengenakan jas hitam, menepuk-nepuk pundak Taylor Shen dan menyampaikan belasungkawa: “Taylor Shen, turun berduka cita.”

Mata Taylor Shen sangat merah. Pria itu mengamati nisan mamanya, lalu menyalahkan diri sendiri: “Kalau saja aku lebih dini sedikit mengetahui mama masih hidup, mungkin……”

“Taylor Shen, dunia ini tidak mengenang kata “kalau”. Jangan buat dirimu sendiri jadi semakin sakit dengan kata itu. Aku percaya mamamu sudah bahagia di atas sana dan tidak akan menyalahkanmu,” ujar Jordan Bo menenangkan.

Taylor Shen mengangguk, “Bos, terima kasih sudah kemari.”

“Nanti kalau suasana hatimu sudah balikan, kita minum-minum lagi ya,” hibur Jordan Bo.

“Baik.”

Alex Yue, Ned Guo, dan Freddy Bi ikut menghampiri dan menyampaikan duka cita. Taylor Shen menggeleng untuk menunjukkan ia tidak apa-apa.

Tiffany Song mengenakan mantel hitam. Wanita itu juga memasang sepucuk bunga di samping telinga tanda berduka. Stella Han berdiri di samping Tiffany Song sambil memayungi sahabatnay itu. Ia menenangkan: “Tiffany Song, sudah jangan bersedih lagi. Kalau ia tahu kalian akan sesedih ini, ia pasti menyesal sudah muncul kembali di hadapan kalian.”

Tiffany Song menunduk dan air matanya pun jatuh. Ia menoleh sekilas ke Taylor Shen: “Aku hanya merasa iba pada keluarga Taylor Shen. Mereka, ibu dan anak, harus terpisah maut padahal baru berkumpul kembali kurang dari satu hari.”

“Mungkin ini memang jalannya. Langit menghadirkan tante untuk menghapuskan rasa bersalah Taylor Shen supaya dia tidak menyalah-nyalahkan dirinya sendiri lagi. Yang paling penting adalah mereka sudah sempat berkumpul lagi, ini sudah lebih dari cukup,” bujuk Stella Han.

Tiffany Song menarik nafas panjang, namun rasa sedihnya tidak berhasil hilang juga. Ia menoleh lagi ke Stella Han: “Entah mengapa, saat mama melihat Angelina Lian, ia langsung menggebu-gebu. Kondisinya awalnya sudah stabil, tetapi tiba-tiba jadi buruk dan dalam beberapa menit langsung menghembuskan nafas terakhir.”

Stella Han mendengarkan dengan tenang. Ia tidak menangis sama sekali. Wanita itu membalas, “Tiffany Song, dengar-dengar ia hilang ketika baru tiga tahun. Mungkin tante merasa sangat bersalah padanya jadi menggebu-gebu gitu.”

“Mungkin saja. Tetapi, aku merasa mama meninggal dalam keadaan masih ada keinginan yang belum tercapai.” Semua orang sangat panik menjelang detik-detik akhir Jasmine Yang. Tidak ada yang memperhatikan ekspresi wajahnya selain Tiffany Song. Setelah mama menghembuskan nafas terakhir, ia bisa merasakan dengan jelas buangan nafas lega dari Angelina Lian.

Jasmine Yang adalah ibu kandung Angelina Lian. Sekali pun mereka terpisah sangat lama, ketika mamanya mau meninggal, Angelina Lian harusnya bakal sedih dong? Kok dia malah menghembuskan nafas terakhir ya? Tiffany Song sungguh tidak paham dengan tingkah adik iparnya ini.

“Tiffany Song, kok kamu bicara yang mistis-mistis gini? Aku jadi merinding loh, ini kuburan pula.” Stella Han mengelus-elus lengan. Ia tidak bohong, ia sekarang jadi ketakutan.

Tiffany Song menunduk melihat lengan sahabatnya. Setiap helai bulu kuduk Stella Han memang berdiri. Ia meminta maaf: “Maaf, aku tidak bermaksud menakut-nakutimu. Aku hanya menyampaikan kecurigaanku saja.”

Stella Han menggeleng tanda tidak apa-apa. Ia menengok ke segala sisi. Melihat para anggota keluarga Shen sudah berada agak jauh dari mereka, ia mengabarkan pelan: “Tiffany Song, ada seusatu yang aku rasa harus aku katakan padamu. Dengar-dengar Tuan Besar Lian meninggal pada hari dan waktu yang sama dengan tante. Ia pun juga dimakamkan hari ini.”

Tiffany Song seketika terkejut, “Tuan Besar Lian meninggal?”

“Benar.”

Teringat sumpah-serapah Tuan Besar Lian pada Taylor Shen, hati Tiffany Song berdesir. Tuan Besar Lian sudah menjemput ajal. Itu berarti ia memang bermaksud datang untuk menemui Jasmine Yang untuk yang terakhir kalinya. Sayang, keinginan pria tua itu tidak tercapai.

Tiffany Song tidak tahu bagaimana Jasmine Yang menanggapi penyekapannya selama lima belas tahun. Yang jelas, bagi Tuan Besar Lian, itu wujud cintanya yang mendalam. Pria itu ingin melindungi Jasmine Yang karena kedudukan wanita itu di hatinya tidak bisa digantikan wanita-wanita lain.

Tiffany Song tidak bisa menilai tindakan Tuan Besar Lian tepat atau keliru. Setiap orang punya cara mengekspresikan cintanya masing-masing. Ia hanya merasa iba karena cintanya itu berakhir tragis. Jasmine Yang sudah wafat, Tuan Besar Lian juga sudah…… Kalau alam kubur itu memang nyata adanya, mungkinkah mereka bisa kembali bertemu di sana?

Pada akhirnya, yang ditinggalkan sendiri adalah Tuan Besar Shen, sementara yang senang adalah Tuan Besar Lian. Orang yang ditinggal mati memang jauh lebih menderita daripada yang matinya itu sendiri.

“Mungkin memang ini jalan baginya untuk kembali menemukan pujaan hati.” Tiffany Song membuang nafas panjang. Stella Han tidak paham maksud kata-kata Tiffany Song. Memang apa hubungannya wafat dengan pujaan hati?

Mereka semua berjalan turun gunung seusai prosesi penguburan selesai. Tuan Besar Shen berjalan sambil memakai tongkat. Ia terlihat lebih tua belasan tahun dari sebelumnya. Hari ini, ia tidak mau dipapah siapa-siapa untuk turun.

Baru berjalan sebentar, mereka bertemu anggota-anggota keluarga Lian. Karry Lian membawa foto kakeknya. Ia agak tidak siap tiba-tiba bertemu musuh-musuhnya. Tuan Besar Lian hanya punya dua anak laki-laki. Anak paling besar, Arvin Lian, meninggal dalam kecelakaan mobil. Anak kedua, Mason Lian, masih menjalani hukuman penjara. Seusai acara pemakaman Tuan Besar Lian kelar, si anak kedua kembali dibawa petugas ke kantor polisi.

Jadi sekarang yang tersisa hanya Karry Lian dan kerabat-kerabat keluarga Lian.

Kerabat-kerabat ini hanya menerima undangan pernikahan dari Tuan Besar Lian. Mana mereka tahu perayaan yang harusnya berjalan meriah malah jadi acara duka? Mereka sendiri juga agak kebingungan melihat keberadaan anggota-anggota keluarga Shen di gunung ini.

Karry Lian menyerahkan foto kakeknya ke istri Mason Lian. Ia lalu menyuruh wanita itu membawa para kerabat turun duluan. Baru sebentar mereka jalan, ekspresi Karry Lian yang berduka langsung berubah jadi sangat garang. Ia pertama menatap Tuan Besar Lian, lalu kemudian menatap Taylor Shen.

Taylor Shen dengan tenang membalas tatapannya. Keduanya pun saling melihat satu sama lain tanpa berucap sepatah kata pun. Suasana sangat tegang. Ketika anggota-anggota keluarga Shen sedang bingung apa yang akan terjadi berikutnya, Karry Lian menarik pandangan. Pria itu melanjutkan perjalanan turun gunung dengann langkah cepat.

Taylor Shen mengernyitkan alis. Karry Lian memang tidak berujar apa-apa, tetapi ia dapat merasakan aura permusuhan pria itu padanya. Bisa jadi Karry Lian akan melakukan sesuatu pada Shen’s Corp dalam waktu dekat.

Tiffany Song menatap Taylor Shen dengan khawatir. Taylor Shen merangkul pinggangnya. Si wanita menggeleng-geleng untuk memperingatkannya agar tidak cemas. Tiffany Song bisa merasakan perubahan dalam sifat Karry Lian. Kalau saja pria itu menyerang Shen’s Corp dan anggota-anggota keluarga Shen, Taylor Shen pasti nanti akan sangat kelimpungan.

Mereka semua akhirnya tiba di bawah gunung. Para anak menunggui Tuan Besar Shen masuk mobil. Sebelum pintu ditutup, si pria tua berpesan khusus pada anak keempatnya: “Taylor Shen, pulanglah ke rumah kediaman keluarga Shen. Sebelum mama wafat, ia bilang ia berharap kita bisa tinggal sama-sama.”

Taylor Shen menoleh ke Tiffany Song. Ia menanggapi datar: “Aku akan pikir-pikir.”

Mungkin karena sedang dalam suasana berduka, Tuan Besar Shen tidak tertarik berbicara lebih lanjut. Ia memberi kode pada supir untuk menutup pintu. Mobil pun melaju.

Nelson Shen ikut pamit pada ketiga adiknya: “Taylor Shen, Wayne Shen, Tiara, aku dan Kakak Ipar Tertua pamit dulu ya. Kalian jangan sedih berkepanjangan ya.”

Taylor Shen mengangguk. Nelson Shen dan Jocelyn Yan masuk mobil mereka, sementara William Tang juga masuk mobilnya sendiri. Ketika mobil sudah melaju, Jocelyn Yan menoleh ke suaminya dan bertanya: “Suamiku, kamu lihat momen barusan tidak? Kebencian Karry Lian pada Taylor Shen sepertinya sangat besar.”

“Lihat. Memang kamu terpikir apa?” tanya balik Nelson Shen. Mereka sudah menikah dua puluh tahunan lebih. Hanya dengan melihat raut wajah, si pria sudah tahu wanitanya tengah memikirkan sesuatu.

Jocelyn Yan berujar: “Kamu tidak bisa menebak? Aku tidak menyangka Jasmine Yang bisa tiba-tiba muncul lagi setelah dikira mati. Meski begitu, kehadirannya sudah memberi kita satu bantuan yang sangat berharga, yakni memicu ulang dendam di antara keluarga Shen dan keluarga Lian. Kalau kita bisa menggunakan Karry Lian untuk menyingkirkan Taylor Shen, Shen’s Corp pasti akan jatuh ke tangan kita.”

“Kita tidak boleh gegabah soal ini. Kita lihat-lihat dulu dari pinggir, nanti kalau mereka sudah saling gigit-gigitan kita baru turun tangan. Siapa tahu nanti Lian’s Corp juga bisa sekalian jatuh ke kita.” Seberkas sinar muncul dalam mata Nelson Wang.

Setelah berpikir sejenak, Jocelyn Yan mengangguk, “Memang kamu yang paling lihai. Kita jangan turun tangan dulu kalau begitu. Kita lihat-lihat dari pinggir saja, nanti baru memancing di air keruh.”

Kini yang pamit adalah Jordan Bo dan Stella Han. Sebelum pergi, Stella Han kembali memberi pelukan pada Tiffany Song. Alex Yue, Ned Guo, dan Freddy Bi tidak lama kemudian juga pamit.

Sekarang yang tersisa di lapangan parkir hanya Taylor Shen, kakak-adiknya, dan Tiffany Song. Wayne Shen berucap: “Kakak Keempat, aku antara Tiara pulang. Kamu dan Kakak Ipar Keempat sudah lelah seharian, cepatlah pulang dan istirahat.”

“Baik. Angelina Lian, kamu pulang dengan Wayne Shen ya. Jangan sedih lagi, jangan buat mama jadi tidak tenang dengan kepergiannya,” pesan Taylor Shen.

Angelina Lian mengangguk: “Paham, Kakak Keempat.”

Wayne Shen dan Angelina Lian masuk mobil. Angela He hari ini tidak hadir karena masih perlu beristirahat pasca keguguran. Setelah mereka pergi, Tiffany Song menggenggam tangan Taylor Shen erat-erat dan berkata pelan: “Taylor Shen, pindahlah ke rumah kediaman keluarga Shen. Papa butuh kehadiran kamu.”

Novel Terkait

Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu