You Are My Soft Spot - Bab 345 Maaf, Aku Telah Menikah! (1)

Wajah Jordan Bo memuram. Dengan emosi yang meluber keluar dari hati, ia bangkit berdiri dengan kasar. Gerakannya ini mengagetkan Stella Han, yang mengira si pria bakal melemparkan mangkuk yang tengah dipegang ke kepalanya. Jordan Bo menatap Stella Han beberapa saat, lalu keluar dengan langkah cepat sembari menahan kemurkaan.

Si wanita mengamati bayangan tubuh si pria. Tangannya dielus-eluskan ke dadanya sendiri yang berdebar kencang. Sebenarnya ia sudah salah berbicara apa sampai Jordan Bo marah besar?

Bukankah pernikahan mereka memang benar hanya sebatas pernikahan kontrak? Dia tidak salah bicara kok. Sekali pun mereka sudah punya kartu nikah, statusnya sebagai istri Jordan Bo hanya sebuah hiasan saja. Mana yang salah coba?

Stella Han menyumpit pangsit rebus yang ada di depannya dan menekannya kencang-kencang. Isi pangsit langsung tersemprot keluar, bahkan ada yang mengenai wajahnya. Semprotan yang kena mukanya terasa panas dan pedas.

Si wanita pun mengambil tisu untuk mengelap pipi. Ia dalam hati mengeluh, ini sungguh pagi yang kacau dan berat!

Pergi dalam keadaan marah, badan Jordan Bo terasa berat sekali. Ketidaknyaman ini diperparah dengan tidak adanya orang yang bisa dia jadikan sebagai tempat pelampiasan kemarahan. Saat duduk di mobil, si pria teringat lagi denan sikap Stella Han barusan. Ia seumur-umur belum pernah disikapi begitu oleh orang lain!

Ia sudah memberi Stella Han berbagai kebaikan, tetapi balasannya malah hal yang tidak menyenangkan! Gila!

Jordan Bo awalnya ingin pergi ke kantor, tetapi mana bisa ia bekerja dengan suasana hati seperti ini? Kalau dia memaksakan diri, yang bakal terjadi adalah dia akan marah-marah dengan setiap pekerja sepanjang hari. Sebagai seorang pemilik perusahaan, ia tidak boleh melakukan tindakan impulsif begitu. Mereka harus dia perlakukan dengan hormat dan baik, bukannya malah dijadikan target buat marah-marah.

Memikirkan ini, Jordan Bo membelokkan mobil ke Swiss Sea Club. Di tengah perjalanan ke sana, dia menelepon Taylor Shen dan memintanya untuk datang.

Begitu tiba di Swiss Sea Club, pria itu menyerahkan kunci mobil ke petugas parkir dan melangkah masuk ke ruang privat yang biasa mereka pakai. Ruangan ini adalah tempat mereka berlima berkumpul. Sebagai ruang privat, tidak ada satu pun tamu lain yang boleh memakainya entah dengan alasan apa pun.

Beberapa menit setelah Jordan Bo masuk ruang privat, ia menjumpai Taylor Shen datang dengan wajah ceria. Begitu mereka duduk berhadap-hadapan, siapa yang suasana hatinya bagus dan siapa yang tidak terlihat sejelas-jelasnya.

Taylor Shen menyadari raut Jordan Bo yang tidak begitu bagus. Ia bertanya dengan alis terangkat: “Siapa yang bikin Kakak Tertua Bo marah nih?”

Jordan Bo berbatuk untuk melegakan tenggorokan, kemudian berkata: “Adik keempat, wanita……”

“Wah, jarang sekali mendengar Kakak Tertua Bo mengucapkan kata “wanita”. Dia habis melakukan sesuatu pada kamu? Atau kamu yang melakukan sesuatu?” Taylor Shen dalam hati sudah tahu Jordan Bo bermasalah lagi dengan Stella Han.

Sebelum Jordan Bo menjawab, Taylor Shen sengaja bercerita Vero He mencarinya dan minta bantuan ketika ia bersiap main golf. Ia sejujurnya agak malas, namun akhirnya memutuskan untuk membantu wanitanya itu.

Sejak Bretta Lin pergi, Jordan Bo tidak pernah setertarik sekarang pada wanita. Jadi, Taylor Shen paham Stella Han tidak dianggap sahabatnya itu sebagai wanita yang biasa-biasa.

Dengan membantu Vero He, Taylor Shen mendapat dua manfaat sekaligus. Pertama, ia berhasil membuat si wanita merasa berhutang budi padanya. Kedua, ia juga membantu Jordan Bo mewujudkan keingiannya buat bikin perhitungan.

Bisa sepeduli ini dengan Stella Han, Jordan Bo tandanya serius dan tidak main-main terhadap hubungan mereka. Kalau melihat dari raut wajahnya sekarang, apa Stella Han jauh lebih sulit ditaklukkan dari Vero He ya?

Jordan Bo dan Taylor Shen saling bertatapan. Di antara mereka berlima, Jordan Bo memang paling dekat dengan Taylor Shen. Pria itu memulai ceritanya: “Aku telah menikah?”

“Apa? Uhuk uhuk……” Saking kaget dan antusiasnya, Taylor Shen sampai tersedak dengan ludah sendiri. Ia menatap Jordan Bo dengan tatapan setengah tidak percaya. Sepasang matanya agak berakhir karena barusan tersedak.

“Kamu sekaget ini dapat kabar aku telah menikah?” tanya Jordan Bo tidak senang.

Taylor Shen dalam hati bilang, mana mungkin tidak kaget coba? Sejak ditinggal Bretta Lin, Jordan Bo menjalani hari-hari dengan hidup segan namun mati tidak mau. Ia pikir sahabatnya itu seumur hidup tidak bakal menikah, nyatanya sekarang perkiraannya itu terbantahkan!

“Dengan siapa? Stella Han?”

Yang ditanya mengangguk, “Iya lah, memang bisa dengan siapa lagi?”

Taylor Shen menurunkan kacamata. Ia tidak tahu pesona apa yang Stella Han miliki sampai Jordan Bo bisa melamarnya. Sahabatnya ini saat melamar Stella Han tidak mabuk kan harusnya?

“Cepat sekali sih gerakanmu, sudah seperti roket saja,” komentar Taylor Shen.

Sahabatnya menegakkan posisi duduk dan mengeluh: “Apa semua wanita itu tidak pernah puas? Aku beri dia pernikahan, dia malah memberi aku kemarahan terus. Untung saja dia tidak melakukan hal yang lebih macam-macam.”

Pernah terpikir hal serupa, Taylor Shen mengangguk simpatik, “Wanita memang begitu. Semakin dimanja, mereka bakal semakin sok tidak senang. Coba deh kamu tunjukkan sikap dingin dan tidak peduli, dia sendirinya pasti bakal menghampirimu.”

Mata Jordan Bo berbinar. Ia teringat Stella Han pernah memaksanya berciuman dan bahkan pernah menggodanya di toilet sebelum mereka menikah. Akhir-akhirnya, ketika ia mengajak menikah, wanita itu malah selalu menunjukkan sikap bermusuhan. Ia sepertinya memang harus pura-pura dingin deh!

Taylor Shen membuang nafas pasrah. Ia tidak menyangka sahabatnya ini menganggap kata-katanya sungguhan.

Kekesalan di dalam rongga dada Jordan Bo seketika menghilang. Pria itu bangkit berdiri dan pamit sambil merapikan dasi: “Taylor Shen, aku ada urusan di kantor. Aku jalan dulu.”

“Eh, Kakak Tertua Bo……” Taylor Shen ikut bangkit berdiri. Dipanggil beberapa kali, Jordan Bo masih terus berjalan pergi. Ia sebenarnya ingin protes padanya. Sekalinya sudah tidak kesal lagi, masak dirinya yang sudah susah-susah datang kemari ditinggalkan begitu saja?

Jordan Bo bergegas ke kantor dengan suasana hati yang jauh lebih baik. Saat rapat, padangannya sesekali terarah ke Stella Han yang duduk di sudut ruangan. Ah, dia harusnya bersikap dingin dan tidak menatapnya!

Teringat hal ini, si pria buru-buru menarik pandangan. Selain menjalankan strategi ini, Jordan Bo pada saat bersamaan juga perlu mengurusi Ned Guo. Berhubung pria itu merupakan teman baiknya, ia berharap mereka berdua bisa bicara baik-baik. Jordan Bo tidak mau persahabatan mereka yang sudah berlangsung bertahun-tahun rusak hanya karena satu wanita.

Tanpa sadar, Jordan Bo kembali menatap Stella Han. Wanita itu sendiri sadar dirinya sudah ditatap beberapa kali, namun pura-pura serius mengikuti rapat. Dalam hati, ia sebenarnya juga mengeluh dan bersumpah serapah.

Seusai rapat, Stella Han langsung keluar diam-diam saat para peserta rapat masih berbincang santai. Pergi dari area yang ada Jordan Bo-nya, nafas si wanita jadi jauh lebih lancar.

Setibanya di ruang ganti, ponsel Stella Han berdering. Ketika ia mengangkat, di seberang sana terdengar bunyi “tut” yang tidak putus-putus. Ia mengernyitkan alis. Lagi-lagi telepon yang hanya ada bunyi “tut”-nya, siapa sih yang iseng begini?

Waktu Stella Han mau mematikan panggilan itu, orang di seberang sana akhirnya buka suara, “Stella Han, dasar wanita murahan kamu! Di luar sok cantik, tetapi hatinya sangat kotor dan keruh. Sungguh munafik!”

Seperti disiram air es, sekujur tubuh Stella Han langsung bereaksi. Dengan pegangan yang lebih kuat pada ponsel, dia bertanya khawatir: “Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa dapat nomor ponselku?”

“Aku sudah mengikuti cukup lama. Stella Han, kamu sudah berbahagia atas tindakanmu menghancurkan rumah tangga orang lain. Kamu pasti akan dapat balasannya.” Omongan ini diakhiri dengan suara tawa dingin yang membuat bulu kuduk Stella Han berdiri.

Sebenarnya siapa orang ini? Terus, orang ini punya tujuan apa bertindak begini?

“Aku selalu melakukan sesuatu kalau itu sudah kuanggap tepat. Soal menghancurkan rumah tangga orang lain, aku tidak pernah melakukannya sama sekali. Satu lagi, aku sudah merekam percakapan telepon kita. Sekali lagi kamu meneleponku, aku bakal lapor polisi. Kamu tahu kan orang yang mengintimidasi orang lain bisa masuk penjara? Pikirkan baik-baik masa depanmu!” tutup si wanita.

Stella Han mendudukkan diri dengan lemas di kursi. Dengan kedua tangan ditaruh di kepala, ia mencoba mengingat kapan ia kira-kira pernah memprovokasi orang ini. Si penelepon mengakui sudah mengikuti dirinya dari lama. Kalau begitu, perasaan dia bahwa dirinya belakangan terus diikuti orang bukannya sebuah khayalan semata. Dia benar-benar ada yang buntuti!

Sialan orang ini!

Selain mengikuti dirinya, pria yang tadi menelepon juga mengirimkan berbagai pesan pendek sampah dan mengungkapkan ancaman dalam telepon. Ini sudah cukup untuk dianggap tindakan kriminal! Stella Han harus menempuh jalur hukum untuk keamanan dirinya sendiri.

Eits, tetapi dia tidak tahu siapa orangnya……

Di benak si wanita terlintas berbagai kasus yang ia tangani beberapa tahun ini. Dulu, Stella Han memutuskan untuk mengkhususkan diri jadi pengacara perceraian karena segan berurusan dengan tindakan kriminal yang kejam.

Tetapi, meski sudah memilih jalur yang relatif aman ini, ia tidak sepenuhnya terbebas dari orang yang tidak senang. Sekarang, ia harus bagaimana?

Stella Han memikirkan satu per satu kasus yang barusan terlintas di benak. Tidak ada satu kasus pun yang ia rasa aneh. Ada klien yang murni ingin cerai, ada juga klien yang ingin merebut harta kekayaan pasangannya. Semua dari mereka ia urusi sesuai permintaan.

Dengan banyaknya kasus yang pernah ditangani, orang yang berkemungkinan jadi tidak senang dan mengancam dirinya sangat banyak. Ia tidak bisa berpikir begini saja, jawabannya tidak bakal ketemu.

Stella Han menelepon teman-teman yang bekerja di kantor polisi untuk berkonsultasi. Hasil akhirnya, karena dia tidak tahu siapa orang yang mengikutinya ini, ia tidak bisa membuat laporan. Jalan buntu……

Dalam beberapa hari setelah hari itu, Stella Han mengusahakan diri untuk tidak berkunjung ke tempat sepi. Bahkan, ia juga selalu pulang kerja tepat pada jam kelar kerja biar tidak tersisa sendirian di kantor. Dia tidak menemukan keanehan sama sekali.

Di dalam hati, ia berpikir apakah orang yang meneleponnya itu tidak berani macam-macam lagi karena ia ancam mau laporkan ke polisi?

Dua hari berikutnya, Stella Han jadi sepenuhnya lega karena tidak merasa diikuti dan diawasi orang lain lagi. Omong-omong, besok adalah libur hari kemerdekaan. Ia awalnya berencana pulang ke rumah orang tua, tetapi niat itu dia batalkan setelah diancam Jordan Bo. Ia takut suaminya itu bakal benar-benar ikut dia ke sana.

Sebagai pengganti, Stella Han membeli beberapa barang di mal buat mereka dan menitipkannya ke teman satu daerah yang bakal pulang. Di antara barang-barang itu, tentu ada pakaian yang sudah ia janjikan. Nada bicara orangtua Stella Han sebenarnya sangat kecewa begitu tahu dirinya tidak jadi pulang. Untungnya, mereka bisa memahami kondisi putrinya yang sibuk bekerja.

Kelar menelepon orangtua, Stella Han duduk di sofa dan menonton televisi. Televisi di rumah Jordan Bo adalah televisi tiga dimensi paling canggih saat ini. Bila semua tirai ruangan ditutup dan si penontonnya memakai kacamata tiga dimensi, pengalaman menonton film bisa selevel dengan bila menonton di bioskop. Bahkan, pengalaman menonton televisi ini lebih ekslusif karena bisa dilakukan kapan pun dan tidak berbarengan dengan penonton lain yang tidak dikenal.

Ketika berjalan melewati ruang teater, Jordan Bo mendengar suara gemuruh dari dalam. Dengan mata menyipit, ia membuka pintu ruangan dan melangkah masuk.

Begitu masuk, Jordan Bo langsung melihat Stella Han tengah duduk di sofa biru tua sembari dengan mengenakan kacamata tiga dimensi. Sembari menonton, wanita itu juga melahap sesuatu tanpa putus-putus. Ketika mendengar suara gemuruh lagi, si pria refleks menutup telinga karena volumenya sangat memekakkan.

Jordan Bo dengan kesal mengambil remote televisi dan menurunkan volume suaranya. Ketika menoleh ke belakang, Stella Han hanya melihat sebuah bayabngan tubuh yang samar-sama. Berhubung daritadi menonton film yang cukup menegangkan, ia dengan mudahnya kaget dengan bayangan itu dan refleks melepaskan kacamata.

Begitu tahu sosok yang berdiri di belakang hanya Jordan Bo, si wanita membuang nafas lega dan protes: “Ngapain kamu berdiri diam depan pintu begitu? Bikin aku kaget saja!”

Jordan Bo melangkah menghampirinya dan duduk di sofa sebelah. Pria itu menoleh ke layar televisi yang super besar, lalu menoleh lagi ke bungkus popcorn yang ada di tangan Stella Han. Ia berkomentar dengan alis terangkat, “Kamu sedang dalam fase bersiap hamil, jangan sering makan snack sampah begini.”

Ditegur seperti itu, Stella Han malah sengaja merogoh popcorn sebanyak mungkin dan memasukkannya sekaligus ke mulut. Jordan Bo jadi sebal sendiri. Wanita ini selalu saja memperlihatkan sikap bermusuhan padanya! Hal-hal yang dia larang malah sengaja dilakukan!

Pria itu sebenarnya sangat ingin merebut bungkus popcorn Stella Han dan membuangnya ke tong sampah, namun tiba-tiba teringat petunjuk Taylor Shen. Ia harus bersikap dingin, baru Stella Han bakal luluh. Jordan Bo pun jadinya menarik pandangan dengan dingin dan mengambil sebuah kacamata tiga dimensi buat ikut menonton.

Stella Han merasa Jordan Bo belakangan agak aneh. Pada momen ketika ingin melampiaskan kemarahan padanya, pria itu selalu tiba-tiba jadi dingin. Bahkan, di ranjang pun Jordan Bo balik jadi pria yang kasar dan ganas tanpa “pemanasan” dulu.

Orang-orang bilang tingkat toleransi seseorang di ranjang tergantung pada pengalaman masa lalunya. Kalau belum pernah diperlakukan dengan lembut, seseorang kemungkinan besar tidak akan pernah berharap diperlakukan seperti itu. Tetapi, sekalinya pernah diperlakukan dengan lembut, orang itu pasti bakal langsung tidak nyaman ketika pasangannya kembali ganas.

Stella Han merasa mereka sebenarnya bisa berhubungan seks dengan lembut di ranjang. Karena Jordan Bo sangat kasar, dirinya jadi tidak bisa terima dan sering melawan. Sayangnya, tiap kali dilawan, Jordan Bo malah jadi makin kasar.

Pada akhirnya, ranjang malah menjadi sebuah siksaan yang berkelanjutan buat Stella Han.

Di momen duduk bersebelahan ini, Stella Han langsung berkeinginan untuk keluar dan jaga jarak. Ia makin lama makin tidak senang melihat Jordan Bo, sungguh!

Si wanita pun melepaskan kacamata tiga dimensi. Percuma saja dia menonton bareng Jordan Bo, dirinya tidak bakal fokus dengan jalan cerita film karena khawatir si pria melakukan yang tidak-tidak. Stella Han baru bangkit berdiri, tangannya langsung ditahan oleh tangan Jordan Bo. Pria itu menguatkan tahanannya dan memaksa wanitanya kembali duduk, “Film belum selesai.”

Stella Han merespon judes, “Memangnya aku tidak boleh ke toilet?”

Mendengar alasan yang sangat masuk akal ini, Jordan Bo melepaskan tangannya. Stella Han langsung bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu keluar. Keheranan dengan arah jalannya itu, ia mengingatkan: “Di sini ada toilet juga.”

“Aku maunya ke toilet yang ada di kamar tidur utama, memang tidak boleh?” tanya Stella Han dengan makin judes.

Mulut Jordan Bo terbuka seperti mau berkata sesuatu, namun langsung ditutup lagi. Pria itu kembali menatap layar televisi. Berhubung film sudah sampai di tengah-tengah, ia sebenarnya juga agak malas menontonnya karena kemungkinan akan kesulitan memahami jalan ceritanya. Ia tetap memaksakan diri menonton demi Stella Han.

Sudah ditunggui cukup lama, Stella Han tidak baik-baik juga. Ia jadi curiga, ini orang ditelan kloset atau bagaimana ya?

Jordan Bo merasa dirinya belakangan sudah cukup dingin. Namun, Stella Han sama sekali tidak tertarik padanya, bahkan makin galak dan judes. Hmm, nampaknya dia perlu menelepon Taylor Shen buat minta nasehat lanjutan.

Eh, kalau ia sampai cerita ini di telepon, ia pasti akan diketawai nanti-nanti!

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu