You Are My Soft Spot - Bab 19 Kalau Kalah Anggap Aku yang Kalah

Seperti titik lemahnya sudah diserang, Tiffany Song diam dan tidak berani bergerak sedikit pun. Tidak tahu mengapa, ia percaya dengan kata-kata Taylor Shen barusan: kalau ia berani bergerak, pria itu akan menciumnya di depan mereka semua.

Melihat wanita dalam pelukannya tiba-tiba diam, dari tatapan Taylor Shen terlihat kekecewaan. Wanita ini ternyata malah mematuhi ancamannya.

Melihat dirinya ditatap seperti itu, Tiffany Song takut hingga refleks menutup mulutnya dengan tangan. Ia menatap balik pria itu dengan penuh kewaspadaan.

Taylor Shen melepaskan Tiffany Song dengan rasa puas. Melihat kewaspadaan dalam diri Tiffany Song, ia geleng-geleng dan mengelus kepala wanita itu, lalu berkata dengan manja: “Kamu duduk sini sebentar ya, kami sebentar lagi selesai.”

Tiffany Song terperangah. Kepala wanita itu merindik. Ia menoleh menatapnya, dan di bawah cahaya kuning lampu, pria itu terlihat sudah kembali tenang. Bibirnya juga menyeringai tersenyum, berarti suasana hatinya sekarang sangat baik.

Taylor Shen kemudian mematikan rokoknya dan mengambil lagi kartu yang ada di atas meja. Ia berkata pada tiga orang di hadapannya: “Lanjut main.”

Jordan Bo menatap sekilas Tiffany Song, yang wajahnya masih merah, lalu bertanya datar pada Taylor Shen: “Adik Keempat, tidak perkenalkan dahulu istrimu?”

Jordan Bo bisa dikatakan orang yang paling tua di kamar itu, nada bicaranya sangat mengintimidasi.

Taylor Shen mengeluarkan satu kartu, lalu menjawab: “Lah kalian bukannya sudah tahu?”

Freddy Bi mendekati mereka dan protes: “Kakak Keempat, gimana sih kamu? Kami kenal Kakak Ipar Keempat, tetapi Kakak Ipar Keempat tidak kenal kami. Kakak Ipar Keempat, namaku Freddy Bi, kamu bisa memanggilku Adik Kelima.”

Dipanggil dengan sebutan Kakak Ipar Keempat, Tiffany Song merasa pantatnya seperti ditusuk-tusuk oleh jarum. Taylor Shen terlihat jelas tahu mereka semua salah paham, tetapi pria itu tidak mencoba menjelaskan sama sekali. Ia kesal hingga berkeringat, “Itu, aku bukan……”

Sebelum ia selesai bicara, pinggangnya tiba-tiba terasa seperti dipegang seseorang. Ia panik dan tidak berani melanjutkan kata-katanya.

Dalam keheningan ini, yang lain juga ikut memperkenalkan diri.

“Jordan Bo.”

“Ned Guo.”

“Alex Yue.”

“Pffttt.” Tiffany Song tiba-tiba mengeluarkan suara tawa. Semua orang di ruangan itu menatapnya tidak paham. Ia langsung merasa dirinya menghadapi tekanan yang luar biasa besar, jadi ia langsung menghentikan tawanya dan berpura-pura serius kembali. Ia dalam hati masih tertawa terbahak-bahak, namun wajahnya tenang. Alex Yue? Itu nama yang sama persis dengan nama temannya yang pernah buang air di celana dulu. Sungguh kebetulan bisa mendengar nama itu lagi, kocak sekali!

“Kakak Ipar Keempat, kamu menertawakan apa? Ceritakan dong biar kita bisa tertawa sama-sama,” tanya Freddy Bi mewakili yang lainnya. Ia tengah duduk di lengan sofa.

Tiffany Song menggeleng sambil tersenyum. Orang-orang ini semuanya orang penting dalam dunia bisnis, ia tidak boleh macam-macam. Ia saja lah yang tertawa, jangan sampai membuat orang lain merasa malu dan menilai ia orang yang tidak sopan.

Alangkah cantiknya Tiffany Song saat tersenyum. Sudut matanya terlipat dan matanya yang jernih hanya tersisa sedikit. Semua orang yang melihatnya terpesona, bahkan Taylor Shen saja sampai dua kali melihatnya. Senyuman wanita itu membuat hatinya jadi sangat rileks.

Mereka bermain kartu beberapa ronde. Ponsel Taylor Shen tiba-tiba bergetar. Pria itu mengambilnya, mengecek layar, lalu memberikan kartunya pada Tiffany Song, “Bantu aku lanjutkan.”

Teman-teman Taylor Shen kebingungan menatap pria itu. Di atas meja kartu, Taylor Shen punya satu kebiasaan, yakni tidak pernah mau membiarkan orang lain menggantikannya. Kali ini pria itu ternyata malah memberikan kartunya pada Tiffany Song.

Tiffany Song buru-buru menerima kartu itu, tetapi…… “Aku tidak bisa main……”

“Tidak apa-apa, kalau kalah anggap aku yang kalah, kalau menang anggap kamu yang menang,” ujar Taylor Shen sambil menepuk-nepuk bahu Tiffany Song dan bangkit berdiri untuk pergi menerima telepon.

Baru sebentar Taylor Shen pergi, Freddy Bi langsung ingin ikut serta: “Kakak Ipar Keempat, aku ikutan juga. Aku jadi penasihatmu, kita kalahkan mereka sampai habis tidak tersisa.”

Tiga orang lainnya terkikik meledek. Setiap kali mereka berkumpul, Freddy Bi tidak pernah ikut main karena nasibnya sungguh buruk dan ia selalu kalah. Dan kali ini pun begitu, ia kalah terus sampai tiga orang lain itu tidak merasa bangga atas kemenangan mereka lagi. Mereka akhirnya melarang Freddy Bi ikut main lagi.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu