You Are My Soft Spot - Bab 166 Nanti Setelah Aku Kelar Mandi Baru Kamu Masuk (3)

Malam sudah larut. Taylor Shen menatap wanita di sebelahnya yang terbaring sangat lelap. Ia mengeluskan telapak tangannya dengan lembut di wajah wanita itu untuk merapikan rambutnya yang berantakan. Jidatnya kini bersih dan ia mengecupinya. Taylor Shen kemudian turun dari ranjang.

Pria itu menyilangkan ikatan pakaian mandinya, lalu keluar kamar dan berjalan ke ruang buku.

Ia mengambil kunci dan membuka loker kedua. Tatapannya berubah jadi agak muram begitu teringat jerumbai berwarna. Ia menyalakan sebatang rokok, menghisapnya dalam-dalam, lalu menghembuskan asap yang tebal. Tidak lama kemudian seluruh sisi ruang buku sudah penuh dengan asap rokok.

Taylor Shen mengingat-ngingat dengan seksama semua yang terjadi hari ini. Ketika ia tiba di Rumah Sakit Kota An, musuh yang bersembunyi di belakangnya langsung panik dan buru-buru memindahkan si pasien wanita misterius entah ke mana.

Karry Lian tiba di Rumah Sakit Kota An bersamaan dengan dirinya. Dalam perjalannya, pria itu terlihat sedang membantunya, tetapi sangat mungkin sebenarnya dia sendiri lah musuh yang bersembunyi di belakang itu. Karry Lian memahami dengan jelas setiap gerakannya dan tahu ia sedang cari siapa. Sayang, orang-orang Karry Lian lupa membawa pergi bunga melati yang ada di atas meja teh. Ini memancing kecurigaan Taylor Shen lebih dalam.

Kalau si pasien wanita misterius yang disembunyikan itu ada hubungannya dengan mama, maka Karry Lian tidak mungkin merupakan tokoh utama di balik ini semua. Yang berhubungan dengan mama dan kenal dekat dengannya hanya Kakek Lian.

Taylor Shen tiba-tiba mulai menemukan petunjuk. Ia merogoh ponselnya dan menelepon sebuah nomor. Telepon baru diangkat beberapa saat kemudian, “Ada urusan apa?”

Taylor Shen tertegun mendengar nafas sahabatnya yang terengah-engah. Ia merasa tidak enak sudah mengganggu “ritual malam” si sahabatnya itu. Dengan senyum tipis, ia berujar: “Oh kamu lagi begituan ya. Besok aku telepon kamu lagi deh.”

Jordan Bo menatap wanita yang gigit-gigit bibir di bawahnya. Wajahnya penuh keringat dan keringat-keringat itu perlahan mengalir turun membasahi sepasang mata Stella Han. Ia masih ingin bercinta lagi. Ia mematikan telepon, melempar ponselnya ke sisi ranjang, lalu melanjutkan “ritual malam”.

Taylor Shen menaruh ponselnya di meja. Ia bangkit berdiri lalu berjalan ke sisi jendela. Ia menatap pemandangan malam sebentar, lalu mengambil ponselnya dan kembali ke kamar tidur.

Taylor Shen kembali naik ke ranjang. Ia mendekati Tiffany Song dan mendekapnya dalam pelukan. Wanita itu sempat agak terganggu, mungkin karena suhu tubuhnya yang dingin. Masih dengan posisi memeluk Tiffany Song, Taylor Shen memejamkan mata dan larut dalam lautan mimpinya.

Esok hari.

Tiffany Song merasa tengah berbaring dalam pelukan hangat seseorang ketika terbangun. Ia membuka mata dan langsung melihat wajah Taylor Shen persis di depannya. Ia teringat kehebohan semalam. Pada akhirnya, ia dibopong Taylor Shen keluar kamar mandi.

Wajahnya tersipu. Mereka jelas-jelas sudah melakukan “itu” berkali-kali, tetapi ia tetap saja masih malu setiap kali membayangkannya.

Di bawah matahari pagi, wajah Taylor Shen terlihat sangat lembut dan beda dari biasanya. Wajahnya kali ini tidak terlihat agresif sama sekali, bahkan bisa dikatakan seperti wajah orang lain kalau mengingat-ingat sikap agresifnya setiap bercinta.

Tiffany Song mengulurkan tangan dan menggambar garis-garis wajah Taylor Shen di udara. Setiap bagian di wajahnya terlihat seperti ciptaan terbaik Sang Pencipta. Wajah ini sempurna.

Tiba-tiba Taylor Shen membuka mata. Tangan Tiffany Song tertahan di udara. Ketika ia ingin menarik tangannya turun, tangan itu terlebih dahulu ditahan oleh tangan si pria. Merasa tangannya agak dingin, Taylor Shen mengernyitkan alis tidak senang, “Hati-hati pilek.”

Tiffany Song risih, “Memang aku selemah itu?”

“Ini masih pagi, tidurlah lagi sebentar.” Taylor Shen mendekap Tiffany Song dalam pelukan. Panas di tubuhnya perlahan mengalir ke tubuh Tiffany Song dan membuat wajahnya memerah sampai imut sekali.

Tiffany Song melihat suasana di luar yang sudah sangat cerah, “Sudah tidak pagi. Kita harus bangun.”

Taylor Shen memegangi pinggang Tiffany Song dengan erat. Ia menyesal sudah menjadikan Tiffany Song sebagai manajer umum. Ia awalnya hanya ingin mengalihkan konsentrasi Tiffany Song agar ia tidak berpikir macam-macam dengan penundaan pernikahan mereka. Pada akhirnya, strategi ini malah menjadi boomerang baginya. Tiffany Song sangat berdedikasi dalam jabatannya dan malah mengesampingkan dia.

“Tidak mau bangun. Kita tidur lagi sebentar,” bujuk Taylor Shen malas.

Tiffany Song tertawa melihat CEO perusahaan besar yang tiba-tiba berlagak manja bak anak kecil di depannya ini. Ia menggeleng, “Tidak. Kalau kita tidak bangun sekarang, kita akan terlambat. Aku sudah pernah terlambat sekali, aku khawatir kalau terlambat lagi para petinggi perusahaan akan mengungkit-ngunkit ini, bilang aku tidak bisa mengatur waktu dengan baik, dan menjatuhkanku dari jabatan manajer umum.”

Taylor Shen melepaskan Tiffany Song dengan kecewa. Ia paham betul posisi Tiffany Song di Tiffalor Design Corp belum stabil. Selain perlu meningkatkan level kepercayaan para pemegang saham dan petinggi perusahaan, Tiffany Song juga masih perlu menyempurnakan kemampuanmnya sendiri.

Jadi, setidak ikhlas apa pun dia melepaskannya sekarang, ia masih harus menghormati dedikasi Tiffany Song pada pekerjaannya. Ia mengamati Tiffany Song bangkit berdiri dan berjalan masuk ke kamar mandi tanpa menoleh sedikit pun. Ia merasa seperti ditinggalkan dan diabaikan olehnya.

Taylor Shen beberapa menit kemudian ikut turun dari ranjang dan ke kamar mandi. Tiffany Song sedang gosok gigi. Melihat kedatangan si pria dari pantulan cermin, ia refleks meminggir agar Taylor Shen bisa ikut sikat gigi di sisinya. Pria itu mengisi sisi yang kosong itu dan meminta tolong bak kakek-kakek: “Pencetkan odol.”

Tiffany Song mengambil sikat gigi Taylor Shen, memencetkan odol di atasnya, lalu menyodorkannya ke dia. Si pria menerima sodoran itu dan mulai menggosok giginya. Mereka sudah tinggal bersama cukup lama, tetapi rasanya belum pernah bersih-bersih pagi bareng sebelumnya. Taylor Shen terpikir untuk iseng. Ia membuat gelembung dari ujung mulutnya lalu menempelkannya di ujung hidung Tiffany Song. Ia kemudian mulai mengejek: “Jelek.”

Tiffany Song menatap Taylor Shen risih. Mulutnya berbusa jadi kata-katanya agak tidak jelas terdengar: “Jorok kamu.”

Untung Taylor Shen paham apa yang ia maksudkan. Mendengar ejekan itu, Taylor Shen kembali membuat gelembung dari ujung mulutnya dan memindahkannya ke wajah Tiffany Song. Si wanita buru-buru menghindar ke belakang. Sayang, tangan Taylor Shen terlalu panjang jadi ia kalah. Dengan hati kesal, ia membuat gelembungnya sendiri dan balas menempelkannya ke wajah tampan si pria.

Mereka berdua lama-kelamaan larut dalam keisengan ini hingga tertawa-tawa lepas. Pada akhirnya tidak ada siapa pun yang menang, wajah mereka berdua penuh busa dan terlihat sangat konyol.

Mereka memakai pakaian kerja begitu kelar siap-siap. Ketika turun ke lantai bawah, mereka melihat sebuah koper di depan pintu vila. Keduanya bertatapan bingung satu sama lain, lalu sama-sama menoleh ke Angelina Lian yang sedang sarapan di ruang makan.

Angelina Lian menoleh ke arah mereka. Ia tersenyum lebar dan tidak menunjukkan ekspresi negatif sama sekali. Wanita itu berujar, “Kakak Keempat, Kakak Ipar, ayo sarapan sini. Makanan yang sudah disiapkan Bibi Lan sangat enak loh.”

Taylor Shen dan Tiffany Song kembali bertatapan satu sama lain, lalu berjalan masuk ke ruang makan. Mereka duduk di hadapan Angelina Lian. Melihat keduanya menatap dirinya tanpa berbicara apa-apa, Angelina Lian berinisiatif bertanya: “Kalian kenapa? Mengapa kalian menatapku begini?”

“Angelina Lian, itu mengapa ada koper depan pintu?” Taylor Shen ingat betul ia tidak pernah mengusir Angelina Lian. Ia adik kandungnya sendiri. Tidak peduli kesalahan apa yang ia perbuat, ia tidak akan mengusirnya dari sini.

“Oh itu. Kemarin papa kemari bicara banyak sekali hal denganku. Ia bilang ia merasa menyesal sudah menelantarkanku dua puluh tahunan lebih, jadi ia ingin aku tinggal di rumah kediaman keluarga Shen untuk menemaninya setiap hari. Dia sudah tua, jadi aku pikir ini ide yang bagus karena dengan begini aku bisa menunjukkan bakti padanya. Kamu dan Kakak Ipar juga butuh ruang privat kan, jadi aku setuju untuk pindah ke sana hari ini juga.” Nada bicara Angelina Lian sangat sabar bak nada bicara seorang ibu pada anaknya.

Taylor Shen mengingatkan: “Angelina Lian, aku dan Kakak Ipar tidak memburumu untuk pindah kok. Kalau kamu mau terus tinggal di sini juga tidak masalah.”

“Kakak Keempat, aku paham maksudmu, tetapi papa sudah tua, jadi aku harus sering-sering menemaninya. Kamu tenang saja, asal kalian bersedia menampungku, sesekali aku akan kemari untuk tinggal beberapa hari. Rumah kediaman keluarga Shen adalah rumahku yang sebenarnya. Aku sudah menjauh dari sana terlalu lama, ini saatnya untuk kembali.” Angelina Lian lalu menoleh ke Tiffany Song. Wajahnya kini agak canggung. Ia berucap lagi: “Kakak Ipar, selama aku tinggal di sini, kita banyak bertengkar. Maaf, aku tidak sengaja. Aku hanya membantu Kakak Keempat mengujimu kok, jangan benci aku ya.”

“Santai saja, Angelina Lian.” Keputusan Angelina Lain sangat tiba-tiba sampai Tiffany Song tidak bisa memahaminya. Kok ia tiba-tiba mau pindah ke rumah kediaman keluarga Shen begini? Apa ia sudah benar-benar menerima kenyataan?

Tidak tahu apakah hatinya kelewatan waspada atau tidak, Tiffany Song selalu merasa curiga dengan segala tindak-tanduk Angelina Lian. Dua hari lalu wanita itu baru saja rebutan gaun pengantin dengannya, bahkan membolongi gaun pengantin itu sampai rusak-rusak, kok sekarang tiba-tiba berubah drastis jadi bijak begini?

“Jadi Kakak Ipar memaafkan sikap kekanak-kanakanku?” tanya Angelina Lian dengan tatapan penuh harapan.

Tiffany Song menggeleng, “Angelina Lian, aku dari dulu tidak pernah marah denganmu. Jangan masukan apa pun ke hati.”

“Baiklah kalau begitu. Kakak Ipar, sering-seringlah datang ke rumah kediaman keluarga Shen. Soal papa, aku akan bujuk dia perlahan-lahan untuk menerimamu,” ujar Angelina Lian gembira.

Tiffany Song menatap Angelina Lian lekat-lekat. Di wajahnya tidak ada kepalsuan sama sekali. Sepertinya memang ia yang kelewatan waspada jadi selalu mencurigai alasan di balik setiap tindakan wanita itu. Tiffany Song merespon: “Terima kasih, Angelina Lian.”

“Sama-sama. Asal Kakak Keempat bahagia denganmu, aku juga akan ikut bahagia.” Angelina Lian menoleh ke Taylor Shen: “Kakak Keempat, kamu tenang saja, aku dan Kakak Ipar akan akur-akur kok.”

Taylor Shen mengangguk, “Sebentar lagi aku antar kamu ke sana. Kapan pun kamu mau kemari, datang saja. Pintu rumah Kakak Keempat selalu terbuka lebar untukmu kapan pun.”

“Terima kasih Kakak Keempat. Kamu tidak perlu mengantarmu, papa sudah suruh orang buat datang jemput kok. Kalian berdua siap-siap berangkat kerja saja. Ayo cepat makan dulu, buburnya dingin nih.”

“Baik.”

Tiffany Song mengambil sendok dan mulai menyantap bubur. Ia sesekali mendongak menatap Angelina Lian. Wanita itu kelihatannya sudah menerima identitasnya sebagai Tiara dan melupakan ketertarikannya pada Taylor Shen. Ini jelas perubahan yang sangat positif, tapi kok hatinya masih tidak tenang ya?

Dulu, Tiffany Song pernah melihat Angelina Lian dengan jelas menunjukkan ketertarikannya pada Taylor Shen. Kalau dipikir-pikir, mungkin ini yang menyebabkan impresinya soal Angelina Lian buruk sekali sehingga tidak pernah percaya ia akan berubah. Tidak peduli apakah Angelina Lian sudah menerima kenyataan atau belum, ia merasa lega wanita itu akhirnya pindah ke rumah kediaman keluarga Shen.

Seusai makan, Taylor Shen naik ke atas untuk mengambil berkas, sementara Tiffany Song menunggunya di dekat pintu utama. Ia melihat koper yang ada di dekatnya. Saat Angelina Lian datang kemari, ini koper yang ia bawa. Sekarang, saat ingin pindah, ia masih pakai koper ini.

Angelina Lian perlahan menghampirinya. Dengan senyum lebar, wanita itu berpesan: “Kakak Ipar, selepas ini, mohon kamu rawat baik-baik Kakak Keempat. Kalau kalian punya waktu, sering-seringlah bujuk dia untuk pulang ke rumah kediaman keluarga Shen untuk bertemu papa.”

Tiffany Song mendongak menatap Angelina Lian yang berdiri di hadapannya. Ia entah mengapa merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyumnya ini, “Tenang saja, Angelina Lian. Aku akan sering-sering ajak Taylor Shen.”

“Iya. Aku sebelumnya terlalu seenaknya sendiri sampai membunuh ayah dan ibu angkatku, lalu diusir kakek keluar Tiongkok. Aku tidak pernah berpikir sama sekali suatu hari aku akan punya keluarga. Kemarin, begitu bertemu papa, aku langsung sadar bahwa ia lah orang yang kurang dari hidupku selama ini. Kakak Ipar, di dunia ini hanya keluarga yang tidak akan meninggalkan diri kita. Dulu aku tidak paham ini, sekarang aku paham.” Angelina Lian menghentikan sejenak kata-katanya. Melihat perubahan drastis pada air muka Tiffany Song, senyumnya jadi agak aneh, “Kakak Ipar, aku tunggu kamu di rumah kediaman keluarga Shen. Kamu dan Kakak Keempat harus balik ke sana ya!”

Tepat ketika menyadari perubahan senyuman Angelina Lian, sekujur tubuh Tiffany Song langsung merinding!

Terima kasih kepada para pembaca atas dukungan yang diberikan kepada author. Author mendoakan supaya para pembaca sehat selalu dan Tuhan selalu memberkati kalian dan keluarga kalian. Jika kalian suka buku ini, jangan lupa ya untuk di share ke teman kalian. Sukses selalu!

Bagi para pembaca yang ingin membaca buku berikutnya, silahkan di baca buku Labyrinth Love, ceritanya tak kalah menarik lo :))

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu