You Are My Soft Spot - Bab 112 Kalau Mabuk Tidur Saja, Pintar Sekali (3)

Kembali ke mobil, badannya pun menjadi hangat kembali, supir menyalakan mobil, dan mengarah ke Vanke City. Satu jam kemudian, mobil berhenti di luar Vanke City. Kemungkinan besar, mabuk yang ia rasakan belum hilang sepenuhnya, dan Tiffany Song pun tertidur di kursi dengan sambil menyandar. Karry Lian sambil menatapnya, mengulurkan tangan dan membuka jendela di sisinya, dan cahaya lampu di jalan masuk ke dalam mobil, Dia tidur dengan tenang, dengan perlahan ia mendekati Tiffany Song, wajah tampan tersebut hanya berjarak satu inci dari wajahnya, dan berkata dengan suara pelan : "Tiffany Song, bangun dan sudah sampai rumah."

Tiffany Song terbangun dengan sedikit terbengong, melihat wajah tampan yang dekat di depannya, dia pun terkejut, detak jantungnya pun tertegun, dengan tidak sadar ia menghindar dan Karry Lian juga buru-buru mundur ke belakang, dengan segan dan maaf ia berkata: “Maaf, mengagetkan kamu, aku sudah lama memanggil kamu, tapi kamu tidak menjawab.”

Wajah Tiffany Song pun menjadi merah, dengan gugup ia berkata: “Tidak, tidak apa-apa, terima kasih kamu telah mengantar aku pulang, sampai berjumpa lagi!” habis ngomong ia langsung mengulurkan tangan dan membuka pintu, melangkah keluar mobil. Ia berdiri di tepi jalan, baru sadar kalau ia masih mengenakan jas Karry Lian, dia pun buru-buru mengembalikannya, “Karry Lian, jas kamu.”

Karry Lian tersenyum dengan hangat, “Diluar sangat dingin, kamu pakai saja, lain kali baru kembalikan kepada aku saja, cepat masuk, sampai berjumpa lagi!”

Selesai ngomong, ia memerintahkan supir untuk mengemudi, dan mobil itu melaju perlahan, dengan penuh arti ia melihat sosok tinggi dan tegak yang berdiri tidak jauh dari sana, dan kaca jendela pun naik dengan perlahan….

Tiffany Song sambil menyaksikan mobil itu pergi, ia sambil menunduk melihat jas tersebut, dan menghelakan nafas dengan tidak berdaya. Ia baru membalikkan badan, langsung bertemu dengan sepasang mata tajam seperti elang, dan tatapannya pun terlihat penuh dengan emosi, seolah-olah ingin membakarnya, "Kamu makan bersamanya malam ini?”

Nada Taylor Shen terdengar sangat tidak segan, tadi ia tidak sengaja melihat ke arah mereka, melihat dari kaca jendela yang turun dengan perlahan itu seolah-olah berdua seperti sedang ciuman, ia melihat sekilas lalu langsung memalingkan muka, tapi ia tidak mengira kalau ia akan turun dari mobil tersebut.

Pada saat itu, dia amarahnya membara, dan dia telah menunggunya di tengah malam yang dingin seperti ini, tetapi ia malah bermesraan dengan pria lain di dalam mobil, ini pun membuat amarahnya seperti ingin meledak.

Tiffany Song terkejut sampai mundur selangkah, dengan bingung ia melihat Taylor Shen yang muncul tiba-tiba, “Kapan kamu pulang ke sini? Bukannya kamu bilang masih harus beberapa hari lagi ya”

Taylor Shen sangat marah, mendengar ia bertanya seperti itu, ia pun tidak bisa menahan diri untuk menyalah artikan maksud dari ucapannya, dengan dingin ia berkata dengan marah: “Kenapa? Aku pulang lebih awal membuat kamu merasa kurang senang?”

“Kok ngomongnya begitu?” Tiffany Song merasa tidak senang, sikap orang ini menjadi tidak bagus, ucapannya seperti berduri, membuat orang yang mendengar ucapan tersebut merasa tidak nyaman, “Kalau kamu memberitahu aku kamu akan pulang lebih awal, maka malam ini aku tidak akan pergi.”

“Kamu begitu tidak tahan dengan kesepian kah? Aku baru pergi beberapa hari saja kamu sudah pergi cari pria lain?” saking marahnya Taylor Shen tidak bisa mengontrol ucapannya, tadi mereka berciuman di dalam mobil ia sudah melihatnya, apalagi saat ia turun dari mobil ia masih dengan tatapan tidak rela sambil meyaksikan mobil tersebut pergi, melihat ia seperti itu benar-benar sangat menusuk mata.

Dan kali ini Tiffany Song benar-benar marah, dia tidak ngomong apa-apa, membalikkan badan langsung berjalan mengarah ke tepi jalan, melambaikan tangan mencoba menghentikan taksi. Taylor Shen mengerutkan alisnya dengan keras, ia langsung menarik tangannya, tatapannya terlihat tajam dengan penuh rasa benci, seolah-olah seperti ia akan mencekiknya, “Apa yang kamu lakukan?”

“Bukannya kamu yang bilang aku tidak bisa menahan kesepian, aku sekarang juga mau pergi cari pria lain, biar kamu bisa lihat betapa aku tidak tahan dengan kesepian.” Ucapan terakhir itu keluar dari mulut Tiffany Song dengan geram, dia bahkan tidak memiliki kepercayaan yang paling mendasar pada dirinya. Bagaimana hubungan ini bisa dipertahankan?

“Tiffany Song!” Taylor Shen dengan geram sambil melototinya, “Aku sudah menunggu kamu selama 3 jam diluar rumah mu, daritadi kamu kemana saja? Tadi kamu ada di dalam mobil, kamu berani bilang kalau kalian bukan sedang berciuman? Kalau kamu kekurangan pria kamu bilang saja, aku langsung terbang untuk memenuhi kamu!”

Suara “Pyaah”, diluar komplek langsung menjadi sunyi, dan udara sepertinya membeku, Taylor Shen memiringkan kepalanya, wajah tampan tersebut pun terlihat jejak merah 5 jari, ia tidak pernah mengira bahwa, Tiffany Song akan bermain tangan kepadanya.

Tiffany Song dengan sulit percaya sambil melihat tangan sendiri, tadi ia memukulnya, ia mengangkat kepala dan melihatnya, , wajah tampan tersebut pun terlihat jejak merah 5 jari yang jelas, ia langsung merasa sangat menyesal, mengulurkan tangan dan ingin menyentuh wajahnya, namun tangannya dihempaskan dengan keras oleh Taylor Shen, “Taylor Shen, maaf, aku….”

Taylor Shen tidak mengatakan apa-apa, ia melangkah dengan besar ke tepi jalan, menghentikan sebuah taksi, dan membungkuk lalu masuk ke dalam mobil. Tiffany Song tertegun, lalu ia baru tersadar dan merasa ia harusnya mengejar mobil tersebut, dan meminta maaf kepadanya.

Tidak peduli betapa kejam kata-katanya, ini adalah kesalahannya karena ia telah memukul orang, ketika dia mengejarnya, mobil taxi tersebut sudah pergi. Dia sambil berlari sambil menepuk jendela mobil, melihat wajah pria dengan yang sangat dingin itu, ia berkata dengan cemas, " Taylor Shen jangan pergi, kamu turun dulu, kita bicarakan dengan baik. "

Taylor Shen lihat pun tidak, hanya menyuruh supir taksi dengan berkata, “Tidak perlu mengemudi dengan cepat, biar dia bisa mengejar saja sudah cukup.”

Taksi supir pun melototi matanya ke atas, ini pria sangat kekanak-kanakan sekali, ia kira taksi ini miliki rumahnya apa? Berantem dengan pacar pun jangan menghambat ia mencari uang banyak. “Bang, lebih baik kamu turun dan selesaikan semuanya dengan baik bersama pacar mu, sepertinya ia sangat mencintaimu, terus mengejar mobil dari tadi.”

Taylor Shen dari awal sampai akhir sama sekali tidak melirik kepada Tiffany Song, ia berkata: “Kamu tidak perlu mengurus kami, aku akan bayar 3 kali lipat.”

Supir pun memarahinya di dalam hati, Orang kaya mah bisa sesuka hatinya!

Tentu saja Tiffany Song tidak bisa mendengarkan percakapan di dalam mobil, dia berusaha keras mengetuk jendela, dengan nafas berat ia berkata: “Taylor Shen, ini memang salah aku, aku seharusnya tidak boleh bermain tangan, kamu maafkan aku, ucapan kamu sendiri juga sangat tidak enak didengar, kekurangan prialah, tidak bisa menahan kesepianlah, memangnya ada orang seperti kamu yang mengatai pacar sendiri seperti itu?”

Taylor Shen mendengar kata tersebut, hal yang membuatnya merasa kesal tidak hanya satu ini, ia yang besikap mesra dengan pria lain, sekarang malah menyalahi dia dengan alasan kata-kata yang ia ucapkan tidak enak didengar?

Taylor Shen, kamu turun dulu, jangan menganggu Bapak supir mencari uang, kita bicarakan dengan baik.” Tiffany Song tadi meminum wine, sekarang ia merasa lemas, dan berlari dengan lama, badannya pun mulai berkeringat, dan pria yang kekanak-kanakan ini sama sekali tidak ada maksud untuk turun dari mobil.

Kecepatan mobil tidak cepat tidak juga lambat, cukup untuk ia mengejarnya, ia tahu kalau Taylor Shen memang sedang marah, namun ia tidak ada maksud untuk benar-benar pergi. Taylor Shen sedang menunggu ia membujuknya, tunggu ia senang, ia akan turun dari mobil.

Taylor Shen mengabaikannya, tanpa melirik, menatap lurus ke depan. Sepertinya dia sudah terlalu memanjakannya sehingga dia berani melakukan hal seperti ini padanya. Dia hidup sampai 30 tahun ini, belum ada ada yang berani menamparnya. Dia adalah orang pertama. Bagus, sangat bagus, bagus selai! Kalau dia memaafkannya dengan mudah, maka dia tidak akan bermarga Shen!

Taylor Shen, aku minta maaf, kalau kamu ingin membalas aku atau marah aku, kamu turun dari mobil dulu, aku sangat lelah, sudah tidak sanggup mengejar lagi. Aku sangat merindukanmu, aku ingin melihatmu dengan baik, kita jangan berantem lagi oke? Tadi aku dan Karry Lian benar-beanr tidak melakukan apa-apa, dia hanya duduk lebih dekat dengan aku saja, tidak ada hal-hal aneh yang seperti kamu pikirkan, jangan marah lagi.” Tiffany Song sambil berteriak sambil mengejar, napasnya pun semakin buru-buru, bahkan sedikit terengah-engah, tenggorokannya pun kering sampai terus mengeluarkan embun dan kakinya semakin berat, dia benar-benar tidak sanggup berlari lagi.

Taylor Shen mendengar kata “Aku sangat merindukan kamu.”, hatinya langsung meleleh, mana mungkin tega lagi untuk menyiksanya, dia menurunkan jendela mobil, dengan dingin ia berkata : “Kalau tidak sanggup mengejar ya jangan mengejarkan lagi, pulang lah, kita tenangkan diri dulu.”

Tiffany Song memang sudah tidak sanggup mengejarnya lagi, melihat ia menurunkan jendela mobil, ia pun bersemangat lagi, dan berkata : “Aku benar-benar sudah menyadari kesalahan aku, aku tidak akan bermain tangan lagi, kamu turun dulu, apapun yang ingin kamu lakukan terserah, asal jangan membiarkan aku berlari lagi, aku benar-benar tidak sanggup lagi, sejak aku wisuda aku sudah tidak pernah berlari sekian jauh.”

Dia terengah-engah, keringatnya menetes dari dahinya, dan rambut yang di kuncir pun terlepas. Dia pun terlihat berbeda.

Lihat dia begitu kasian, Supir taksi pun merasa tidak tega, "Aduh Abang satu itu, gadis kecil ini sudah bermohon-mohon padamu, bagaimana kau bisa begitu tega?”

“Kamu tidak boleh mengatakan ia tega, kamu kan bukan supirnya, kamu melihat aku berlari dengan begitu lelah malah tidak menghentikan mobil untuk aku, kamu yang tega. Aduh!” Tiffany Song hanya sibuk berbicara, tidak memperhatikan dibawah kakinya ada batu, dia pun tersandung batu dan terjatuh. Lutut, siku, tangannya pun tergosok ke tanah dengan kuat, rasa sakit pun langsung menyerang seluruh sarafnya.

Untung sekarang sudah tengah malam, disekitar sini juga bukan jalan utama, jadi tidak banyak mobil yang berlalu Lalang, kalau tidak sudah langsung lewat dari badannya.

Terdengar suara rem yang keras datang dari depan. Beberapa detik kemudian, tubuh Tiffany Song pun diangkat, hawa maskulin yang familiar mengarah ke wajahnya, bercampur dengan aroma tembakau segar yang kuat. Dia menatapnya, rahangnya terlihat kencang, dan bibirnya pun tertutup sampai menjadi garis lurus, dan dia bisa melihat bahwa Taylor Shen masih marah.

Lalu ia dengan inisiatif merangkul lehernya, dan menyandarkan kepalanya di dadanya, dengan manja ia berkata: “Taylor Shen, maaf, tadi aku tidak bermaksud begitu, maafkan aku.”

Taylor Shen tidak melihatnya, menggendong ia dan pergi ke depan sebuah apotek, dan menaruh ia di kursi panjang, dia dengan diam masuk ke dalam apotek, tidak lama kemudian ia keluar dari apotek tersebut, tangannya pun terlihat membawa obat dan kapas.

Taylor Shen berjongkok di depannya, membuka obat tersebut dan memperhatikan bagian lutut di celananya pun bersobek, lututnya pun tertutup dengan darah, dia mengerutkan kening tanpa sadar, marah pada dirinya sendiri.

Tiffany Song melihat ia dengan wajah tidak senang, ia mengira kalau ia masih marah dengan dirinya, lalu ia berkata: “Tidak sakit kok, hanya terjatuh saja, besok juga sembuh.” Ia sambil ngomong, Taylor Shen sudah menekankan kapas diatas lututnya, walaupun gerakkannya sangat lembut, namun luka yang terkena oleh obat itu, membuat ia sakit sampai bergemetar.

Taylor Shen mengangkat kepala dan melihat ke arahanya, suaranya sangat rendah, terdengar sedikit mesra, “Aku sedang memakaikan obat, perlu kamu bergemetar sampai begitu?”

“….” Tiffany Song ingin menjawabnya, namun melihat wajah tampannya terlihat bekas merah 5 jari itu, kata-kata yang sudah sampai ke ujung mulut pun di telan oleh dirinya lagi, “Sakit, kamu pelan sedikit.”

“Bagus kalau kamu tahu sakit, lain kali kalau berani main tangan sama aku lagi, aku akan membuang kamu untuk dimakan anjing, dasar wanita tidak punya hati.” Rasa kesal memenuhi Taylor Shen, menelepon dia malah mematikan hp, sama pria lain entah pergi kemana sampai jam segini baru pulang, malah bermesraan dengan pria lain di mobil, lalu menamparnya, ia semakin pikir pun semakin kesal.

Kalau ini wanita lain, daritadi sudah dilempar ke Samudra pasifik, mana ada waktu untuk saling menatap disini lagi?

Tiffany Song merasa bersalah di dalam hati, jadi tidak membalas ucapannya, tunggu ia selesai membersihkan lukanya, kaki dan tangan Tiffany Song saking sakit sudah mati rasa. Taylor Shen berdiri, melihat ia masih terduduk diam, dengan nada dingin ia berkata, “Kamu masih ingin duduk di sana sampai berapa lama?”

“Oh.” Tiffany Song berdiri, berjalan beberapa langkah ia baru sadar kalau badannya kekurangan sesuatu, ia melihat jas yang terjatuh di tepi jalan yang tidak jauh darinya, ia berkata : “Taylor Shen, kamu tunggu aku sebentar, aku pergi mengambil jaket tersebut.”

Detik selanjutnya, tangannya langsung di tahan olehnya, amarah Taylor Shen yang baru reda pun terpancing lagi, dengan marah ia berkata : “Tidak boleh mengambilnya!”

“Taylor Shen, kamu jangan berulah lagi.” Jas tersebut milik Karry Lian, ia masih harus mengembalikan jas kepadanya.

“Aku sudah bilang tidak boleh mengambilnya!” Wajah Taylor Shen terlihat dingin seperti keheningan yang datang sebelum badai menerjang, hanya sepotong pakaian saja ia begitu peduli, sengaja membuat Taylor Shen kesal?

“Kamu rasional sedikit? Dia ini temanku!” ekspresi wajah Tiffany song juga menjadi dingin, dia memiliki lingkaran pertemanan, dia sendiri juga punya lingkaran pertemanan sendiri. Di Kota Tong, selain Stella Han, dia hanya mempunyai satu teman seperti Karry Lian saja.

Taylor Shen melihat ia seperti itu, seperti orang yang tidak rasional itu dia sendiri, dia sambil tertawa, namun tertawanya terlihat sangat menyindir, “Teman? bangsat kenapa teman bisa mencium kamu, atau aku yang bodoh, atau kamu merasa aku bodoh jadi mudah dibohongi?”

Tiffany Song minum wine, dan sekarang alkohol tersebut pun mulai terasa kembali, dia merasa pusing, untuk pertama kalinya Taylor Shen berkata kasar di depannya, ia sambil memegang dahinya dan berkata “Aku akan mengambil pakaiannya, kita tunggu sampai dirumah baru bicarakan ini lagi, oke?”

Taylor Shen dengan diam menatapnya dengan lama, tiba-tiba menghempaskan tangannya, dengan langkah besar ia melangkah sampai ke tepi jalan, lalu ia melambaikan tangan dan menghentikan sebuah taksi, lalu ia masuk ke dalam taksi tersebut.

Kali ini, taksi tersebut pergi, Tiffany Song juga tidak mengejarnya lagi, ia juga tidak memiliki energi lagi untuk mengejar. Dia tidak paham, hanya karena sepotong pakaian, perlukah Taylor Shen sampai segitunya?

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu