You Are My Soft Spot - Bab 384 Apa Kamu Akan Mati Jika Tidak Mempermainkanku (2)

Di dalam restoran, Stella Han meletakkan pisau garpu dan mengelus perutnya yang kenyang, ia melihat pria tampan dihadapannya, entah mengapa merasa bahagia melihat pria itu.

Dia menopang dagu dengan satu tangan, memperhatikan pria yang sedang makan dengan sangat menawan, sekarang dia baru sadar bahwa ada beberapa wanita cantik di meja sebelah yang juga melihatnya, ada sedikit rasa di hatinya, pria ini duduk di sini, tetapi bisa menarik perhatian wanita lain, "Jordan Bo, seseorang memperhatikanmu."

Pria itu dengan malas mengangkat alis, memasukkan sepotong daging bebek ke dalam mulut, mengunyah perlahan, kemudian berkata: "Saat makan jangan melihat-lihat."

Stella Han tidak bisa berkata apa-apa, bagaimana orang ini begitu sombong, "Seseorang benar-benar melihatmu, apa kamu tidak tahu bahwa kamu seperti memiliki daya tarik 100.000 volt? Tatapan matamu bisa membuatnya pingsan." Kata Stella Han.

“Apakah kamu terpana?” Jordan Bo menyeka sudut mulutnya dengan serbet. Dia hanya melihat Stella Han, melihat dia makan seperti ada angin dan awan yang langsung meningkatkan nafsu makannya.

Stella Han memegang wajah kecilnya, berkata "Aku tidak terpana."

“Yah, aku teringat ada seseorang yang tidak sabar menciumku?” Jordan Bo bersandar di kursi dan menatap matanya yang sangat menawan.

Entah sejak kapan, Jorda Bo hanya berharap dua mata yang indah itu hanya menatap dirinya seorang.

Pipi Stella Han merona merah, itu sudah berapa lama, apa orang ini masih mengingatnya? Dia bersandar di sandaran kursi dengan malas, mengulurkan tangan dan menyisir rambutnya dengan gerakan yang sangat bervariasi. seorang pria melihatnya.

Jordan Bo mengerutkan kening, istrinya sering melakukan gerakan yang seksi ini, sungguh mempesona, tetapi jika menarik perhatian lebah lain, tentu tidak baik, ia menendang kakinya, menatapnya dan berkata: “Duduk yang baik!”

Stella Han kesakitan, tidak tahu mengapa dia menendangnya, berkata dengan polos "Aku hanya meniru caramu duduk?"

Jordan Bo menatap orang yang tidak takut mati meliriknya, dia mengerutkan kening dan melihat ke belakang satu per satu, orang-orang itu berpaling satu demi satu dan tidak berani menatap mereka lagi.

Jordan Bo memberi isyarat untuk membayar tagihan, setelah membayar, ia menarik tangan wanita itu dan berjalan keluar dari restoran. Stella Han dengan hati-hati melihat pria di sampingnya tampak tidak senang.

Seorang petugas mengantar mobil, Stella Han duduk di kursi penumpang, memakai sabuk pengaman dan melihat pria itu juga sedang memakai sabuk pengaman, berkata: "Jordan Bo, antar aku kembali ke Vanke City, besok pagi aku ada persidangan, malam ini aku harus pulang menyiapkan informasi."

Jordan Bo memakai sabuk pengaman dan mulai menyetir mobil, kemudian dia berkata: "Kamu pulang menyiapkan informasi, bagaimana denganku?"

“Bagaimana denganmu?” Stella Han tidak mengerti.

Lelaki itu menatapnya, lalu mengulurkan tangan memegang tangan kecilnya dan menariknya ke selangkangan, berkata dengan bodoh "Sudah dua malam lapar, apa kamu tega membiarkannya tetap lapar?"

Ujung jari Stella Han seperti tersengat oleh sensasi panas, dia dengan cepat menarik tangannya, pipinya memerah, pria tidak tahu malu, sangat memalukan mengucapkan kata-kata seperti ini di tengah hari.

"Aku..., ku dengar besok lawanku adalah seorang yang sering memenangkan persidangan, jika aku tidak pulang mempersiapkan informasi, bagaimana jika besok kalah dari gugatan?" Kehidupan Stella Han baru-baru ini naik turun, kinerja kerjanya juga pasang surut, jadi dia tidak boleh bermalasan lagi.

“Aku menemanimu, menunggumu meninjau informasi, kemudian kamu menemaniku tidur.” Jordan Bo berkata dengan serius, tujuan menikah, bukankah untuk tidur dengan istri secara sah?

"..." Stella Han terlalu malu untuk mengangkat kepala, pria itu mengucapkan kata-kata tidak senonoh dengan wajah serius?

Ketika mobil melaju ke Vanke City, Jordan Bo memarkir mobil di tempat parkir, kemudian membuka pintu dan turun dari mobil. Ketika melihat Stella Han masih duduk di dalam mobil, dia mengangkat sebelah alisnya, "Apa mau melakukannya di sini? Aku belum pernah mencobanya, apa kamu mau mencobanya? Konon performa mobil ini luar biasa... "

Pria itu belum selesai berbicara, Stella Han langsung keluar menutup pintu mobil dan bergegas menutup mulutnya, dengan kesal berkata: "Jordan Bo, apa kamu akan mati jika tidak menggodaku."

Jordan Bo tidak kesal, meraih tangannya dan berjalan perlahan menuju unit apartement, Stella Han menatap punggungnya dengan cemas, menghela nafas dan berjalan ke sisinya.

Area kecil ini sangat sunyi, terdengar suara serangga, mereka jarang pulang bersama saling berpegangan tangan seperti ini, perasaan ini sangat damai.

Meskipun Jordan Bo sedikit emosional dan tidak sabaran, tetapi dia dapat diandalkan, Stella Han tersenyum dan memanggilnya, "Jordan Bo?"

“Hah?” Lelaki itu menatapnya, melihat senyum di wajahnya, dia tidak tahu apa yang lucu, senyumannya itu sangat mempesona, jantungnya berdetak cepat.

“Jordan Bo?” Stella Han memanggil lagi, merasa sangat bahagia memanggil namanya.

"Apa?"

“Tidak apa-apa, hanya ingin memanggil namamu.” Stella Han tersenyum memperlihatkan giginya, Jordan Bo menatapnya, mempercepat langkahnya. Stella Han tidak tahu mengapa dia berjalan begitu cepat, hanya mengikutinya.

Sampai di unit lantai bawah, pria itu tidak bisa menahan diri, mendorongnya ke dinding dan menahan tubuhnya, Stella Han terkejut, wajah tampan pria itu mendekat, detik berikutnya langsung mencium bibir merahnya.

Dia membuka mata, mengapa pria ini tiba-tiba menciumnya, apa tidak bisa menunggu sampai di apartemen. Dia mendorong tubuh pria itu, tapi tidak bisa mendorongnya dan ciuman di bibirnya menjadi semakin kuat .

Detak jantung Stella Han berdetak tidak teratur, kedua tangannya ditekan ke dinding olehnya. Malam di awal musim semi terasa dingin, tubuhnya gemetar kedinginan, pria itu menciumnya lebih dalam lagi.

Stella Han merasa pusing, tidak tahu berapa lama diciumnya, laki-laki itu membiarkannya terengah-engah, meletakkan dagu di bahunya dan berkata, "Berteriak begitu menggoda, apa kamu mau?"

Stella Han merasa malu, tadi dia memanggil namanya, apa dia tidak bisa berpikir lebih sederhana dan tidak memikirkan hal-hal porno setiap saat.

“Aku hanya memanggil namamu?” Kata Stella Han.

Jordan Bo mengangkat kepala, menatap wajahnya yang panas dan melihat bibirnya yang bengkak karena dicium olehnya, berkata: "Setiap kali aku mendengarmu memanggil namaku, aku jadi bergairah."

Stella Han: "..."

Setelah sekian lama Jordan Bo menenangkan diri, kemudian menarik tangannya ke unit bangunan. Stella Han mengikuti dari belakang, saat pria itu menyentuhnya, dirinya dapat merasakan reaksi dari tubuhnya, bersama dengan pria yang begitu mudah bergairah, pipinya memerah.

Berjalan keluar dari lift, Stella Han mengambil kunci untuk membuka pintu, lampu induksi di pintu masuk menyala, dia membungkuk membuka lemari sepatu, mengeluarkan sepasang sandal dan meletakkannya disebelah kaki Jordan Bo, lalu mengganti sepatu.

Ketika Jordan Bo melihat sepasang sandal itu, dia mengangkat alis dan menggoda: "Bukankah sudah dibuang?"

Stella Han merasa malu, sengaja berpura-pura tidak mendengar, dia sudah membuangnya, tetapi mengambilnya lagi, dia tidak mau memberitahunya.

Stella Han mengganti sandal dan menatapnya, "ingin minum sesuatu."

Lelaki itu perlahan mengganti sandal, matanya menatap dadanya dan berkata: "Aku ingin minum apa, bukankah kamu sudah tahu?"

Stella Han melihat ia menatap dadanya, ia langsung menutup dadanya dengan kedua tangannya dan berbalik berjalan ke dapur, pria itu terus memperhatikan sampai tidak bisa melihatnya di dapur, lalu berjalan ke ruang tamu.

Stella Han menuangkan segelas air, melihat Jordan Bo duduk di sofa menonton berita keuangan. Dia meletakkan gelas di depannya dan berkata: "Aku di ruang kerja membaca laporan, jika kamu mengantuk, tidurlah dahulu, jangan tunggu aku, aku harus begadang."

Jordan Bo memalingkan wajah, berkata: "Selambat-lambatnya jam dua belas, jika kamu tidak tidur, aku aku akan menangkapmu tidur."

"..." Stella Han melihat arloji di pergelangan tangan, berkata: "Kurang dari tiga jam, aku tidak bisa menyelesaikannya."

“Sudah lewat satu menit.” Kata Jordan Bo pelan.

Stella Han tidak bisa berkata apa-apa, dia berbalik dan berjalan ke ruang baca, sebelumnya dia sudah terbisa bergadang untuk merumuskan masalah, tetapi setelah usia lebih dari tiga puluh tahun tidak tahan bergadang semalaman.

Jordan Bo melihatnya masuk ke ruang baca, lalu menonton berita keuangan. Setelah beberapa saat, ponselnya berdering, dia melirik ID penelepon, tanpa sadar melihat pintu ruang baca yang sudah ditutup, dia berdiri dan berjalan ke teras, menjawab: "Ada apa?"

"Kak Jordan, ku tahu aku salah, tidak seharusnya aku berbicara omong kosong di media, tolong jangan membunuhku." Di ujung telepon, wanita itu menangis.

Jordan Bo menutup bibirnya, ekspresinya sangat dingin, dia tidak bersimpatik kepadanya, "Jika kamu tahu akan ada hari seperti ini, seharusnya kamu tidak begitu sombong, aku melihat wajah kakakmu, sudah sangat bersabar. Sekarang kamu membuat istriku tidak bahagia, tentu aku tidak bisa membuatmu muncul di depannya dan membuatnya marah. "

Beatrice Lin menahan diri, suara pria itu sedingin es, tidak menyangka Jordan Bo demi Stella Han, dirinya pikir dia tidak senang karena sudah berbicara di depan media dan ingin memberinya sedikit pelajarannya "Kak Jordan, aku tidak bersungguh-sungguh, aku hanya ingin tahu apakah pengacara Han melihat berita itu, apa dia akan cemburu, kamu sangat mencintainya, jika dia sama sekali tidak peduli denganmu, betapa sedihnya kamu."

"Kalau begitu apa aku harus berterima kasih atas kebaikanmu?" Jordan Bo tersenyum sinis, Beatrice Lin cukup pintar, tetapi tidak berguna.

Beatrice Lin terkejut, akhirnya dia tahu Jordan Bo benar-benar tidak simpatik kepadanya, dia tidak boleh menangis, "Kak Jordan, aku bisa minta maaf kepada Pengacara Han, aku suka menjadi model, aku suka akting, aku bisa berakting dan memohon kepadanya, jangan terlalu kejam kepadaku. "

“Beatrice Lin, jangan menelepon lagi dan jangan mencoba menguji kesabaranku lagi.” Jordan Bo selesai bicara, ingin menutup telepon.

Beatrice Lin dengan panik berkata: "Kak Jordan, tolong lihat wajah kakakku, lepaskan aku sekali ini, aku bersumpah tidak akan bicara omong kosong lagi."

“Terlambat.” Jordan Bo ingin menghukumnya, bukan hanya karena apa yang terjadi baru-baru ini, tetapi juga karna tujuh tahun yang lalu memberikan foto dirinya yang sedang mengunjungi Bretta Lin kepada Stella Han.

Stella Han tidak menyebutnya dari awal sampai akhir, tetapi saat dirinya marah dan menjatuhkan ponselnya, dia dengan mata merah mengambil ponselnya yang rusak dan mengatakan bahwa ada foto dia bersama dengan Tiffany Song di ponsel, beberapa foto di panti asuhan dan foto pernikahan Tiffany Song dan adik keempat.

Stella Han sangat menghargai itu, beberapa kali dirinya melihat ia memegang ponsel menyeka air mata. Pada saat itu, Jordan Bo menyalahkan dirinya sendiri, jika malam itu dirinya tidak pergi ke rumah sakit melihat Bretta Li untuk terakhir kalinya, jika dia bisa meminta Pengacara Xin membantu Tiffany Song pada malam hari, mungkin kekasih dan sahabatnya tidak akan menderita selama bertahun-tahun.

Tetapi dalam hidup tidak ada yang tahu, selalu terlambat untuk menyesal.

Malam itu, pada saat Stella Han tertidur, ia mengambil ponselnya, dan meminta Vincent Xu tidak peduli dengan cara bagaimana mengembalikan semua foto diponselnya. Setelah dua hari, Vincent Xu memberikan semua foto dari ponsel kepadanya.

Dia menerima memori USB flash drive, karena ingin tahu, ia melihat semua photo itu, kemudian menemukan selembar photo, lalu dia tahu mengapa Stella Han tampak begitu dingin pada hari Tiffany Song terjadi kecelakaan.

Setelah kematian Bretta Lin, ia tidak berhubungan dengan Beatrice Lin, sampai ia menghadiri sebuah acara dan bertemu Beatrice Lin yang berusia dua puluh tahun sangat mirip dengan Bretta Lin dan langsung menarik dirinya.

Malam itu Beatrice Lin minum terlalu banyak wine, hatinya tergerak dan mengantarnya ke hotel, saat itu Beatrice Lin menggunakan foto itu.

Pada awalnya dia tidak bermaksud mempermalukannya, dia hanya ingin membuat Stella Han cemburu, tetapi masalah berkembang melebihi harapannya, Stella Han tidak cemburu, tetapi membawanya ke pengadilan dan mengajukan gugatan cerai.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu