You Are My Soft Spot - Bab 142 Ia Bilang Ia Bermarga Shen (3)

“Di sini anak-anak tidak punya nama, hanya nomor, hingga saat ini, sudah ada lebih dari 5000 anak yang diadopsi orang dari sini, tak henti-hentinya datang anak-anak yang ditelantarkan oleh orangtua mereka, dan juga tak henti-hentinya mereka pergi diadopsi oleh orang, waktunya juga sudah lama lewat, aku tak bisa mengingatnya.” Kata kepala panti.

“Tolong ingat-ingat lagi baik-baik, mungkin kau bisa ingat beberapa informasi yang akan membantu.” Kata Taylor Shen dengan cemas.

Kepala panti mengingat-ingat dengan keras, tiba-tiba, matanya berkilat, “Aku ingat, saat itu yang sedang diadopsi bersamanya ada satu anak perempuan lagi, kebetulan saat itu ada fotografer yang datang untuk memotret anak-anak itu untuk diarsipkan, sebagai kenang-kenangan, aku ingat saat difoto, adikmu memakai sebuah kalung yang sangat cantik, di atasnya ada sebuah simpul yang indah.”

Taylor Shen mengeluarkan sebuah simpul yang terbakar dari kantongnya, dan meletakkannya di hadapan kepala panti, ia berkata, “Apakah sama persis dengan ini?”

Kepala panti menatap simpul itu, menatapnya lekat-lekat, lalu mengangguk, “Ya, sama persis dengan ini.”

Mendengarnya, Taylor Shen mengusap-usap keningnya, ia mengerti maksud kepala panti, tapi gadis yang mempunyai kalung simpul, bukan hanya Tiara seorang, pencarian Tiara ini sepertinya lagi-lagi menemui jalan buntu.

Keluar dari kantor kepala panti, kening Taylor Shen semakin berkerut, setiap kali ia merasa ada harapan, selalu berakhir dengan kekecewaan, kekecewaan demi kekecewaan ini hampir saja menelannya.

Eden Zhu merasa bersalah, ia berkata: “CEO Shen, maaf, aku seharusnya menanyakan lebih jelas dulu, baru menyuruhmu datang.”

Taylor Shen menggeleng, menatap anak-anak di halaman panti, ia berkata: “Bukan salahmu, setidaknya kali ini, kita sudah sangat dekat dengan Tiara, mengetahui ia pernah tinggal disini, dan diadopsi seseorang, lebih baik daripada tidak jelas masih hidup atau tidak. Selama ia masih hidup, kita pasti bisa bertemu.”

“CEO Shen...” hati Eden Zhu terasa pedih, ia sudah tak ingat lagi sudah berapa kali, setiap kali gagal, Taylor Shen selalu menghibur diri, pasti akan menemukannya nanti.

“Lelaki tidak boleh lembek, kita harus terus termotivasi, kita pasti bisa menemukan Tiara.” Taylor Shen menepuk-nepuk pundaknya, lalu mendongak menatap sebuah pohon besar di kejauhan, ia perlahan menghampirinya, pohon tua ini dipenuhi kertas berwarna-warni, dan diatasnya adalah harapan-harapan dari anak-anak itu.

Taylor Shen mengulurkan tangan dan memegang salah satu kertas itu, di atasnya tertulis: Kuharap ayah ibu datang menjemputku pulang.

Hatinya sangat pedih bagaikan tercabik-cabik, apakah saat itu Tiara berdiri di depan pohon ini, berharap kakaknya akan datang menjemputnya?

“Eden Zhu, aku bukanlah kakak yang baik.” Taylor Shen menghela nafas panjang.

Eden Zhu menggeleng, “CEO Shen, kau adalah kakak terbaik yang pernah kutemui.” Saat di kota Z, masih belum pasti gadis itu adalah Nona Tiara, ia sudah membantunya menghajar seorang pria, dan membawanya pergi makan dan membeli baju. Saat ia benar-benar menemukan Tiara yang asli nanti, ia pastilah akan menjadi kakak terbaik di dunia.

Taylor Shen melepaskan kertas itu, berbalik badan menatap Eden Zhu dan berkata: “Jika seseorang pernah berada di sini, tak mungkin ia tak meninggalkan jejak sama sekali, tadi kepala panti berkata saat Tiara diadopsi orang hari itu, ada pemotretan, pergilah menanyakan siapa orang yang memotretnya hari itu, dan sebisa mungkin temukan foto 22 tahun yang lalu itu, dengan itu, maka menemukan Tiara hanyalah masalah waktu.”

Eden Zhu menepuk pahanya dan berseru, “CEO Shen, kenapa aku tak terpikirkan hal ini sebelumnya, baiklah, akan segera kulakukan.”

“Jangan terlalu senang dulu, mungkin saja takkan ada fotonya, mungkin saja akan berakhir dengan kekecewaan lagi.” Sudah terlalu sering kecewa, Taylor Shen tak lagi merasa sedih dalam waktu yang lama, ia juga belajar untuk tidak terlalu kecewa menghadapi suatu kegagalan.

“CEO Shen, jangan terlalu pesimis, kita pasti bisa menemukan Nona Tiara.”

“Pergilah.”

Taylor Shen berdiri sejenak di bawah pohon besar itu, baru akhirnya berbalik pergi. Setelah ia duduk di mobil, Budi yang tadi telah mendengar perkataan Eden Zhu, berkata: “CEO Shen, jangan terlalu khawatir, Nona Tiara pasti tahu anda sedang mencarinya, ia pasti bisa merasakannya.”

“Budi, ayo jalan.” Taylor Shen dengan lelah bersandar di kursi, ia memejamkan mata. Pada saat itu, karena kelalaiannya, Tiara diculik oleh para penculik anak, ia pastilah menderita, kini ia terus menerus menemui kegagalan, kegagalan demi kegagalan ini membuatnya merasa getir.

Budi mendesah, lalu memacu mobil, mobil melaju di jalan raya, dan berpapasan dengan sebuah Maserati merah, di jalan ini hanya ada sedikit kendaraan, tiba-tiba melihat mobil mewah itu, Budi terus memandangnya, lalu bergumam: “CEO Shen, kenapa sepertinya aku melihat Nona Song? Apakah halusinasiku?”

Saat Taylor Shen mendengar kata “Nona Song” ia membelalakkan matanya, Maserati merah itu telah melewatinya dan tak nampak lagi di ujung jalan, ia memejamkan matanya. Tiffany Song saat ini sedang berada di mansion, bagaimana mungkin bisa muncul disini?

Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya lagi. Hatinya tak bisa tenang, ia segera menelepon bodyguardnya. “Nyonya sedang dimana?”

“Nyonya sedang pergi berjalan-jalan.”

Taylor Shen merasa lega.

Tiffany Song memang berada di dalam Maserati itu, ia keluar dari mansion, dan melihat 2 bodyguard mengikutinya, ia tak ingin para bodyguard itu tahu kemana ia pergi, maka ia menelepon Stella Han, meminta Stella Han menemaninya bersandiwara, postur mereka berdua hampir sama, maka mereka bertukar pakaian di kamar mandi, saat ia keluar, para bodyguard sama sekali tak mencurigainya, lalu ia menaiki mobil Stella Han, dan Stella Han menaiki mobilnya, berputar-putar di dalam kota, untuk menarik perhatian para bodyguard.

Tiffany Song memarkirkan mobilnya di depan Panti Asuhan Bahagia Harapan Indah, ia turun, dan berdiri di depan panti asuhan itu, dari tasnya ia mengeluarkan selembar foto, gereja di dalam foto itu dengan bangunan di hadapannya sama persis, hanya saja papan namanya telah diganti dengan yang baru.

Hati Tiffany Song berdegup kencang, rahasia identitasnya akan segera terkuak, apakah ia Tiara dari keluarga Shen ataukah hanya seorang gelandangan, akan segera diketahui. Saat ini, ia merasa sangat gugup.

Ia berdiri di depan pintu untuk waktu yang lama, baru akhirnya memberanikan diri untuk masuk. Baru saja ia memasuki panti asuhan itu, seorang anak tanpa sengaja menabraknya. Foto di tangannya terjatuh ke lantai, ia mengulurkan tangan dan membantu anak itu berdiri, anak itu tersenyum padanya lalu berlari pergi.

Tiffany Song menggelengkan kepala, ia membungkuk untuk memungut foto itu, tapi sebuah tangan menyambarnya lebih cepat, ia memandang tangan itu dan mendongak, di depannya berdiri seorang wanita paruh baya dengan baju suster, ia segera menatap fotonya, lalu mendongak menatap gadis di hadapannya, dengan ragu bertanya, “Kamu... 77?”

77, nomor anak di Panti Asuhan Bahagia Harapan Indah, panti asuhan itu tidak memberi nama untuk anak-anak, hanya nomor. Saat mereka diadopsi orang, barulah mereka mendapatkan nama resmi, sebagai tanda memulai hidup baru.

77? Hati Tiffany Song bergetar, ia menatap suster tua di hadapannya dan bertanya, “Apakah kau mengenalku?”

“Tidak, aku tak mengenalmu, tapi aku mengenal anak ini.” Suster itu menunjuk anak di dalam foto itu, gadis itu tampaknya baru pertama kali melihat kamera, ia memiringkan kepalanya dengan ekspresi penasaran, sebuah kalung simpul melingkar di lehernya.

Tiffany Song tahu ia telah menemukan tempat yang benar, ia menunjuk anak kecil di foto itu, “Kau bilang anak ini adalah 77?”

“Semua anak disini hanya punya nomor, tidak punya nama, ia adalah nomor 77.” Suster itu mengembalikan foto itu padanya, dan tenggelam dalam memori, “Akulah yang pertama kali menemukannya, ia terbaring di depan pintu, aku menggendongnya dan membawanya masuk, ia melihatku sekilas, lalu pingsan, ia beberapa hari tak sadarkan diri, tubuhnya penuh cacar air, dan kami mengira nyawanya takkan terselamatkan, tapi tak disangka ia secara ajaib bertahan hidup, yang paling kuingat darinya adalah ia mengenakan sebuah kalung simpul yang cantik.”

Saat Tiffany Song masuk kesini, ia merasa familiar, ia tahu, ia pasti diadopsi nenek dari tempat ini.

“Apakah kau ingat, siapa yang menelantarkannya kesini?” tanya Tiffany Song.

“Tak tahu, malam itu sangat gelap, dan tak ada orang di sekitar, hanya ia seorang, saat dibuang, ia sedang demam tinggi, anak yang sangat malang.” Kata suster tua itu.

Tiffany Song menatapnya, suster itu sudah tua, mungkin ia masih mengingat beberapa hal, baru saja ia akan bertanya lagi, seseorang berjalan di lorong, menggunakan baju kepala panti, suster itu membungkuk padanya, lalu berjalan pergi.

Kepala panti itu menatap Tiffany Song, ia merasa sedikit familiar, ia menundukkan kepala menatap foto di tangannya, lalu dengan terkejut berkata, “Kau adalah 77? Oh Tuhan, dalam sekejap kau telah tumbuh begini besar, bagaimana kabarmu beberapa tahun ini?”

“Apakah kau ibu kepala panti?” Tiffany Song dengan ragu bertanya, 20 tahun telah berlalu, ia masih mengingat ibu kepala panti yang agak gemuk ini, usia telah mengguratkan kerutan di wajahnya, tapi penampilannya tak banyak berubah.

Mata kepala panti itu berkaca-kaca, setelah anak-anak itu pergi, karena masih belia, para orang tua asuh itu tak memberitahu bahwa mereka adalah anak adopsi, kecuali beberapa anak yang sudah agak besar, maka biasanya mereka tak pernah kembali ke panti asuhan ini.

Kepala panti itu menggenggam tangannya dan dengan terharu berkata: “Kau masih mengingatku, kau benar-benar adalah 77, kau tumbuh menjadi sangat cantik, aku hampir tak mengenalimu.”

“Ibu kepala panti, bagaimana kabarmu?” Tiffany Song juga terharu.

“Oke, oke, ayo kita duduk di dalam, bertahun-tahun tak bertemu denganmu, ayo cerita pada ibu kepala panti keadaanmu akhir-akhir ini.” Kepala panti itu dengan lembut menggandeng tangannya dan berjalan masuk ke kantor.

Keduanya seperti teman lama yang lama tak berjumpa, menceritakan kehidupan masing-masing, kepala panti mendengarkannya dengan penuh haru, “Nenekmu adalah orang yang baik, mungkin kalian memang berjodoh, saat kau melihatnya, kau langsung menyukainya. Lalu saat nenekmu meminta untuk mengadopsimu, awalnya aku tidak yakin, nenek itu tak mempunyai apa-apa, bagaimana ia akan menghidupimu? Lalu nenekmu berlutut, memohon padaku untuk mengadopsimu. Ia meyakinkanku, bahkan jika ia harus kelaparan, ia takkan membiarkanmu kelaparan, aku sangat terharu melihatnya, maka aku mengijinkannya mengadopsimu.”

“Nenek adalah orang paling baik di dunia ini, aku sangat bersyukur ia mengadopsiku.” Kata Tiffany Song penuh rasa syukur, setelah beberapa saat, ia menatap kepala panti dan bertanya, “Ibu kepala panti, apakah kau tahu siapa orangtua kandungku?”

Mata kepala panti berkedip, lalu ia menatap ke dalam laci, ia menunduk, lalu mengambil foto yang berada di tangannya dan berkata: “Aku tak tahu sejarah kelahiranmu, tapi baru saja ada seorang pria, yang membawa sebuah kalung simpul yang sama persis dengan milikmu, datang mencari adiknya, mungkin kau ada hubungan dengan pria itu.”

“Di manakah dia?” Tiffany Song segera bangkit berdiri, kalung simpul yang sama dengan miliknya? Siapakah pria itu?

“Ia baru saja pergi.” Kata ibu kepala panti.

Tiffany Song dalam hati merasa kecewa, ia menggenggam tangan kepala panti dengan kedua tangannya dan bertanya, “Ibu kepala panti, seperti apakah orangnya? Apakah ia memberitahumu siapa namanya?”

“Ia bilang ia bermarga Shen, dan ia memberiku sebuah kartu nama, ia bilang kapanpun aku ingat sesuatu tentang adiknya, aku harus meneleponnya. Tak kusangka kau kemudian datang. Kalian kakak adik saling berpapasan secara kebetulan. Dia seharusnya belum jauh, aku akan meneleponnya untuk kembali.” Kepala panti itu sangat gembira, saat ia bangkit hendak menelepon, Tiffany Song menghalanginya.

“Ibu kepala panti, tolong berikan kartu namanya padaku, aku akan meneleponnya sendiri.” Suara Tiffany Song bergetar, pria itu bermarga Shen, dan ia juga mempunyai kalung simpul itu, saat itu Cristian juga berkata, mereka kakak beradik semua mempunyai barang peninggalan, apakah barang itu kalung simpul?

Kepala panti bisa merasakan suasana hatinya sedang gelisah, ia mengira ia terlalu bersemangat karena akan menemukan keluarganya, ia dengan senang hati bangkit dan memberikan kartu nama itu padanya, dan berkata: “Sepertinya ia adalah orang terkenal di Kota Tong, kami sering melihatnya di TV.”

Tiffany Song mengambil kartu nama itu, dan menatap huruf keemasan di atasnya, ia hampir jatuh terduduk, Taylor Shen, benar-benar dia, benar-benar dia!

Tatapan matanya menciut, ia sungguh putus asa, bagaimana bisa ternyata dia? Oh Tuhan, lelucon ini terlalu besar, ia tak bisa lagi duduk diam, ia segera keluar dari kantor kepala panti sambil memegang kartu nama itu.

Kepala panti berdiri, hendak mengejarnya, dalam sekelebat mata tiba-tiba pintu terbuka. Ia menghentikan langkahnya. Seorang pria berpakaian hitam keluar, dan melihat dari jendela, sesosok kecil yang sedang bergegas keluar, wajahnya yang tampan mengeluarkan tatapan dingin.

Ia memasukkan tangannya ke kantong celananya, bibirnya sedikit tersenyum. Pertunjukan baru saja dimulai.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu