You Are My Soft Spot - Bab 135 Soal Tiffany Song, Ia Selalu Ingin Mendominasi (3)

Sepanjang perjalanan pulang, wajah Tiffany Song terlihat sangat muram Karry Lian sesekali menoleh ke arahnya. Ia kemudian mencoba memulai percakapan: “Aku kok merasa setelah berkunjung ke rumah nenek kegundahan hatimu malah makin parah?”

“Masa sih?” Tiffany Song garuk-garuk kepala.

Karry Lian mengangguk: “Kamu ngaca coba, lihatlah sendiri apa di wajahmu tertulis kalimat “aku sedang stres”.”

Tiffany Song menoleh ke luar jendela mobil. Ini musim gugur, semua yang ada di luar terlihat layu dan murung. Pemandangan luar ini membuat kegundahannya makin menjadi-jadi.

Ia sama sekali tidak menyangka Nini yang sebenarnya sudah meninggal.

Melihat Tiffany Song makin murung, Karry Lian memutuskan diam saja karena takut salah berkata-kata. Yang terpenting adalah maksud perjalanan kali ini sudah tercapai.

Di depan Sunshine City, Karry Lian menghentikan mobilnya dan berujar ke wanita di sebelahnya: “Tiffany Song, aku antar kamu sampai di sini ya. Kalau ada apa-apa kontak aku. Tidak peduli aku sedang di mana, aku pasti akan langsung menghampirimu.”

“Terima kasih, Karry Lian. Aku akan baik-baik saja kok.” Sekacau-kacaunya suasana hatinya, Tiffany Song tetap tidak akan menceritakan apa yang terjadi padanya ke Karry Lian. Wanita itu melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil.

Karry Lian membuang nafas panjang. Ia ikut turun dari mobil, namun yang dilihatnya pertama kali adalah seorang pria yang berdiri di depan vila. Dengan mengenakan pakaian rumah dan sandal, pria itu bersandar santai di samping pintu vila entah sejak kapan.

Ia tersenyum dingin dan pamit pada Tiffany Song: “Ya sudah, aku jalan dulu ya.”

Tiffany Song tidak mendengar pamitannya. Ia sibuk berfokus pada Taylor Shen. Meski jarak di antara mereka masih cukup jauh, tetapi ia sudah bisa merasakan aura kemarahan di sekujur tubuh pria itu. Ia tahu, Taylor Shen marah besar.

Tiffany Song terdiam. Ia sungguh ingin berlari memeluk Taylor Shen dan menceritakan semua yang ia alami seharian dan semalaman kemarin. Namun, niatnya itu pada akhirnya dibekukan oleh tatapan dingin sekaligus marah Taylor Shen.

Tiffany Song berjalan dengan goyah ke mobilnya. Baru membuka pintu mobil, ia langsung merasakan kehadiran seseorang di dekatnya. Pintu mobil ternyata sudah ditahan oleh tangan Taylor Shen. Pria itu menatapnya dingin, “Tiffany Song, masih belum cukup keluar-keluar seenaknya?”

Tiffany Song mendongkak menatapnya. Ia sungguh merasa ketakutan. Ia tidak tahu harus menjelaskan semua yang terjadi dari mana. Ia kini hanya bisa tertunduk.

Taylor Shen tiba-tiba menggendongnya masuk ke vila. Tiffany Song belum membayar kesalahannya karena keluar berduaan dengan Karry Lian waktu itu, tetapi sekarang wanita itu malah kembali berulah lagi. Taylor Shen benar-benar geram dengan tingkah lakunya ini.

Tifffany Song hanya bisa gigit-gigit bibir ketika dibopong Taylor Shen. Ia tidak melawan, juga tidak meronta.

Taylor Shen menggendongnya di ruang tamu. Melihat raut wajah Taylor Shen yang menyeramkan, Bibi Lan langsung menyuruh kedua pembantu rumah untuk menyingkir ke ruangan masing-masing. Ia sendiri pada akhirnya juga menyindir dan membiarkan ruangan itu sepenuhnya dikuasai Taylor Shen dan Tiffany Song.

Taylor Shen semalam tidak pulang ke vila. Pagi tadi ia pulang untuk mandi. Begitu bersiap keluar lagi, ia mendapat telepon dari pengawal pribadinya yang menyatakan Tiffany Song tengah dalam perjalanan kembali ke kota. Ia pun memutuskan menungguinya di vila.

Taylor Shen tidak tahu Tiffany Song punya urusan penting apa di vila, tetapi berhubung wanita itu sudah memutuskan untuk hidup bersamanya, maka setidaknya harus ada diskusi antara mereka berdua dulu dong? Mereka belakangan terus-terusan bertengkar, rasa-rasanya cepat atau lambat hubungan mereka akan bubar juga.

Sekali pun tengah terbakar kemarahan, Taylor Shen tetap ingat masih ada luka di tubuh Tiffany Song, jadi ia mendudukannya pelan-pelan di sofa. Taylor Shen kemudian mengatur posisi bahu dan lengan wanita itu hingga berbaring di pahanya.

Tiffany Song seketika sadar apa yang Taylor Shen ingin lakukan. Ia melawan sekeras tenaga, namun Taylor Shen berhasil menghentikan perlawanannya hanya dengan satu tangan. Satu tangan lain pria itu digunakan untuk membuka celananya. Kini, pria itu memukul bokongnya yang hanya tertutupi celana dalam.

Sekujur tubuh Tiffany Song terasa kaku. Tangan pria itu memang hanya memukul bokongnya, tetapi pada saat yang bersamaan ia juga merasa harga dirinya diinjak-injak. Air mata Tiffany Song mengalir keluar. Pukulan yang kali ini lebih sakit daripada pukulan waktu di mobil lalu.

“Kamu sudah sadar apa kesalahan yang kamu perbuat?” bentak Taylor Shen sambil menghujankan pukulannya yang kedua. Melihat Tiffany Song tidak meringis kesakitan, ia memberinya pukulan ketiga. Saking kerasnya ketiga pukulan ini, bokong Tiffany Song yang awalnya putih mulus kini ada bekas bentuk lima jari.

Tiffany Song gigit-gigit bibir. Meski air matanya terus mengalir tanpa henti, ia tidak berteriak minta ampun sama sekali. Taylor Shen tidak tahu sama sekali apa yang ia resahkan, dan kini pria itu malah memukulinya. Keputusasaan Tiffany Song jadi berlipat ganda.

Ia sungguh merasa dunia ini luar biasa kejam padanya.

Ia sudah bersusah payah belajar untuk jadi orang yang hebat dan berguna, tetapi nasib selalu membercandai dia. Nasib selalu mengubahnya menjadi seseorang yang tidak berdaya, khususnya di hadapan Taylor Shen.

“Jawab!” Taylor Shen benar-benar marah. Tiffany Song baru saja sembuh dari demam, namun langsung keluar jauh-jauh, bahkan bermalam dengan pria lain. Untung saja ada pengawal pribadinya yang ikut membuntuti, kalau tidak ia pasti sudah khawatir sekaligus geram setengah mati. Ia bertanya dingin: “Tiffany Song, apa karena aku terlalu memanjakanmu kamu jadi tidak mengindahkan kata-kataku begini? Kamu pikir aku akan selalu memaafkanmu?”

Tiffany Song gigit-gigit bibir. Pantatnya terasa pedas sekali, namun ia tidak berani berteriak kesakitan. Ia menghadapi kemarahan Taylor Shen dengan diam.

Taylor Shen kembali memukulnya dua kali. Melihat Tiffany Song belum bersuara juga, ia jadi semakin marah. Ia memasangkan kembali celana Tiffany Song dan mendorongnya ke sofa. Ia kemudian menelepon dengan sambungan dalam rumah dan memberi perintah: “Bawa mereka kemari!”

Dua pengawal pribadi yang Taylor Shen perintahkan untuk menjaga Tiffany Song sudah lalai dalam menjalankan tugasnya. Mereka bahkan tidak mencegah wanita itu bermalam dengan si Karry Lian. Sungguh dua orang sampah yang tidak berguna.

Kedua pengawal pribadi yang dicari-cari Taylor Shen akhirnya tiba di ruang tamu. Melihat wajah Taylor Shen yang mengeras, mereka langsung punya firasat buruk.

“Tuan……” Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, salah seorang pengawal pribadi sudah ditendang Taylor Shen sampai terbaring kesakitan di lantai. Satu pengawal pribadi lainnya menatap Taylor Shen dengan gemetaran dan sambil mundur-mundur, “Tuan, beri aku kesempatan untuk menjelaskan……”

Kaki Taylor Shen yang panjang kembali diayunkan. Nasib pengawal pribadi yang kedua tidak beda jauh dengan yang pertama.

Tiffany Song duduk tercengang di sofa. Melihat adegan kekerasan yang terjadi tepat di depan matanya ini, ia ketakutan sampai tidak bisa menangis. Dalam pandangannya, Taylor Shen memang bukan pria yang emosinya teratur, tetapi juga bukan pria yang kasar seperti ini.

Taylor Shen menatap garang kedua pengawal pribadi yang terkapar kesakitan di lantai itu. Ia kemudian bertanya dingin: “Kalian itu koper ya? Lihat Tiffany Song keluar dari vila kok tidak dihalangi? Apa gunanya aku tugaskan kalian kalau gitu? Perintahku pada kalian masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri ya?”

Kedua pengawal pribadi itu tidak berani mendebat. Prinsip pertama dari pekerjaan seorang pengawal pribadi adalah memastikan keamanan orang yang mereka lindungi. Mereka samas sekali tidak menjalankan yang satu ini.

Taylor Shen berbalik badan dan berujar datar: “Keluar kalian semua.”

Sambil meringis kesakitan, kedua pengawal pribadi itu berlari keluar villa.

Melihat Taylor Shen yang beringas layaknya ibis, Tiffany Song merinding. Ini bukan Taylor Shen yang ia kenal biasanya, entah apa lagi yang akan pria itu lakukan padanya. Ia terduduk di sofa sambil menatap Taylor Shen was-was.

Taylor Shen berdiri di sebelah sofa. Ia barusan sudah melampiaskan sebagian besar kemarahannya, jadi kini ia terlihat jauh lebih tenang. Ia berjongkok sedikit dan menatap Tiffany Song lekat-lekat, “Tiffany Song, kamu harus tahu kesabaranku padamu juga ada batasnya. Sekarang beritahu aku, kamu kemarin menghilang ke desa untuk apa?”

Tiffany Song ingin bercerita panjang lebar dengan Taylor Shen, tetapi ia tidak tahan melihat tatapan muramnya. Ia hanya bisa menggeleng dan menjawab terbata-bata, “Tidak, tidak untuk apa-apa.”

“Tidak mau jujur ya denganku? Atau hanya Karry Lian yang boleh dengar ceritamu?” Taylor Shen menatapnya dingin. Kemarahannya perlahan-lahan terakumulasi lagi.

“Bukan, bukan begitu. Kamu salah paham. Di antara aku dan Karry Lian tidak ada apa-apa kok.” Tiffany Song tidak tahu seberapa seramnya seorang pria yang tengah cemburu, khususnya Taylor Shen yang sangat mendominasi dan berhasrat memilikinya ini.

Taylor Shen tersenyum kecut: “Tidak ada apa-apa? Jangan bilang ke aku hubungan kalian murni pertemanan biasa.”

“Taylor Shen, kamu mengapa tidak percaya juga padaku!”

“Percaya? Aku harus percaya padamu agar kamu bisa keluar berulang kali denganya? Sekarang coba katakan, kamu pergi ke desa untuk apa? Seharian dan semalaman kemarin kalian berdua melakukan apa?” Taylor Shen bahkan sebelumnya tidak tahu Tiffany Song pergi bersama Karry Lian. Pengawal pribadi yang ia tugaskan tidak melaporkan ini sama sekali. Ini juga yang jadi alasan kemarahannya meledak barusan.

Kalau ia tahu Tiffany Song pergi bersama Karry Lian, ia semalam pasti sudah langsung menghampiri mereka di des asana.

Tiffany Song buka mulut ingin menjelaskan. Namun, ia kemudian terpikir, memberi Taylor Shen penjelasan pada momen begini pasti tidak ada gunanya. Ia sendiri juga tidak ingin Taylor Shen tahu identitas aslinya. Ia menutup mulutnya tanpa berujar apa pun.

Taylor Shen memeluk Tiffany Song erat-erat dari belakang sofa. Melihat wanita itu mencoba melawan, ia tersenyum kecut. Soal Tiffany Song, ia selalu ingin mendominasi. Ia tidak tahu seberapa dalam cinta Tiffany Song padanya, yang pasti cintanya sendiri pasti jauh lebih dalam.

Dalam hubungan asmara, kalau pemberian dan penerimaan tidak setara, pasti akan terjadi ketidakseimbangan di dalamnya.

“Tidak mau jawab nih ya? Tiffany Song, kamu kapan akan berhenti menyakiti hatiku?” Nada bicara Taylor Shen lembut, tetapi juga mengandung kekecewaan dan luka.

Tiffany Song protes: “Aku dan Karry Lian hanya teman biasa. Mengapa kamu selalu berprasangka yang tidak-tidak pada kami sih?”

“Kamu? Siapa yang boleh disatukan denganmu jadi “kami”? Kalau memang dia hanya teman biasamu, sekarang juga telepon dia dan nyatakan bahwa kalian tidak akan berinteraksi dan bertemu lagi sampai mati.” Taylor Shen melepaskan pelukannya, lalu mengambil ponsel Tiffany Song dari tasnya. Ia melempar ponsel itu ke sebelah sofa yang tengah diduduki wanita itu, “Telepon dia, maka aku akan percaya bahwa kalian memang hanya teman biasa.”

Tiffany Song menatapnya gusar. Taylor Shen kali ini sama sekali tidak nampak seperti CEO yang punya pengaruh. Ia lebih mirip anak kecil yang merengek minta sesuatu. Tiffany Song berujar, “Taylor Shen, kamu jangan sengaja menciptakan masalah bisa?”

“Tidak rela berpisah dengannya ya? Tidak rela berpisah, tapi masih bilang teman biasa? Kamu bilang dia teman biasa, kok dia bisa menciummu di mobil? Kamu bilang dia teman biasa, kok dia bisa membantumu sembunyi dariku? Kamu bilang dia teman biasa, kok dia bisa mengejarmu sampai ke rumah lama Stella Han? Kamu bilang dia teman biasa, kok dia bisa kebetulan sekali pergi ke desa denganmu? Tiffany Song, jangan pikir aku ini bodoh oke?”

Kata-kata Taylor Shen terdengar seperti panah-panah yang menghujam hati Tiffany Song. Wanita itu membalas, “Aku sudah jujur padamu, ya sudah kalau kamu tidak percaya juga. Taylor Shen, aku bukan properti pribadimu. Aku punya temanku sendiri. Kalau kamu terus menuduhku selingkuh, aku juga tidak bisa apa-apa. Sudah kita putus saja!”

Taylor Shen langsung terpancing. Tanpa memedulikan tindakannya akan menyakiti Tiffany Song, ia meremas kencang-kencang kedua bahu wanita itu sambil membentak, “Apa kamu bilang barusan? Bajingan, coba katakan sekali lagi!”

“Bersamamu membuatku sangat lelah. Aku tidak pernah merasa secapek ini sebelumnya. Jadi, kita putus saja.” Entah Tiffany Song dapat keberanian dari mana ketika mengucapkan ini. Ia menatap Taylor Shen dengan tegas tanpa ketakutan sedikit pun.

Taylor Shen tertawa. Tawanya semakin lama semakin keras. Ia bahkan sampai tidak tahan meneteskan air mata. Pria itu menyindir: “Tiffany Song, kamu mau putus denganku hanya demi satu orang luar? Kamu jadi kurang aja begini karena selama ini aku terlalu memanjakanmu ya?”

Tiffany Song memejamkan mata lalu menjawab datar: “Aku ulangi lagi kata-kataku tiga kali. Aku dan Karry Lian hanya teman biasa, aku dan Karry Lian hanya teman biasa, aku dan Karry Lian hanya teman biasa. Percaya tidak percaya terserah kamu, aku mau ke atas mengepak barang-barangku.”

Tiffany Song kemudian bangkit berdiri dan berjalan tergopoh-gopoh ke lantai atas.

Taylor Shen duduk di sofa. Mendengar suara langkah kaki Tiffany Song yang semakin lama semakin jauh, ia meremas kulit sofanya kencang-kencang sampai sobek di lima titik. Ia tiba-tiba bangkit berdiri, berlari ke lantai atas, dan membuka pintu kamar pakaian dengan menendangnya. Ia lalu mengunci kamar itu dari dalam.

Tiffany Song tengah berjongkok mengepak pakainnya. Ia bopong wanita itu ke atas ranjang lalu langsung menindihnya. Tiffany Song melawan sekuat tenaga, namun tentu saja Taylor Shen bisa mengatasinya. Pria itu menggeretakan gigi dengan geram sambil mengultimatum, “Tiffany Song, langkahi dulu mayatku kalau kamu mau putus denganku. Seumur hidupmu, hanya aku yang boleh memilikimu!”

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu