You Are My Soft Spot - Bab 217 Di Antara Kami Tidak Pernah Ada Cinta (1)

Ruang tamu seketika hening. Vero He memegangi sapu tangan berisi batu es dengan tangan yang agak mati rasa. Ia mendongak menatap pria tua di hadapannya. Maksud ayah sepenuhnya baik, tidak ada tujuan tersembunyi sama sekali.

Vero He berpikir dengan nada bicara apa ia harus menjawab pertanyaan barusan biar ayahnya tidak merasa ditolak mentah-mentah. Ia akhirnya terpikir sesuatu, “Pa, kamu tahu kisah burung pegar dan burung phoenix?”

Felix He menatap mata anaknya lekat-lekat untuk mencoba mendalami isi hatinya. Ia bisa membacanya, tetapi tidak mengerti maksud kata-kata yang diucapkannya. Pria itu bertanya: “Bagaimana tuh kisahnya?”

“Bagi aku, Tuan Jin adalah seekor burung phoenix, sementara aku hanya merupakan burung pegar yang tidak cocok dengannya. Lagipula, aku tidak punya perasaan apa-apa pada dia. Jadi teman oke, tetapi jadi suami istri rasanya terlalu dipaksakan.” Vero He memindahkan kompresan ke mata satunya lagi. Sungguh dingin, rasanya rambut-rambut di kepalanya mau ikut berdiri.

Felix He terhibur dengan analogi yang diberikan Vero He. Anaknya ini dari paras cantik, dari tempramen stabil, masak disamakan dengan burung pegar sih? Ia membalas, “Vero He, kalau pun kamu ingin menolak ide papa, kamu tidak perlu memperjelek dirimu sendiri sampai begitu rupa. Di hati papa, kamu selamanya merupakan burung phoenix yang paling cantik.”

Vero He menaruh kompresannya di meja teh, lalu memegang tangan Felix He. Di punggung tangan ayahnya itu ada beberapa kerutan tanda orang menua. Ia berujar lembut: “Kelembutan Tuan Jin memang kadang buat orang terpana. Tetapi, entah mengapa, aku tidak merasa cocok dengannya. Cinta tidak bisa dipaksakan.”

“Haiya……” Felix He membuang nafas panjang, mengapa ini anak keras kepala sekali sih? Ia berusaha membujuk lagi, “Fabio Jin suka kamu, masa kamu tidak mau beri kesempatan?”

“Papa, aku kadang sangat ingin melepaskan masa lalu dan memulai hidup baru. Tetapi, tiap aku terbangun oleh mimpi buruk, masa lalu itu muncul dengan jelas lagi di hadapanku. Ada beberapa perasaan yang terlalu tertanam, ada juga beberapa luka yang terlalu berbekas. Kalau aku tidak bisa keluar dari masa lalu, itu akan sangat tidak adil bagi pria berikutnya yang masuk hidupku. Papa, aku orang yang pernah terluka. Aku tidak ingin berbagi lukaku ini pada orang yang tidak bersalah” Jawaban Vero He sangat bijak. Hatinya masih menderita di neraka, untuk sementara waktu ia belum bisa menerima cinta baru.

“Anakku, mengapa kamu menyusahkan dirimu sendiri begini rupa?” tanya Felix He iba.

Vero He mengalihkan pandangan ke jendela dan mengamati malam, “Mungkin saking berbekasnya jadi tidak bisa lupa.”

Angela He berdiri di bordes tangga lantai dua. Mendengar pembicaraan di bawah, ia membuang nafas panjang. Ketika berbalik badan, ia melihat James He berdiri tidak jauh darinya. Hatinya langsung terkejut.

James He menatapi Angela He. Berselang beberapa saat, ia berkata pelan: “Ke ruang bukuku sebentar.”

Angela He ikut dia masuk ruang buku. Raut wajah James He terlihat agak muram di bawah cahaya. Tanpa basa-basi, ia bertanya, “Anglea He, kata-kata Vero He barusan kamu dengar?”

“Iya, dengar.” Angela He menenangkan, “Kakak, aku tahu apa yang kamu khawatirkan. Tujuh tahun, cintaku pada Taylor Shen hanya cinta monyet ala anak muda. Aku sekarang tidak punya perasaan apa-apa padanya, jadi kamu tidak perlu khawatir aku akan bertindak aneh-aneh.”

“Pokoknya begini, kita semua keluarga dia. Aku tidak mau kamu menyakiti dia hanya demi seorang pria yang notabene merupakan orang luar, mengerti?” tanya James He.

“Mengerti.” Angela He dalam hati agak takut James He. Kakaknya ini kalau lagi bicara serius sungguh mengintimidasi.

Si kakak mengangguk, “Sana istirahat.”

“Iya.” Angela He berbalik badan dan berjalan keluar ruang buku. Ketika memegang engsel pintu, ia menoleh sekali lagi ke kakaknya dan bertanya: “Kakak, sebenarnya apa yang terjadi dengan Kakak Vero He sampai berubah jadi begini?”

“Itu bukan urusanmu. Sana istirahat,” jawab James He datar. Ia menjawab begini karena ia sendiri sebenarnya juga tidak tahu jawabannya.

Angela He tahu ia tidak bisa dapat jawaban dari James He. Ia pun keluar dan balik kamar.

……

Di dalam rumah sakit, Taylor Shen terbaring di ranjang pasien. Bahkan dalam keadaan tertidur pulas, alisnya masih mengernyit. Christian membuka pintu dan masuk. Melihat penampilan bosnya ini, ia teringat kata-kata dokter barusan. Bosnya bisa begini karena tekanan psikologis sekaligus mengalami insomnia secara berkelanjutan,

Di Prancis, Taylor Shen masih bisa tidur meski terkadang sulit. Sejak balik ke sini, ia hampir setiap malam selalu insomnia. Christian tahu alasannya kenapa, tetapi tidak terpikirkan cara untuk membantunya. Nyonya Shen yang sekarang sudah bukan Nyonya Shen tujuh tahun yang lalu, jadi bukan perkara mudah bagi CEO Shen untuk mengejarnya.

Si asisten duduk di sisi ranjang. Ia teringat lagi adegan CEO Shen berlari-lari dengan pakaian mandi, kata-kata yang diucapkan Vero He pada CEO Shen, dan pengabaian wanita yang sama pada bosnya juga. Ia membuang nafas pasrah.

“CEO Shen, kamu paham tidak Nyonya Shen sudah tidak seperti yang dulu lagi. Mengapa kamu bersikeras ingin mendapatkannya kembali begini?”

Taylor Shen yang sedang tidur lelap jelas tidak menjawab. Christian bangkit berdiri dan merapikan selimut bosnya. Ia lalu mendongak menatap infus. Cairan di dalam infus ini sudah dicampurkan obat tidur, jadi CEO Shen pasti akan tertidur sampai besok.

Christian merogoh ponsel sambil menimbang-nimbang apakah akan menelepon Vero He atau tidak. Ia tidak tahu mengapa mereka bertengkar, tetapi Vero He setidaknya harus diberi kabar terbaru soal CEO Shen. Harapannya, siapa tahu wanita itu akan simpatik.

Si asisten keluar kamar pasien dan mulai menelepon. Berselang beberapa saat, di seberang sana terdengar suara batuk perempuan. Christian menyapa: “Nona He, halo, aku Christian.”

Vero He baru kelar mandi. Barusan ia batuk karena hawa panas yang memenuhi kamar mandi. Ia berjalan ke sisi jendela, menutup tirainya dengan remote otomatis, lalu menjawab, “Halo, ada apa?”

“CEO Shen masuk rumah sakit. Ia sekarang tidur pulas, namun mulutnya terus menggumamkan namamu. Bisakah kamu datang kemari?” Nada bicara Christian penuh kecemasan.

Vero He mengernyitkan alis dan membalas datar: “Kalau dia sakit ya cari dokter lah, kalau cari aku apa gunanya?”

Meski hanya berkontak dengan telepon, Christian tetap merinding mendengar nada bicara dingin dari si wanita. Ia membujuk: “Nona He, aku paham apa yang terjadi di antara kalian. Tetapi, CEO Shen tujuh tahun ini terus menjaga diri dari para wanita hanya demi kamu. Ketika akhirnya bertemu lagi denganmu, ia tidak ingin melepasmu barang satu detik saja. Sekali pun masih teringat masa lalu yang kurang baik, datang ke rumah sakit untuk menengoknya sekilas tidak ada salah kan?”

“Kak Yan!” Vero He marah. Atas dasar apa mereka menyuruhnya bolak-balik begini sih!

“Nyonya Shen, berhubung kamu masih panggil aku Kak Yan, kamu berarti masih punya perasaan. Pingsannya CEO Shen ini sedikit banyak pasti ada hubungannya denganmu. Kalau sesuatu benar-benar terjadi dengannya, memang hatimu bisa tenang?” Christian “mengancam” begini biar Vero He tergerak untuk datang.

CEO Shen yang sekarang memang terlihat gagah dan perkasa, tetapi hidupnya sebenarnya sungguh kasihan! Ia pria yang gagal mendapat pujaan hatinya, menyedihkan!

Sebelum Vero He keburu menjawab, pria di seberang sudah duluan mematikan telepon. Ia menggenggam ponselnya dengan geram. Orang yang selalu membuatnya menangis adalh Taylor Shen, mengapa saat orang itu sakit yang dicari dia?

Christian ini mengapa menyebalkan sekali sih! Mau cari masalah denganku ya dia!

Vero He naik ke ranjang dan menyelimuti diri. Ia memejamkan mata rapat-rapat tanpa meladeni laporan Christian sama sekali. Meski begitu, dalam benaknya terus muncul sosok Taylor Shen. Ketika menghukumnya waktu itu, si pria juga sempat mengakui rasa bersalahnya karena pernah menyakiti dia.

Berhubung sudah mengaku, kok sekarang saat sakit malah cari simpatinya? Taylor Shen pikir ia masih merupakan wanita bodoh tujuh tahun lalu yang gampang dijebak?

Tidak, sekarang sudah berbeda! Ia jauh lebih pintar!

Vero He terus menukar posisi tidur. Jelas-jelas tidak lelah, mengapa tidak bisa tidur ya? Ia memutuskan duduk di ranjang, lalu menengok ponsel yang ditaruh di kepala ranjang. Pada akhirnya, ia mau berkompromi juga. Wanitai itu mengambil ponsel dan menelepon Christian. Saat telepon diangkat, ia bertanya dingin: “Di mana?”

Satu jam kemudian, wanita yang tadi bilang tidak akan gampang dijebak lagi itu tiba di rumah sakit. Ia mengenakan kacamata hitam untuk menutupi matanya yang bengkak. Vero He naik lift ke lantai ruang pasien VIP, lalu saat keluar langsung dihadang perawat, “Nona, jam besuk sudah lewat. Mohon datang lagi besok.”

Vero He menurunkan kacamata dan berujar datar: “Aku ini sudah sampai di sini, masa disuruh pulang begitu saja?”

“Nona, ini kebijakan rumah sakit kami.” Si perawat terintimidasi dengan pesonanya. Ia entah mengapa merasa familiar dengan tamu ini, sepertinya pernah bertemu entah di mana.

“Oh ya? Yakin? Dengar-dengar, orang-orang yang dirawat di kamar pasien VIP semuanya punya ternama dan punya jabatan. Kalau kamu menghalangi aku seperti ini lalu salah satu dari mereka tidak senang, aku khawatir kamu besok akan kehilangan pekerjaan.” Suasana hati Vero He sedang tidak baik. Ia sebenarnya tidak mau judes begini, tetapi mau bagaimana lagi kalau terus ditahan?

Christian mendengar perdebatan di luar. Ia melirik sekilas Angelina Lian yang terus berjaga di sisi ranjang. Pria itu sama sekali tidak menyangka CEO Shen dan Angelina Lian bisa tinggal di satu rumah sakit yang sama.

Barusan saat ia menelepon Vero He, Angelina Lian kebetulan melintas di dekatnya. Wanita itu pun masuk menjenguk CEO Shen, lalu tidak keluar lagi. Si asisten tidak enak mengusirnya, namun di sisi lain juga khawatir apa yang akan terjadi kalau Vero He melihat Angelina Lian di sini. Apakah akan terjadi perang dunia ketiga?

Ia jadinya menyuruh perawat untuk menghalangi Vero He bila dia menuruti permintaannya. Tetapi, halangan ini pasti akan gagal. Ia tidak bisa menghalangi kedatangan Vero He, juga tidak bisa mengusir Angelina Lian. Hatinya sungguh panik, kalau tahu begini ia tidak akan menelepon Vero He tadi……

“Nona Lian, sudah terpenuhi kan kemauanmu untuk lihat dia? Sebaiknya kamu pergi sekarang, CEO Shen tidak ingin melihatmu,” ujar Christian pada wanita yang mengenakan baju pasien dan berbadan kurus di depannya. Dalam lubuk hati yang paling dalam, ia ingin sekali memukulnya sampai pingsan.

Angelina Lain tetap duduk di kursi tanpa bergerak. Matanya daritadi tertuju pada Taylor Shen yang tertidur. Jahat sekali dia, sekarang saat masih berstatus kakak-adik saja tidak mau jenguk dirinya. Kalau sampai Taylor Shen tahu status adik itu bohongan, ia pasti tidak akan dimaafkan sedikit pun!

“Christian, hati pria itu sangat kejam ya?” tanya si wanita tanpa memedulikan kegelisahan Christian. Pertanyaannya itu bisa ditujukan sekaligus ke Taylor Shen dan Christian, tergantung si asisten mencernanya bagaimana.

Christian garuk-garuk kepala. Sebelum ia keburu menjawab, pintu ruang pasien sudah dibuka seseorang. Vero He, yang mengenakan mantel hitam, berjalan masuk. Si asisten sungguh ingin menggali lubang di tanah dan bersembunyi di dalam saking merasa canggungnya. Habis sudah, kalau CEO Shen tahu ia mempertemukan Vero He dan Angelina Lian begini, bisa otomatis jadi pengangguran dia.

Perawat menatap Christian dengan rasa tidak enak karena gagal menghadang Vero He. Yang ditatap memberi kode mata, lalu si perawat pun menutup pintu dan pergi.

Vero He menghampiri mereka sambil memegangi tas dan kacamata hitam. Ia menunduk menatap Taylor Shen yang terlelap di ranjang pasien. Alisnya terangkat. Christian memang tidak menipunya, tetapi ini orang yang ada di sisi ranjang apa-apaan ya?

Dengan sepatu hak tingginya, Vero He berjalan ke depan Angelian Lian dan menyindir: “Nona Lian salah orang, harusnya tanyanya ke yang lagi tidur nih.”

Angelina Lian menatap muram Vero He. Ia bertanya sinis: “Mengapa kamu ada di sini?”

“Memang aku tidak boleh datang? Pasti Nona Lian tertidur terlalu lama ya sampai lupa orang yang tidur di ranjang ini adalah suami sahku?” sindir Vero He lagi, kali ini dengan lebih keras.

Christian bisa merasakan kekacauan yang akan segera terjadi. Sekujur tubuhnya berkeringat dingin. Ia ingin meninju dirinya sendiri sampai pingsan. Coba saja lihat sendiri apa yang sudah ia buat……

Angelina Lian bangkit berdiri dan berhadap-hadapan dengan Vero He. Tinggi badannya tidak setinggi Vero He, karismanya pun tidak sekuat dia. Ia balas menghina: “Nona He, aku tidak tahu kamu dapat kepercayaan diri dari mana sampai sombong-sombong di sini. Kalau kamu masih punya tempat di hati kakakku, mengapa ia membiarkan kamu dipenjara pada malam pernikahan? Kamu tidak bisa menerima kenyataan dan sadar diri sedikit ya?”

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu