You Are My Soft Spot - Bab 311 Masih Berani Sembunyi, Apakah Ingin Mati? (1)

Christian baru pergi tidak lama, hp Taylor langsung berbunyi, dia melirik kearah panggilan telepon, itu adalah panggilan dari James, dia lalu menjawabnya, "Halo?"

Suara James terdengar, "Vero tadi malam panas tinggi semalaman, apakah kalian bertengkar kemarin?"

Taylor berdiri didepan jendela, dia menatapi kejauhan, saat ini matahari tengah baru menampakkan dirinya dari balik awan, kabut tipis yang berada diatas langit kota Tong menghilang, cuaca cerah, kabut didalam hatinya juga menjadi sedikit, dia berkata, "Bertengkar sedikit."

"Pantas saja, aku tidak tahu apa yang kalian tengkari, namun kondisi badan Vero jarang selemah ini, beberapa tahun ini meskipun suasana hatinya tidak baik, namun dia juga jarang menyiksa dirinya, jika kamu tidak bisa menjamin dia bisa bersama denganmu dengan sehat, maka lebih baik lepas tangan saja secepatnya, daripada kalian berdua saling menyiksa." Nada bicara James sedikit keras, ini juga karena suasana hatinya kurang bagus saja dan Taylor menjadi korbannya.

Taylor merapatkan bibirnya, dia tahu bahwa James adalah orang yang sangat melindungi adiknya, dia juga tidak menjelaskan untuk dirinya, apalagi perkataan yang dia katakan kemarin memang sedikit terlalu bajingan.

Setelah mengakhiri panggilan, dia mencari nomor TIffany, dia ragu-ragu dan terakhir juga tidak meneleponnya, dia berbalik dan mengambil jaket serta kunci mobilnya untuk keluar, pergi untuk melihatnya saja, kebetulan juga bisa dengan kesempatan ini bisa menyelesaikan masalah sebelumnya.

Taylor mengendarai hingga ke kediaman He, saat ini sudah jam 3 lewat sore hari, mobil mengendarai masuk keadalam Kediaman keluarga He, dia bergegas masuk kedalam Villa, orang keluarga He semuanya tidak ada, Bibi Yun menyambutnya, setelah tahu bahwa dia datang untuk mencari Vero, bibi Yun berkata dengan kaget, "Nona Vero pergi berdinas, apakah kamu tidak tahu?"

Taylor mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak tahu bahwa Tiffany akan pergi berdinas, dia berjalan keluar pintu dan sambil menelepon Tiffany, namun hpnya berbunyi nonaktif, dia menelepon lagi, namun masih saja sama.

Didalam hatinya langsung berfirasat buruk, dia bergegas menelepon telepon Christian, dan menyuruhnya untuk mengecek penerbangan, setelah beberapa menit kemudian, Christian meneleponnya lagi, Direktur Shen, Nyonya Shen naik pesawat jam 2 siang ke kota A, saat ini pesawat seharusnya sudah hampir mendarat."

Taylor tidak menyangka bahwa Tiffany akan diam-diam pergi kekota A, didalam hatinya kacau, disaat dia menarik pintu mobil, dia mengingatkan Christian, "Segera pesen tiket untukku, aku mau pergi kekota A."

Christian berkata, "Direktur Shen, penerbangan ke kota A hari ini hanya ada jadwal jam 2 siang saja, hari ini sepertinya tidak bisa pesen tiket."

Taylor merapatkan bibirnya, "Kalau begitu minta izin penerbangan saja, hari ini aku mau ke kota A."

Taylor punya pesawat pribadi, hanya saja biasanya dia tidak menggunakannya, Christian tidak menyangka bahwa dia bahkan menggunakan pesawat pribadinya, dia bergegas mengakhiri panggilan telepon dan meminta izin penerbangan.

Izin penerbangan biasanya harus di mintai sebelumnya, Christian menggunakan banyak cara dan akhirnya disetujui, namun tidak boleh langsung terbang, paling cepat harus menunggu besok pagi, dia menelepon Taylor untuk melaporkannya, Taylor langsung melemparkan hpnya.

Hpnya terlempar ke kaca mobil, kaca tersebut terlihat pecah belah, hpnya tertanam diantara kacanya, dia melototi arah depannya dengan nafas terengah-engah.

kota A, bagi mereka tempat itu adalah neraka, Tiffany hanya membawa Erin sendiri saja tapi masih berani pergi ke kota A, sungguh besar nyalinya.

Taylor duduk dikursi supir, dia terpikir dengan dirinya yang mengatakan hal seperti itu kepadanya tadi malam, dia akhirnya mengerti apa yang salah yang telah dilakukan oleh dirinya, harga diri Tiffany sangatlah kuat, dia dipermalukan seperti itu olehnya, Tiffany sama sekali tidak bisa menerimanya.

Demi membuktikan bahwa ingatannya itu adalah asli, dia bahkan rela pergi kembali ke tempat 7 tahun yang lalu yang pernah dilaluinya, Taylor menatapi hpnya yang hancur, mobilnya dinyalakan dan keluar dari Kediaman keluarga He.

...........

Keesokan harinya.

Ketika Vero bangun, dia sudah baikan, Marco membawakan sarapan, itu adalah sarapan khas daerah ini, ada bakpao daging kambing dan juga sup kambing, ketika dimakan seluruh tubuh terasa hangat.

Dia masih emmbawa pakaian winter yang benar-benar bisa menahan dingin.

Erin menyelesaikan administrasi kamar hotel lalu kembali kedalam mobil jeep, mobilnya menyetir keluar kota, sepanjang jalan penuh dengan salju, orang dijalanan susah untuk berjalan diatas timbunan salju, hari bersalju, jalanan licin, Marco mengendarai mobil dengan pelan.

Erin duduk ditempat duduk supir, hpnya berbunyi, dia melihat yang menelepon, namun dia tidak menjawabnya, dia langsung mematikannya, sekarang sepertinya James sudah tahu bahwa dia dan Vero datang ke kota A.

Tidak perlu dijawab Erin bahkan tahu bahwa apa yang akan dikatakan oleh James, selain menegurnya, James pasti akan menyuruhnya segera membawa Vero kembali.

Marco menatapinya, bibirnya bergerak namun terakhir juga tidak menanyakannya.

Kondisi Vero terlihat lebih baik daripada kemarin, sepanjang jalan ini dia tidak begitu tidur, dia menatapi suasana salju, dia pernah dikurung ditempat ini selama 2 tahun, dia hampir tidak pernah melihat pemandangan yang begitu indah, karena dia terus saja dikurung ditempat yang begitu gelap.

Mobilnya terus saja melaju maju, 3 jam kemudian, sudah hampir pinggir kota, ini adalah perbatasan dua buah kota, penjagaannya ketat, identitas Marco sangatlah spesial, ditambah lagi adalah plat militer, sepanjang jalan ini tidak dipertanyakan sama sekali.

Setelah tiba di kota kecil Luoshui, waktu sudah jam 1 siang.

Di kota kecilyang terpencil ini sudah dipenuhi oleh salju-salju, Vero turun dari mobilnya, angin dingin merajalela dimana-mmana, Vero kedinginan dan merapatkan jaketnya, Marco lebih teliti, jika tidak pakaian yang mereka pakai itu tidak akan bisa menahan kedinginan itu.

Vero sambil mengosok tangannya, dia sambil mengerakkan kakinya, setelah duduk mobil yang selama ini, darah disekujur tubuhnya bahkan terasa tidak mengalir, dia menatap kesekeliling, penduduk desa disini sudah kedinginan hingga terlihat merah, mereka menatapi para pendatang ini dengan penuh siaga.

Erin berkata, "Nona Vero, tempat ini adalah kota kecil Luoshui, apakah kamu masih ada ingatan?"

Vero mengelengkan kepalanya, tempat yang sangatlah asing, dia ternyata tidak punya ingatan sama sekali dengan orang yang berada disini, "Disini seharusnya ada tempat seperti klinik kan?"

Orang yang tinggal dikota sangatlah sulit untuk membayangkan bahwa kota terpencil seperti ini akan begitu miskin, bahkan sebuah rumah sakit yang bagus saja juga tidak ada, miskinnya keterlaluan.

Ingatan Vero satu-satunya adalah berasal dari klinik, itu adalah satu-satunya tempat yang dia kunjungi sementara ketika didunia luar ini, menemukan klinik itu munkgin saja bisa mendapatkan sedikit informasi.

Erin menatapi Vero, dia tiba-tiba merasa dirinya gila juga, jika tidak mengapa dia akan setuju menemaninya kemari jauh-jauh, dia bahkan bisa membayangkan bahwa hingga setelah dia dan Vero kembali ke kota Tong, hanya saja James si orang gila itu akan mencekiknya dan menginginkan orang mati.

Marco berkata, "Dikota kecil ini memang ada sebuah klinik, namun dua tahun yang lalu terbakar, pemerintah memberikan dana untuk pembangunan rumah sakit, aku bawa kalian kesana."

Sambil berkata, udara hangat menjadi debu putih diudara, disini sungguh dingin sekali.

Mereka bertiga sudah kelaparan sepanjang perjalanan kemari, didesa kecil ini, mereka juga tidak berharap bisa mendapatkan makanan seenak apa, Marco membawa mereka kerestoran yang biasa dia pergi, setelah makan barulah pergi kerumah sakit.

Ketika tiba didepan rumah sakit, Vero berdiri disana dan menatapi bangunan berdinding merah dan atap merah itu, rumah biasa didalam ingatannya itu sudah hilang, dia mengepalkan tangannya dan melirik kekiri dan kanan, dia masih ingat bahwa diseberang klinik ada seorang pedagang daging, setiap pagi akan mengosok pisau hingga tajam dan disamping pedagang daging ada sebuah tukang rambut, disamping sana masiha da sebuah warung kecil.

Vero melirik kesana, seluruh barang sama seperti didalam ingatannya, memang benar adalah tempat ini, ini adalah klinik yang dulunya dia melahirkan.

Dia menoleh, dan melihat bangunan berlantai 3, ini adalah bangunan paling tinggi dikota kecil ini, salib berwarna merah yang berada diatasnya menusuk matanya, dia perlahan berjalan kearah sana.

Beberapa ingatan yang tertahan perlahan keluar, adegannya terlalu banyak, namun dia tidak bisa melihatnya dengan jelas, disamping telinganya ada orang yang berteriak, dia diletakkan disamping kasur oleh orang lain, roda kasur berbunyi ketika bergerak dilantai, dia menatapi langit-langit, satu demi satu lampu bersinar melewati matanya.

Erin dan Marco melihat Vero seolah kehilangan jiwa dan terus berjalan kedalam, mereka berdua saling bertatapan dan bergegas mengikutinya.

Vero perlahan masuk kedalam rumah sakit, ketika menabrak orang dia juga tidak tahu, dia terlihat bingung, dia berlari kearah ugd sesuai dengan instingnya, namun ketika sampai diujung, itu bukanlah sebuah ugd, melainkan adalah tempat penyimpanan mayat setelah direnovasi.

Rasa dingin terasa dari seluruh arah, dia berhenti diluar tempat penyimpanan mayat dengan nafas terengah-engah, diudara terlihat asap berwarna putih, Vero berlari dengan panik dan mencari kesana kemari, hilang, semuanya hilang.

Marco dan Erin terus saja mengikutinya, melihatnya sedang mencari sesuatu, Erin bergegas bertanya, "Nona Vero, apa yang sedang kamu cari?"

"Disini dulunya adalah ruang operasi, dimana ruang operasi, mengapa hilang?" tanya Vero dengan tegang.

Marco berkata, "Setelah direnovasi ulang, tempat ini menjadi tempat penyimpanan mayat, untuk apa kamu mencari ruang operasi?"

Vero berdiri disana, tidak bisa menemukan ruang operasi, ingatannya terputus, dia tidak bisa mengingat kejadian belakangnya, namun instingnya memberitahunya bahwa didalam ruang operasi terjadi sesuatu, namun dia tidak ingat lagi.

Erin melangkah menuju tempat penyimpanan mayat.

Erin melihatnya dan bergegas menghalangi jalannya, "Nona Erin, ini adalah tempat penyimpanan mayat, jangan masuk."

Vero menatapinya, namun tatapannya seolah tembus, dia mendengar suara tangisan bayi, mendengar bahwa suster memberitahunya dengan gembira bahwa itu adalah seorang anak perempuan.

Vero menutup matanya, beberapa adegan kabur muncul didalam otaknya, dan seolah adalah rambu lalu lintas yang terus menyala, namun karena terlalu cepat, dia tidak bisa menangkapnya, dia membuka matanya dan memutarkan badannya untuk berjalan keluar.

Erin dan Marco saling melirik, dan mengikuti Vero untuk keluar dari rumah sakit, lalu berjalan mengikuti jalan kecil disebelah kanan, belasan menit kemudian, mereka keluar dari Kota Kecil Luoshui, disini sudah hancur dimana-mana, boleh dibilang, Kota kecil Luoshui masih terhitung adalah tempat yang cukup makmur.

"Nona Vero....." Erin menatapi Vero yang terus berjalan kedepan, seolah setelah keluar dari rumah sakit, Vero seolah kehilangan jiwanya, tampangnya yang begini membuat Erin merasa takut.

Marco menariknya, dia mengisyaratkannya untuk jangan bertanya, "Ikuti dia saja, jangan ganggu dia, dia sepertinya sedang memikir ulang sesuatu."

Salju yang tebal disepanjang jalan, Vero bagaikan berjalan dengan ditarik oleh magnet, hingga setelah berjalan lebih dari satu jam, akhirnya Vero berhenti, Erin berdiri dibelakangnya dan menatap mengikuti arah tatapan Vero, disana ada sebuah makan kecil, didepan makam itu ada batu nisan yang tergeletak dipinggir jalan, bisa dilihat dengan buram bahwa itu tertulis bahwa Makan dari Anna Shen.

Erin akhirnya mengerti apa yang sedang dicari olehnya, dia sedang mencari makan anak itu, hatinya tersentuh dan tatapannya terhadap Vero semakin tidak tega.

Makam anaknya ada disini, maka dia dulunya memang benar pernah dikurung disini.

Vero berjongkok dihadapan makam, dia melepaskan sarung tangannya, dan mengangkat naik batu nisan itu, jarinya kedinginan hingga memerah, dia membersihkan kotoran diatas batu nisan itu, seolah sedang memeluk sebuah harta karun, dia memeluk batu nisan itu, angin dingin meniup melewati rambutnya, suara angin terdengar sangatlah menyedihkan.

Erin membalikkan kepalanya, dimatanya sudah penuh dengan air mata, dia datang begitu jauh kemari adalah untuk bertemu dengannya.

Hati Vero sangatlah sakit, jarinya menyentuh batu nisan itu sambil gemetaran, seolah sedang memegang wajah lembut dari seorang anak kecil, dia berbisik, "Anna, maaf, sanmpai hari ini barulah ibu datang untuk menjengukmu, kamu pasti sangatlah kesepian disini bukan?"

Suara angin sangatlah besar, tidak ada orang yang menjawabnya.

Bahkan lelaki seperti Marco saja juga tidak tega melihat adegan ini, jauh-jauh datang kemari, ternyata dia datang untuk berziarah kemakam anaknya.

"Salah ibu, ibulah yang tidak melindungimu dengan baik, maaf, membiarkanmu terbaring disini dengan kesepian, ibu bawa kamu pulang saja, ok?" air matanya mengalir, sekali ditiup oleh angin, wajahnya terlihat dua garis bekas air mata.

Vero kesakitan hingga keujung tulangnya, ingatannya tidaklah palsu, dia melahirkan seorang putri, seorang putri yang baik, dia begitu baik, sekali dilahirkan langsung tidak menangis, kata dokter, dia adalah anak yang paling baik yang pernah ditemuinya.

Erin melihat Vero berlutut dijalanan salju dan tidak bergerak sama sekali, badannya saja baru sembuh, Erin takut badannya akan terluka lagi jika masih lama-lama berlutut, dia maju dan membujuknya, "Nona Vero, diluar sini sangatlah dingin, ayo kita pulang, jika Anna melihat dari langit, dia tahu bahwa kamu datang menjenguknya, maka dia pasti akan sangatlah senang."

Vero tidak bergerak, dia terus saja berlutut disana, dia memeluk batu nisan itu dan terus saja berbicara dengannya, semua ucapannya adalah permintaan maaf.

Erin merasa hatinya sangat sakit, semua orang tua dimuka bumi ini sama saja begini, "Nona Vero, dengarlah perkataanku, jika tidak Anna akan tidak senang."

Bola mata Vero bergerak, seolah benar-benar takut Anna tidak senang, dia berkata, "Anna, ibu bawa kamu pualng, ibu bawa kamu pulang sekarang."

Sambil berkata, dia meletakkan batu nisan diatas lantai dan mulai mengali kuburan dengan kedua tangannya, Erin sangatlah kaget, dia bergegas menghalangi Vero dan berkata, "Nona Vero, apa yang kamu lakukan? Cepatlah bangun."

"Aku mau bawa Anna pulang, dia terlalu kesepian sendirian disini, aku mau bawa dia pulang ke kota Tong." Vero melewati Erin dan mulai mengali kuburan lagi.

Erin memegang kedua tangannya, "Anna sudah dikubur, Nona Vero,aku tahu kamu sakit hati dan tahu kamu tidak berdaya, tapi tolonglah berlogika sedikit, jangan begini."

Vero tidak bisa melepaskan tangannya dari cengkraman Erin, dia tiba-tiba menangis lepas, "Setiap hari aku pasti akan memimpikannya, dia bertanya kepadaku didalam mimpi, ibu, mengapa kamu masih tidak membawaku pulang kerumah, Erin kamu jangan halangi aku, aku mau membawanya pulang."

Erin memeluknya, "Nona Vero, sekalipun kamu membongkar kuburannya, yang kamu bawa pulang juga hanyalah setumpuk tulang saja, jangan biarkan Anna pergi dengan tidak senang, jika kamu mengali kuburnya, maka dia akan menjadi setan tidak bertuan, dan tidak bisa terlahir kembali."

Vero bersandar dibadan Erin dan menangis lepas, seolah dia ingin melampiaskan seluruh kesedihan didalam hatinya saja, dia menghabiskan seluruh nyawanya namun tetap saja tidak berhasil melindungi Anna, dia tidak pernah begitu merasa dirinya begitu tidak berguna.

Suara tangisannya membuat hati orang lain merasa sakit, suaranya terus saja membuat orang lain merasa sakit hingga kedalam tulang, didalam mata Erin ada air mata, dia menepuk punggung Vero dengan pelan, dan merengek, "Vero, Anna tidak akan menyalahkanmu, kamu adalah ibu yang paling berjasa, janganlah menangis lagi."

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu