You Are My Soft Spot - Bab 134 Seharusnya Adalah Tiara

Tiffany membereskan pakaian dan mengambil dompet serta hpnya kedalam tas, dia lalu membawa tas dan turun kebawah, didalam hatinya jika ada sebuah hal, dia tidak bisa menunggunya semenitpun, jika dia tidak bisa menemukan jawaban, dia tidak akan bisa tenang.

Bibi Lan berada diruang tamu lantai bawah, melihat Tiffany yang turun tangga sambil menopang tangga, Bibi

Lan bergegas pergi membantunya, melihatnya membawa tas, Bibi Lan terkejut, "Nona TIffany, kamu mau keluar?"

"Iya, aku mau pulang ke rumah lamaku didesa sebentar." Nona Tiffany menopang tangga, satu tangganya memegang tangga, mereka turun perlahan.

Bibi Lan menatapinya dengan khawatir, "Nona Song, kamu baru saja keluar dari rumah sakit, badanmu belum pulih, kamu langsung sibuk kesana kemari, bagaimana jika kamu pingsan?"

"Bibi Lan, kamu jangan khawatir, aku tidak akan kenapa-kenapa." Tiffany duduk dikursi dan memakai sepatu.

"Nona Tiffany, kalau tidak teleponlah Tuan, biarkanlah dia pergi menemanimu, sungguh bahaya jika kamu pergi sendiri." Bibi Lan melihat dia mengeluarkan sebuah sepatu New Balance dan mengenakannya, dia tahu Tiffany sudah memutuskannya, dia hanya berharap bisa membujuknya pergi bersama Taylor.

Gerakan Tiffany memakai sepatu terhenti sejenak, setelah itu dia lanjut mengenakan sepatu, belakangan ini demi menjaganya, Taylor sudah menunda banyak pekerjaan, lagipula hal ini untuk sementara, dia juga tidak ingin memberitahukan kepada Taylor, karena bahkan dia sendiri saja juga tidak tahu bagaimana caranya untuk menghadapinya.

"Bibi Lan, aku akan meneleponnya, kamu jangan khawatir." Tiffany selesai memakai sepatu, dia berdiri dengan menggunakan tongkat, kaki kirinya yang terluka, dia masih bisa menyetir, dia meminta kunci cadangan kepada Bibi Lan, lalu keluar dari Villa dan pergi mengambil mobil di gudang mobil.

Bibi Lan menatapinya dengan khawatir, anak muda sekarang memang suka sibuk sana sibuk sini, sama sekali tidak memperhatikan kesehatannya sendiri, jika tiba-tiba pingsan dijalanan, harus bagaimanakah itu.

Baru saja dia berputar, dia langsung melihat Angelina berada ditangga masuk lantai 2, karena terlalu jauh, dia tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas, setelah itu, Angelina berputar dan naik ke lantai tiga, dia berdiri didepan jendela dan melihat Tiffany mengendarai sebuah mobil Buggati warna biru, dia mengeluarkan telepon dan menelepon sebuah nomor.

TIffany baru saja pergi, sebuah mobil sedan berwarna hitam dari villa juga keluar mengikutinya, Taylor menerima panggilan dari pengawalnya, mendengar bahwa Tiffany menyetir dan keluar, dia hampir mematahkan pulpen ditangannya, apakah dia bisa berhenti sibuk sedikit atau tidak, badannya baru pulih sedikit saja, apakah dia ingin bunuh diri?

"Ikuti dia, lihat dia mau kemana." Taylor mengakhiri panggilan, dia lalu menelepon Tiffany, telepon berbunyi tiga kali, Tiffany menerima panggilan, sebelum dia berkata, Taylor langsung membentak, "Tiffany, segera pulang, jangan berbuat onar!"

"Taylor, aku akan mengurus sesuatu didesa, paling lambat aku akan pulang besok, kamu tidak perlu mengkhawatirkanmu." Tiffany memperlambat laju mobilnya.

"Dasar, apakah kamu tahu kamu sendiri adalah seorang pasien? Segera pulang, hal sepenting apapun juga tidak sepenting kesehatanmu." Taylor menepuk meja dan berdiri, dia marah dan mondar mandir dikantornya, apakah dia punya kesadaran dirinya sendiri adalah seorang pasien atau tidak?

"Hal ini lebih penting daripada nyawaku, tunggulah aku pulang untuk menjelaskan kepadamu." seusai berakta Tiffany mematikan teleponnya dan menonaktifkannya.

Taylor tidak menyangka bahwa Tiffany berani mematikan teleponnya." Seusai berkata, dia mengakhiri panggilan, dan mematikan teleponnya.

Cristian mendengar suara dari kantor dan bergegas berdiri, ketika dia ingin masuk, pintu kantor terbuka, Taylor keluar dengan ekspresi marah.

"Direktur Taylor...."

"Sekretaris Cristian, batalkan jawal nanti sore dan besok." sebelum selesai berkata,Taylor sudah masuk kedalam lift, Cristian melihat pintu lift yang tetutup perlahan, dia bingung, ada apa ini?

Tiffany mengendarai dan keluar dari kota, dia masuk kedalam jalan tol, dari kota Tong ke desa butuh waktu sekitar 3 jam, 2 jam tol dan setelah turun tol masih harus satu jam perjalanan untuk bisa sampai dirumah nenek.

Setelah menonaktifkan teleponnya, Tiffany menyetir dengan puas, dia tahu dia begitu manjanya dan keluar, Taylor pasti sangatlah mahal, tapi dia sudah tidak mempedulikannya lagi, dua jam kemudian, dia turun dari tol, mobil menyetir keluar dari tempat pembayaran tol, Tiffany seolah melihat sosok yang familiar, dia melihatnya dan melihat ada Karry yang berdiri dengan muka tidak berdaya disana.

Dia menurunkan jendela mobil, lalu perlahan mendekat, "Karry, mengapa kamu ada disini?"

Karry berdiri didepan mobil, dia membuka tutup depan mobilnya, dan menoleh, ketika melihat Tiffany yang keluar dari mobil balapnya, dia terlihat sangatlah kaget, Tiffany, mengapa kamu juga ada disini? Bukanka kamu seharusnya berada dirumah sakit?"

"Aku baru saja keluar, rumah nenekku berada disini, aku datang untuk mencarinya." Tiffany tidak ingin banyak berkata, dia menatapinya, "Ada apa dengan mobilmu?"

"Rusak, aku sudah memeriksanya beberapa saat, namun masih tidak menemukan keberadaan masalahnya, aku sudah menelepon perusahaan asuransi dan menyuruh mereka mencari mobil kesini untuk menariknya." Karry terlihat sangat tidak berdaya.

Tiffany meledeknya, "Aku kira kalian para lelaki itu bisa mengatasi semuanya."

"Jika aku belajar teknik mesin, mungkin iya." Kata Karry, maksudnya adalah juga ada benda yang tidak dia kuasai.

Tiffany tersenyum karena humorisnya, "Kamu berencana untuk pulang ke kota Tong?"

"Iya, awalnya iya, tapi bukan setelah bertemu denganmu, kamu sakit parah dan baru keluar dari rumah sakit, apakah dia tidak akan khawatir kamu kesana kemari sendirian?" Karry sama sekali tidak terasa canggung ketika mengungkit Taylor.

Tiffany teringat kembali dengan nada bicara Taylor yang galak tadi dalam telepon, Taylor pasti sangatlah khawatir terhadapnya, dia pasti juga sangat marah Tiffany tidak menjaga kesehatan dan pergi kemana-mana, "Dia akan khawatir."

"Jika kamu sudah tahu dia akan khawatir, mengapa kamu masih melakuka hal ini? lihat saja plaster dikakimu saja masih belum dicabut, kamu sudah sembarangan pergi, kamu adalah gadis paling manja yang pernah aku temui, paling!" Karry pergi ke dekat ruang setir, dan melihat kain kasa yang berada pada kepala Tiffany.

Ketika Tiffany kecelakaan dan tinggal dirumah sakit, Karry sempat pergi menjenguknya, namun karena ada Taylor, tentu saja dia tidak berhasil bertemu dengannya, kali ini ketika melihatnya, barulah dia tahu betapa parahnya lukanya.

Kecelakaan seperti begitu, dia masih bisa selamat, peluang ini sungguh rendah, akhirnya dengan susah payah dia selamat, dia masih begini, jangankan Taylor, bahkan Karry saja juga akan marah dengan kemanjaannya.

“Turunlah kamu mau kemana aku antar saja." KArry menarik pintu mobil dan mengisyaratkannya turun.

Tiffany terus saja duduk didalam mobil dan tidak bergerak, "Tidak bagus begini, kamu masih harus pulang ke kota Tong, jangan gara-gara aku kamu menunda pekerjaanmu."

Karry melihatnya dengan keras kepala, "Aku antarkan kamu kerumah nenekmu atau kamu harus pulang ke kota Tong bersamaku, sebagai temanmu, aku tidak akan membiarkanmu sendirian ke desa, kondisimu sekarang sungguh bahaya."

"Karry, aku tidak bermasalah, serius." Tiffany mencoba untuk menyakinkannya, dia tidak ingin siapapun mengetahui untuk apa dia pergi ke desa.

Karry jelas terlihat tidak percaya, terakhir Tiffany juga tunduk dengan kekeraskepalaan KArry, dia turun dari mobil, Karry melihat plaster yang masih berada pada kaki kirinya, sekali terpikiran dia mengendarai dari kota Tong hingga kesini, jika dia adalah Taylor, mungkin saja dia akan marah hingga gila.

Karry menopangnya untuk masuk kedalam mobil, dai ingin menahan namun tidak tertahan, dia menegurnya dengan ekspresi marah, "Aku sudah dikalahkan dengan kemanjaanmu, jika kamu adalah pacarku, aku pasti akan menghajarmu."

Tiffany menundukkan kepalanya, dia tidak berani bicara, tindakannya memang terlalu manja.

Karry menutup pintu mobil dan naik ke tempat duduk setir, sepanjang perjalanan, mereka tidak begitu banyak berbincang, Tiffany menoleh keluar, dia sudah lama tidak pernah pulang lagi, semenjak neneknya meninggal, Benjamin mengantarkannya pulang sekali, waktu itu jalanan masih sangatlah buruk, tidak sebagus sekarang, dia ingat waktu itu Nyonya Song bersama dengan mereka, sambil berjalan, Nyonya Song terus saja mengeluh.

Sekarang meskipun jalanannya tidaklah luas, namun sudah datar, bahkan naik mobil balap saja juga tidak akan tergores bagian bawahnya.

Karry menyetir dengan mulus, kecepatannya juga tidak terlalu cepatini berhubungan dengan profesinya, dia menoleh dan melirik Tiffany, "Kamu bersikeras pulang kerumah nenekmu, ada hal penting apa?"

Tiffany menoleh dan menganggukkan kepalanya, "Iya, sangat penting, jadi aku harus pulang."

"Apakah boleh memberitahukan aku hal apa itu?"

Tiffany mengelengkan kepalanya, "pikiranku kacau, bahkan aku sendiri saja juga tidak tahu apa yang terjadi, jadi aku tidak tahu bagaimana cara memberitahumu."

"Tidak apa-apa, tidak perlu bilang jika kamu tidak mau." Karry tidak mempertanyakan lagi, didalam mobil ada gps, dan langsung mengarah kerumah nenek Tiffany, didalam mobil sangatlah sunyi, terkadang saja ada suara gps saja.

Satu jam kemudian, mobil melaju kedalam kota kecil Jing Fu, ini adalah sebuah tempat yang pernah ditinggali oleh Tiffany sewaktu kecil, perubahannya sangatlah besar, dulu rumah kecil disamping sana sudah menjadi bangunan bertingkat 5.

Karry memarkirkan mobil ditempat parkir rumah sakit, waktu sudah mendekati petang, orang yang lalu lalang di jalanan sangatlah banyak, Tiffany memikil tas dan sambil menopang tongkat, dia pergi membeli petasan dan kertas sembahyang, dia berencana untuk pergi menyembah neneknya karena waktu masih pagi, Karry juga tidak mempertanyakannya, kemanapun dia ingin pergi, dia terus saja mengikutinya, ketika menyetir tadi, dia sudah menyadari ada sebuah mobil sedan berwarna hitm yang terus mengikuti mereka dari belakang, dia mempercepat laju mobilnya mobil itu juga ikut, dia memperlambat, mobil itu juga lambat, sepertinya itu adalah pengawal yang diutus oleh Taylor untuk melindungi Tiffany, dan sekarang mereka sudah turun dari mobil, dua pengawal itu juga mengikuti dari kejauhan, dan sama sekali tidak menyembunyikan keberadaan mereka sama sekali.

Karry menyipitkan matanya, jika begini, makaTaylor akan datang kesini sebentar lagi.

Taylor masuk kedalam mobil, baru saja dia menyalakan mobil, teleponnya langsung berbunyi, dia melihat orang yang menelepon, sambil mengenakan handsfree bluetooth, dan sambil menyetir keluar dari parkiran, ”kakak tertua, ada apa?"

"Adik keempat, tadi pihak kepolisian menghabisi sebuah markas penjualan anak paling besar di kota Tong, semua pelaku sudah ditangkap, setelah diinterogasi oleh polisi, salah satu pelaku mengatakan bahwa 20an tahun yang lalu, dia menculik dan menjual seorang gadis di sekitar sekolahmu, berdasarkan deskripsi dia, sepertinya adalah Tiara yang hilang."

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu