You Are My Soft Spot - Bab 212 Tanpa Kamu, Aku Hidup Segan Mati Tak Mau (3)

“Iya. Adam Song tidur, aku takut dia flu kalau berada di luar terlalu lama.” Jennifer Li melebarkan mantel untuk melindungi wajah Adam Song dari angin.

Mobil diparkir di luar. Wayne Shen menatap Jennifer Li. Ia sebenarnya sudah memesan restoran untuk mengajaknya makan, tetapi melihat si wanita memfokuskan seratus persen perhatian pada anak, ia tidak memaksa: “Baik, mari kita pulang.”

Keduanya menuruni tangga dan sampai di depan mobil. Wayne Shen baru membuka pintu, dari belakang terdengar suara dingin seorang pria yang familiar. Tubuh Jennifer Li, yang berdiri di belakangnya, langsung menegang.

Wayne Shen menoleh dan melihat Patrick Song yang sudah lama sekali tidak terlihat. Lagaknya masih seperti dulu, santai dan cool. Saat ini, mata si pria terkunci rapat-rapat di Jennifer Li.

Wayne Shen refleks maju ke depan Jennifer Li. Ia menghalangi wanita itu dengan tubuhnya sendiri, lalu menatap tenang pria di hadapannya. Ia pernah tenang melepas Jennifer Li padanya. Jennifer Li sendiri juga memilih dia, jadi ia pikir Patrick Song bisa memberikan kebahagiaan padanya.

Sekarang, impresi ia padanya tidak baik seperti dulu lagi. Sekarang, bagi Wayne Shen, Patrick Song merupakan pria yang tidak punya hati karena meninggalkan istri dan anak yang baru lahir.

“Patrick Song, berani kamu datang kemari!” Wayne Shen menggeretakkan gigi geram. Ia masih ingat waktu dirinya berjumpa dengan Jennifer Li di rumah sakit. Saat itu si wanita kehausan dan meminta Patrick Song mengambilkan minum. Si pria segera bergegas mengambil air dan kembali dengan berlari sampai sebagian air tumpah-tumpah di celananya. Dari peristiwa ini, Wayne Shen menyimpulkan Patrick Song peduli dengan Jennifer Li, jadi ia tidak perlu khawatir menyerahkan si wanita padanya.

Patrick Song melangkah mendekat. Melihat Adam Song terlelap di gendongan Wayne Shen, sebuah hasrat muncul dalam benaknya. Ia menatap Jennifer Li yang berdiri di belakang Wayne Shen dan bertanya: “Jennifer Li, boleh aku gendong Adam Song sebentar?”

Si wanita gigit-gigit bibir dan wajahnya pucat. Ia berusaha keras menajamkan tatapannya pada Patrick Song, lalu mengusir dingin: “Pergilah kamu. Kami tidak ingin melihatmu.”

“Jennifer Li……” Patrick Song maju selangkah lagi.

Jennifer Li mengangkat tangan seolah mengisyaratkannya untuk berhenti. Selain dingin, nada bicaranya juga penuh ketegasan, “Patrick Song, sebelum cerai kamu sudah janji untuk tidak menganggu aku dan Adam Song minimal satu tahun. Kamu sudah melanggar kata-katamu sendiri, mau aku jadi makin benci lagi?”

“Jennifer Li, ini memang terlalu tiba-tiba. Aku tahu apa pun yang aku katakan sekarang tidak akan membuatmu memaafkanku, namun aku dari dulu tidak pernah bermaksud menyembunyikan apa-apa darimu. Anak itu……” ujar Patrick Song kecewa.

“Tutup mulut!” Jennifer Li memotong kata-katanya dan mengusir lagi, “Tidak peduli apa yang terjadi dulu, kamu merupakan pengkhianat adalah sebuah fakta. Selain itu, kamu punya anak dengan si wanita itu juga merupakan fakta. Pergilah, selamat menikmati kebersamaan keluarga barumu.”

Jennifer Li lalu mengambil alih Adam Song dari pelukan Wayne Shen, kemudian masuk kursi belakang mobil.

Patrick Song mana rela melepaskannya begitu saja? Ia sudah susah payah mengejar kesini, jadi ia tidak boleh menyerah. Mereka hanya berjarak beberapa langkah, namun Jennifer Li kekeuh dengan penolakannya. Tiba-tiba, sebuah tonjokan diayunkan ke wajah kanan Patrick Song sampai dia meringis kesakitan.

Siapa lagi pelaku tonjokan ini kalau bukan Wayne Shen? Ia menatap Patrick Song tajam-tajam. Ia dari awal memang tidak sabaran untuk menonjoknya akhirnya emosi ini bisa direalisasikan juga.

Patrick Song meraba sisi bibirnya yang ditonjok. Ada bercak darah di jarinya. Pria itu tersenyum sinis pada Wayne Shen. Pria ini selalu menganggap dirinya sendiri sebagai pelindung Jennifer Li. Sekali pun sudah putus, bayangan Wayne Shen tetap membayangi pernikahan mereka setiap saat.

Tangan Wayne Shen yang barusan digunakan untuk meninju Patrick Song terus berubah bentuk. Mengepal, membuka, mengepal, membuka lagi. Ia seperti tengah berusaha mengendalikan emosinya. Tatapan Wayne Shen sangat menakutkan. Patrick Song bisa melihat kemarahan yang sangat mendalam pada dirinya.

Patrick Song ingin membalas tonjokannya dan mengajak Wayne Shen ribut. Namun, emosinya tiba-tiba terdisrupsi oleh suara lembut Jennifer Li dari kaca mobil yang tiba-tiba dibuka. Wanita itu berseru, “Kakak Wayne Shen, naiklah.”

Wayne Shen menatap Patrick Song beberapa saat, kemudian membuka pintu belakang dan masuk. Pintu baru ditutup, supir langsung melajukan mobil dengan kencang. Si pria menatap Patrick Song yang berdiri sendirian dengan penuh emosi.

Patrick Song, kali ini aku tidak akan membuatmu dapat kesempatan untuk menyakiti Jennifer Li lagi!

Setelah mobil sudah relatif jauh, Wayne Shen baru menghadap depan. Ia kemudian menengok ke wanita yang duduk di sebelahnya. Ada suatu benda berkilauan yang menetes-netes dari matanya. Ia membuang nafas panjang dan mengusap air matanya Jennifer Li, namun makin lama tetesannya makin banyak. Pria itu bertanya, “Jennifer Li, sungguh tidak bisa memaafkannya?”

Jennifer Li mendongak dan mengusap air matanya sendiri juga. Ia benci dengan pertahanan dirinya sendiri. Jelas-jelas sudah bersumpah tidak akan menangis karena Patrick Song lagi, eh tahunya sekarang malah gagal. Dengan terisak, ia bertanya: “Apa aku ini benar-benar tidak berguna?”

“Tidak kok. Jangan menangis, kamu kan tahu aku paling tidak tahan melihatmu menangis,” ujar Wayne Shen menenangkan. Jennifer Li adalah pusat hatinya. Kalau wanita itu menangis, hatinya akan ikut bersedih.

“Duniaku kalau tidak hitam ya putih, tidak ada abu-abu. Meski begitu, aku terus mencoba menahan diri. Waktu itu, aku pikir kami berdua terlalu tidak saling cinta, jadi masing-masing boleh punya satu pasangan lagi. Empat tahun lalu, pesawat yang ditumpangi Sally hilang kontak dan kakak nyaris saja ikut di dalamnya. Hatiku sangat sedih dan merasa bersalah. Aku tidak berani balik Kota Jiangning lagi dan terus tinggal di kota pinggiran. Tetapi, hari-hari itu……” Jennifer Li tidak kuasa lanjut berkata. Hari-hari itu hari-hari yang bagaimana? Hari-hari yang sangat gelap gulita……

Jennifer Li dulu mengira ia dan Patrick Song cocok. Mereka sama-sama dirundung sakit hati dan gagal hidup bersama orang yang dicintai. Ia pikir, dengan berpasangan, ia dan Patrick Song bisa saling menyembuhkan luka masi-masing. Itulah mengapa ia memilih Patrick Song.

Namun Patrick Song ternyata sama sekali tidak memilihnya, sebab yang dicinta pria itu adalah seorang aktris terkenal yang luar biasa cantik. Jennifer Li tahu Patrick Song terus merasa kehilangan Nara Su sepertinya halnya ia terus merasa kehilangan Wayne Shen.

Jelas-jelas tahu Patrick Song punya selingkuhan di luar, Jennifer Li terus bungkam dan pura-pura tidak tahu. Wanita itu percaya suatu saat nanti Patrick Song pasti akan bisa menerimanya. Sayang, kenyataannya tidak seperti yang dibayangkan. Patrick Song tidak berhenti mengejar Sara Song. Jennifer Li akhirnya makin stres dan berpikir untuk bunuh diri.

Kala itu, tingkat depresi Jennifer Li sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Ia bahkan harus terus minum obat untuk meredakannya. Pertahanan terakhir Jennifer Li amblas ketika ia melihat Patrick Song berjalan keluar rumah sakit dengan Sara Li. Ia langsung merasa dirinya sangat tidak berguna.

Jennifer Li hanya berani mengamati mereka pergi tanpa berani melabrak. Malam itu juga, sekembalinya ke rumah, si wanita mencoba mengakhiri hidup. Melihat tetesan darahnya sendiri di bathtub, Jennifer Li anehnya malah merasa lepas dan rileks.

Ia tidak akan perlu sedih lagi, tidak akan perlu menyalahkan diri sendiri lagi. Ia bisa mendahului kakak untuk pergi ke surga menemui Sally.

Hati Wayne Shen sakit bagai diiris. Ia memeluk Jennifer Li dengan lembut, “Tidak usah diungkit lagi. Jennifer Li, maaf, aku sudah melepaskanmu saat aku harus mempertahankanmu. Maaf sudah membuatmu sesakit ini.”

Si wanita menggeleng kencang. Ini bukan salah Wayne Shen, ini jalan yang ia pilih sendiri jadi harus siap menerima semua tantangan. Ia menyuruh, “Kakak Wayne Shen, kembalilah ke Kota Tong. Cari wanita baik dan menikah dengannya.”

“Tidak!” Si pria hanya menjawab satu kata. Ia sudah gagal membujuk dirinya sendiri untuk melupakan Jennifer Li selama tujuh tahun, bagaimana mungkin ia melepaskannya saat dia berstatus lajang? Wayne Shen terus menyalahkan dirinya sendiri karena waktu itu pergi. Andai saja ia tidak pergi, selama tujuh tahun pasti hidup dirinya dan Jennifer Li akan penuh sukacita.

Jennifer Li memejamkan mata, air matanya kembali menetes. Ia bukan benda mati. Beberapa hari berhubungan, ia bisa merasakan kesungguhan hati Wayne Shen untuk mencintainya kembali. Tetapi, ia sungguh merasa tidak layak lagi mendampinginya. Ia menyuruh lagi, “Kembalilah. Aku janji akan baik-baik saja di sini.”

“Aku tidak percaya denganmu. Jennifer Li, selain kalau aku bisa mengawasi langsung, aku tidak percaya kamu akan baik-baik saja.” Penipu ini…… Empat tahun lalu ia tertipu, sekarang tidak boleh lagi.

Waktu sudah lewat jauh, namun Wayne Shen terus ingat jawaban Jennifer Li saat diajak balikan sesudah dirinya bercerai. Jawaban itu hanya satu kalimat, namun sanggup membuat Wayne Shen merasa harga dirinya terluka.

Selama itu juga, Wayne Shen tetap ingin kembali membawa Jennifer Li ke pelukannya. Meski begitu, semau apapun dirinya, ia tidak berani memulai aksi. Ia pernah bercerai, mana layak dirinya bersanding dengan Jennifer Li?

Hati si wanita makin sakit, “Mengapa kamu keras kepala begini?”

“Jennifer Li, aku sudah kehilangan kamu sekali. Aku tidak boleh kehilangan kamu untuk keuda kalinya. Jangan paksa aku pergi. Tanpa kamu, aku hidup segan mati tak mau,” kata Wayne Shen serak.

Jennifer Li melepaskan diri dari pelukan Wayne Shen. Ia mengusap air matanya sambil menatap pemandangan luar yang berlalu dengan cepat. Wanita itu bertanya ringan: “Kamu mengapa bodoh begini? Aku ini tidak layak dipertahankan, aku……”

“Jennifer Li, layak tidak layaknya itu aku yang berhak menentukan.” Wayne Shen memotong kata-katanya. Ia tidak mau Jennifer Li mengeluarkan kata-kata yang merendahkan diri sendiri lebih banyak lagi. Biarlah ia egois kali ini, sebab ia tidak ingin melepaskan Jennifer Li lagi.

……

Sore hari, Vero He pergi ke He’s Corp sambil membawa proposal penawaran dan kartu belanja yang baru jadi. Pada akhir tahun, perusahaan-perusahaan banyak memberikan bonus pada karyawan. Soal berapa banyak bonusnya, itu ditentukan oleh tingkat jabatan masing-masing karyawan sendiri.

Seusai membaca proposal, James He mendiskusikan beberapa detail dengan adiknya. Ia meminta wanita itu melakukan revisi, lalu penandatanganan kontrak pun bisa dilakukan. Setelah kontrak ditandatangani, perusahaan akan langsung menugaskan Departemen Keuangan untuk memberi anggaran.

Waktu sudah menunjukkan jam pulang kantor setelah mereka kelar berdiskusi. Vero He menolak tawaran James He untuk pulang bareng. Wanita itu bilang masih ada jadwal kencan, jadi tidak makan di rumah. James He bertanya siapa pasangan kencannya, apakah Fabio Jin atau Taylor Shen?

Vero He hanya senyum-senyum saja. Ia lalu melangkah secepat mungkin keluar dari ruang kerja kakaknya bagai kupu-kupu yang ketakutan. James He menggeleng, anak ini belakangan suka main rahasia-rahasiaan ya……

Vero He menyetir balik ke Parkway Plaza. Saat mengembalikan proposal ke Erin, ia menyuruh asisten itu menugaskan orang Departemen Perencanaan melakukan revisi seusai hasil pembicaraan tadi. Ponsel Vero He tiba-tiba berdering karena dapat pesan pendek. Ia membukanya, pesan itu bertuliskan: “Aku sudah sampai. Aku tunggu kamu di parkiran bawah tanah.”

Vero He tersenyum dengan sebelah sisi bibir, ternyata tepat waktu juga ini orang. Setelah kelar menugaskan Erin, ia langsung keluar dari ruang kerja sambil membawa tas, masuk lift, dan turun ke parkiran bawah tanah tempat Taylor Shen menunggu. Sekarang ia akan berperang dan Taylor Shen akan jadi senjata utamanya. Kalau boleh jujur, hatinya tidak terlalu percaya diri.

Ini karena ia trauma dengan respon tidak acuh Taylor Shen waktu Angelina Lian jatuh dari tangga. Sampai sekarang, setiap teringat respon itu, bulu kuduknya masih bergidik. Malam ini, mungkinkah Taylor Shen berdiri di kubunya?

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu