You Are My Soft Spot - Bab 353 Buat Apa Keras Kepala Sih? (2)

Wajah Stella Han memerah. Ia memalingkan muka sambil mendeham dingin: “Silahkan berimajinasi seliar-liarnya, yang jelas aku tidak mau. Oh iya, kamu belum bilang kalian melakukan apa di rumah sakit.”

Stella Han tidak sadar interogasi yang ia lakukan sekarang mirip interogasi seorang polisi pada seorang penjahat. Gila, semua detail mau diketahui sampai habis!

“Bretta Lin sakit,” tutur Jordan Bo tanpa niatan berbohong sedikit pun.

Stella Han malah bercanda lagi, “Sakit hati ya pasti.”

Jordan Bo tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan ke arah Stella Han. Si wanita jelas kaget dan mau kabur karena didatangi begitu. Sayang, jalannya untuk kabur dihalangi oleh si pria. Ia bertanya dengan jantung dag-dig-dug: “Jordan Bo, kamu mau apa? Kalau berani melakukan kekerasan rumah tangga lagi, aku laporkan kamu ke polisi."

Jordan Bo sungguh kesal dengan provokasi Stella Han barusan. Dulu, dia menganggap sedikit provokasi yang sering dilakukan si wanita menarik. Sekarang, ia lama-kelamaaan jadi merasa terganggu. Ini bukan provokasi untuk sesekali lagi, melainkan untuk setiap saat!

Tidak punya jalan untuk kabur, Stella Han dipepet Jordan Bo ke sudut tembok. Wanita itu mendongak dan mencium bau sabun mandi dari tubuh prianya. Ia seketika langsugn pusing dan memalingkan kepala. Ia dalam hati memaki, berapa botol sabun yang Jordan Bo habiskan sampai baunya sekuat ini coba!

Satu tangan Jordan Bo memegang kepala Stella Han, sementara satu tangannya lagi menahan pinggangnya. Dengan mengerahkan sedikit tenaga, ia berhasil membuat mereka berdua berdiri bertempel-tempelan. Jordan Bo menatap Stella Han, yang hatinya semakin bertambah was-was, dengan tajam: “Stella Han, aku bakal bilang ini sekali saja, jadi dengarkan baik-baik. Berhubung aku sudah menikahimu, aku bakal setia dengan pernikahan ini. Dalam kehidupan rumah tangga kita, aku tidak akan melakukan apa pun yang membuatmu tidak senang. Paham?”

Stella Han terhenyak. Ia sama sekali tidak menyangka Jordan Bo bakal berucap berbicara begini. Wanita itu bertanya: “Terus kamu gendong-gendongan dengan Bretta Lin itu maksudnya apa? Aku melihatnya sendiri. Tidak naik ke ranjang bukan berarti kalian tidak punya hubungan spesial.”

“Dia sakit kepala dan aku memapahnya, sesederhana itu. Mengapa kamu berpikir macam-macam soal hal sesimpel ini?” jawab si pria tidak senang. Ia sudah bicara panjang lebar begini, Stella Han ternyata masih curiga padanya! Gila orang yang satu ini!

“Siapa tahu dia hanya pura-pura?” Stella Han mendeham dingin. Suasana hatinya sebenarnya sudah jauh lebih baik karena Jordan Bo sudah memberikan jaminan. Tetapi, ia tetap ingin menelusuri lebih dalam soal Bretta Lin lagi.

“Stella Han, kamu ingin memancing emosiku?” tanya Jordan Bo dengan alis terangkat. Waktu itu, waktu dia mau menikahi Stella Han, dia lagi mabuk atau apa ya? Kok bisa-bisanya dia mau dengan wanita yang sangat sulit diyakinkan ini?

Stella Han menanggapi, “Iya mau, sini gigit aku.”

Jordan Bo menatapi bibir Stella Han. Tiba-tiba, ia menundukkan kepala dan memberi gigitan ke bibir itu. Sekujur tubuh Stella Han langsung gemetar. Seperti yang biasa terjadi, kelakuan si pria tidak berhenti di situ. Ia sedetik kemudian membopong Stella Han dan membawanya ke ranjang.

Mana mau Stella Han menuruti tindakannya? Wanita itu melawan sekeras-kerasnya. Dalam jarak gendongan yang sangat dekat, Stella Han nyaris terjatuh beberapa kali dari tahanan kedua tangan Jordan Bo. Pria itu awalnya masih sangat sabar, namun lama-lama emosi juga. Daripada ribet, ia langsung melempar Stella Han ke ranjang dan membuka semua pakaiannya!

Stella Han berteriak dengan kencang. Keduanya sama-sama terangsang, namun kali ini pihak si wanita tidak bersedia berhubungan. Jadi, hubungan suami-istri mereka kali ini bisa dianggap sebagai hukuman Jordan Bo pada Stella Han karena sudah cemburu! Jordan Bo menunduk dan menatap Stella Han yang tidak mau bekerjasama. Ia memulai “permainan” favoritnya……

Stella Han pada mulanya masih berusaha melawan, namun akhirnya berhenti karena kelelahan. Ia tidak berani bergerak-gerak lagi dan hanya meminta Jordan Bo untuk memelankan gerakan. Si pria mematuhi permintaan itu.

Setelah “acara” kelar, Stella Han terbaring dalam dekapan Jordan Bo dengan kepala pening. Tubuh si wanita berkeringat bagai habis berenang. Ia menatap langit-langit kamar dengan nafas yang naik dan turun dengan cepat.

Jordan Bo memeluk Stella Han dan memainkan rambutnya yang lepek karena keringat. Ia memberikan kecupan pada bibirnya, lalu bertanya serak: “Dari awal bersikap kooperatif enak, kamu jadinya tidak perlu disakiti atau diapa-apakan. Stella Han, buat apa keras kepala sih?”

Jordan Bo mendudukkan dirinya sendiri dan membopong Stella Han ke kmaar mandi. Si wanita didudukkan di bathtub, lalu dimandikan oleh si pria tanpa melawan sama sekali. Hanya Stella Han sendiri yang paham mengapa dia lebih memilih menderita dan tidak bersedia kooperatif.

Stella Han pikir, kalau ia menolak Jordan Bo terus, ia juga bisa mencegah si pria mendapat tempat di hatinya. Tetapi, semua keanehan hari ini membuktikan bahwa dia sudah memiliki perasaan yang tidak biasa pada Jordan Bo. Perasaan itu adalah racun yang bisa membuatnya kehilangan rasionalitas, kehilangan kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan tidak, dan membuatnya jadi lemah……

Stella Han takut dengan perasaan ini. Ia membulatkan tekad untuk kabur, kabur dalam arti sesungguhnya secepat-cepatnya!

Sekelarnya mandi, Jordan Bo mengelap air di tubuh Stella Han sampai kering dan membopongnya ke ranjang. Pria itu menunduk dan mencium jidat istrinya, suasana hatinya jelas sangat baik karena sudah “kenyang”. Jordan Bo berkata: “Tidurlah sebentar, aku ambilkan makanan dulu di bawah.”

Jordan Bo sama sekali tidak menyadari keanehan Stella Han hari ini. Tanpa berpikir macam-macam, ia memasang pakaian dan berjalan keluar kamar tidur utama. Setelah bayangan tubuh si pria lenyap, si wanita duduk dengan kasar. Karena gerakannya terlalu tiba-tiba, luka di tubuhnya tidak sengaja terkena kasur sampai ia meringis kesakitan. Stella Han kemudian memakai pakaian dan turun ke lantai bawah dengan diam-diam.

Sekembalinya Jordan Bo ke kamar, Stella Han sudah tidak ada di ranjang lagi. Ia mengernyitkan alis sembari menaruh nampan makanan di meja bundar. Tiba-tiba, ia mendengar suara mesin mobil di bawah. Ia berlari ke jendela dan menyaksikan sebuah VW kodok melaju keluar gerbang Halley City.

Jordan Bo menarik nafas panjang. Stella Han masih punya kekuatan untuk kabur, sepertinya dia kurang ganas dalam menghabiskan tenaganya tadi…… Jordan Bo mengambil ponsel dan menghubungi Stella Han. Sayang, teleponnya ditolak. Ketika ia mencoba meneleponnya lagi, si wanita sudah mematikan ponsel.

Jordan Bo marah buakn kepalang. Ia berkacak pinggang sambil mondar-mandir di kamar tidur. Melihat nampan makanan di meja bundar, wajahnya mengeras. Stella Han, jangan sampai kamu tertangkap olehku! Kalau sampai tertangkap, aku bakal patahkan kedua kakimu dan mari kita lihat apa kamu masih berani kabur lagi!

Kaburnya Stella Han berlangsung beberapa hari. Ia sudah izin ke firma hukumnya sekaligus mendelegasikan semua kasus yang lagi ditangani pada para kolega. Di Bo’s Corp, wanita itu juga mengajukan cuti. Tidak berhasil menangkapnya, wajah Jordan Bo jadi murung tiap hari.

Meski tidak marah-marah, kemurungan wajah Jordan Bo sudah sanggup untuk membuat siapa pun yang melihatnya ketakutan.

Salah satu orang yang paling kena efek murung ini jelas Vincent Xu. Tiap kali berada di dekat si bos, ia selalu gemetar dan takut melakukan kesalahan yang bakal membuatnya meledak. Saat ini, Taylor Shen juga tengah kehilangan Vero He yang pergi entah kemana. Jordan Bo dan Taylor Shen sama-sama pusing sendiri. Akhir-akhirnya, mereka berdua memutuskan mendatangi rumah keluarga Stella Han.

Ketika mereka tiba, Stella Han dan Vero He lagi santai-santai di ruang utama rumah. Keduanya sama sekali tidak menyangka bakal didatangi begini!

Takut orangtuanya curiga, Stella Han membawa Jordan Bo ke gunung belakang. Di sana, si pria bersandar pada batang pohon sembari merokok. Melihat wanita berwajah kesal di hadapannya, ia memulai percakapan, “Stella Han, kamu ternyata pandai bersembunyi ya. Dengan bersembunyi di sini, kamu pikir aku tidak bakal bisa menemukanmu?”

Sekujur tubuh Stella Han merinding bagai ditatap hantu. Meski takut, ia berusaha tampil dengan garang: “Siapa bilang aku lagi sembunyi? Aku pulang ke rumah dengan terang-terangan kok. Aku sudah mengumpulkan jatah cuti tahunan bertahun-tahun, masak pulang sekali ke rumah tidak boleh?”

Jordan Bo tersenyum dingin. Pria itu menegakkan posisi berdiri dan melangkah mendekati si wanita. Stella Han mundur-mundur untuk jaga jarak, lalu tanpa sengaja terpepet sebuah pohon dan tidak bisa kabur lagi. Jordan Bo menunduk dan menatap wanitanya lekat-lekat: “Stella Han, mengapa kamu bersembunyi dariku?”

Nada bicara Jordan Bo sangat lembut, namun Stella Han merasakan intimidasi yang terkandung di dalamnya. Ia membuang muka dan menjawab, “Aku sudah bilang aku tidak lagi sembunyi. Kamu bukan harimau, jadi buat apa coba aku sembunyi?”

Jordan Bo mengulurkan tangan dan menempelkan salah satu jari ke area jantung Stella Han. Ia bertanya serak: “Tanya nih ke hatimu sendiri, mengapa kamu bersembunyi dariku? Apa kamu jatuh cinta padaku dan takut bertemu denganku?”

Si wanita marah dan buru-buru mengusir tangannya. Ia menjawab sinis: “Aku jatuh cinta padamu? Ngigo kamu! Jordan Bo, jangan memandang dirimu sebegitu menariknya deh. Aku pulang kemari karena takut dengan keberingasanmu.”

Jordan Bo menyipitkan mata. Ia menghisap rokok dan menghembuskan asapnya ke wajah Stella Han sampai berbatuk. Setelah itu, Jordan Bo bertanya sambil tersenyum nakal: “Tetapi kok aku ingat kamu terus teriak di bawah tubuhku ya? Ayo masukkan lebih dalam, ayo masuk dan keluarkan lebih cepat, begitu teriakannya.”

Wajah Stella Han seketika memerah. Ia mendorong dada bidang Jordan Bo dengan kedua tangan, namun langsung kembali menarik tangannya itu karena merasa tubuh si pria agak hangat. Jordan Bo melangkah maju dan mendekatkan jarak di antara mereka. Melihat tingkahnya ini, Stella Han mengernyitkan alis tidak senang: “Jordan Bo, jangan macam-macam kamu di sini. Kalau papa lihat kamu aneh-aneh, dia bakal lepaskan anjing peliharannya buat gigit kamu.”

Jordan Bo mengangkat dagu Stella Han, lalu meniup udara ke sepasang matanya dengan iseng. Ia menanggapi: “Kalau papamu mau apa-apakan aku, aku bakal beritahu identitasku pada mereka.”

Tahu Jordan Bo mau balas dendam karena tadi dikenalkan sebagai atasan di kanto, Stella Han memberi peringatan: “Jordan Bo, papa dan mamakku adalah orang desa yang polos. Aku tidak mengizinkanmu menakuti mereka.”

“Anak mereka kan sudah menikahi seorang pria yang super hebat sepertiku, masak kamu tidak mau aku membuat mereka gembira dan bangga?” Berbanding terbalik dengan Stella Han, Jordan Bo malah sangat ingin papa dan mama si wanita tahu hubungan pernikahan mereka. Ia merasa dirinya pria yang sempurna, jadi buat apa dia disembunyi-sembunyikan seperti anak haram begini? Memikirkan ini, ia jadi geram sendiri.

“Hatimu sangat paham bagaimana pernikahan kita terjadi. Pernikahan ini hanya kawin kontrak, cepat atau lambat pasti bakal berakhir. Kalau mereka tahu hubungan kita, bagaimana nanti perasaan mereka saat kita berpisah?” Ini benar-benar kekhawatiran utama Stella Han bila jujur soal pernikahannya pada papa dan mama.

Wajah Jordan Bo memuram. Tatapan matanya jadi tidak senang, “Stella Han, bisa tidak jangan selalu bilang kita bakal cerai?”

“Pernikahan kita hanya pernikahan kontrak merupakan kenyataan kan? Nanti saat kamu sudah bosan padaku, atau nanti saat aku sudah melahirkan anak buat keluargamu, kita pasti bakal cerai kan?” tanya Stella Han balik. Ia berucap begini sambil menahan perasaan ganjil yang tiba-tiba muncul di hati.

Beberapa hari ini, Stella Han sudah berpikir banyak soal hubungannya dengan Jordan Bo. Di antara mereka, sekarang lagi ada beberapa hal yang tengah berubah. Ia berusaha keras untuk mencegah perubahan-perubahan itu, namun hasilnya nihil. Stella Han tidak ingin terus begini, ia tidak ingin masuk dalam jaring laba-laba yang selamanya tidak bakal ia bisa lepaskan.

Sejak awal, pernikahan dirinya dan Jordan Bo hanya pernikahan kontrak. Ini sebuah kenyataan yang tidak bisa diubah. Dalam pernikahan ini, siapa yang jatuh cinta bakal kalah. Jadi, ketika bertemu Jordan Bo, Stella Han berani berbicara seblak-blakan ini.

Dengan kata-katanya itu, Stella Han ingin alam bawah sadarnya paham ia tidak boleh jatuh cinta pada Jordan Bo! Selain itu, kata-katanya juga diharapkan bisa bikin si pria sadar mereka tidak bisa disatukan!

Jordan Bo menyipitkan mata dengan wajah yang makin terlihat marah. Ia berucap: “Kamu seingin ini bercerai dariku ya? Kamu tidak sabar balikan dengan kekasih lama ya?”

“Benar, dua-duanya aku sangat inginkan.” Stella Han mendongak menatap Jordan Bo, “Jadi, aku harap kamu segera melepaskanku.”

Jordan Bo mundur beberapa langkah, jadi jarak di antara mereka muncul lagi. Pria itu menatap Stella Han seperti tengah menatap seseorang yang asing. Ia tersenyum dingin, “Kita belum bercerai, kamu sudah cari calon penggantiku. Aku tidak bakal melepaskanmu, jangan mimpi!”

Setelah berucap bgeini, Jordan Bo berbalik badan dan pergi dengan emosi membara. Kalau terus berdekatan dengan Stella Han, ia takut ia bakal kehilangan kontrol diri dan mematahkan lehernya. Gila, kok bisa-bisanya ada wanita macam dia di dunia ini sih?

Stella Han bersandar lemas pada batang pohon di belakangnya. Cuaca bulan sebelas sangat enak, tidak panas namun juga tidak kelewat dingin. Ia mengamati bayangan tubuh Jordan Bo sembari membuang nafas pasrah. Hei pria, buat apa sih kamu terus bersusah-payah memaksaku untuk mau denganmu?

Sekembalinya Stella Han ke rumah, Jordan Bo dan Karry Lian lagi berdiri berjauh-jauhan. Sementara itu, Vero He dan Taylor Shen sudah tidak kelihatan lagi. Melihat anaknya kembali, Papa Han langsung menghampirinya, menahan tangannya, dan bertanya pelan: “Stella Han, sana tanya mereka apa mau tinggal semalam di sini. Kalau mau, aku dan mama akan pergi menginap ke rumah tetangga secepatnya. Kami tidak enak mengganggu atasanmu.”

Stella Han mengenggam tangan keriput papanya. Ia menggeleng: “Pa, tidak usah repot-repot. Mereka sebentar lagi pergi kok.”

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu