You Are My Soft Spot - Bab 167 Tiffany Song, Kamu Panas? (2)

“Betul. Kedatanganku ke Rumah Sakit Kota An kemarin yang tergesa-gesa sepertinya sudah mengagetkan musuh. Aku khawatir, kalau aku muncul di sana lagi, aku selamanya tidak akan dapat petunjuk apa pun lagi. Jadi, aku harap kamu mau bantu aku telusuri kenyataan yang sebenarnya dari hal ini.” Raut Taylor Shen berubah semakin serius. Kebakaran lima belas tahun yang lalu, pasien wanita misterius di Rumah Sakit Kota An, luka bakar di tubuh Kakek Lian, dan sikap menutup-nutupi Kakek Shen…… Ia merasa ada sesuatu di balik ini semua.

“Investor di balik Rumah Sakit Kota An adalah Kakek Shen. Aku curiga, begitu kamu menginjakkan lantai rumah sakit, orang-orangnya langsung mengabarkan kedatanganmu padanya. Barusan kamu juga bilang Karry Lian muncul di sana, ia mungkin ada dengar kabar ini juga jadi ia datang ke sana untuk menyelidikannya. Ia bisa jadi adalah musuh kita. Kakek Lian sendiri pun memang sudah sekitar lima belas tahun tidak muncul di hadapan publik. Bekas luka bakar di tubuhnya bisa jadi karena kebakaran rumah kediaman keluargamu waktu itu. Aku akan suruh orang untuk mendalami apakah pesta di rumah kediamanmu itu ada mengundang Kakek Lian atau tidak. Kalau ada dia, kita harus dalami sekalian kapan dia pulang.” Jordan Bo mengetuk-ngetuk tempurung lutut pelan.

“Itu sudah kejadian lima belas tahun yang lalu, aku khawatir buktinya sudah dimusnahkan. Kalau itu terjadi, kita akan sulit melakukan penyelidikan.” Tatapan Taylor Shen berubah cemas.

“Asal pernah terjadi, bukti apa pun tidak akan bisa dimusnahkan semudah itu. Aku rasa kamu harus perhatikan baik-baik Karry Lian. Meski sebelumnya Lian’s Corp mengalami kerugian besar akibat tragedi Tuan Muda Kedua Lian, kalau ia dari awal memang memendam perasaan bermusuhan denganmu, ia pasti akan kembali melawanmu, bahkan dengan cara-cara yang lebih sadis. Aku dari dulu tidak pernah paham mengapa keluarga Lian segini bermusuhannya dengan kamu. Sekarang aku curiga ini ada hubungannya dengan kebakaran lima belas tahun yang lalu,” tutur Jordan Bo.

Taylor Shen mengeryitkan alis. Kabar Karry Lian berpindah profesi dari pengacara ke CEO Lian’s Corp waktu itu sangat mengagetkan. Kalau kepindahan ini ada hubungannya dengan insiden kebakaran lima belas tahun yang lalu, berarti pasti ada yang ditutup-tutupi dari kenyataan insiden itu.

“Baik. Urusan ini aku serahkan padamu ya.”

Jordan Bo bangkit berdiri, memasang kancing paling bawah jasnya, lalu mengambil mantel yang ia sandarkan di punggung sofa. Ia mencoba menenangkan: “Siap, jangan khawatir.”

Taylor Shen ikut bangkit berdiri dan mengantarkan Jordan Bo hingga ke depan lift. Ia kemudian menekan tombol “buka” dan pintu lift langsung terbuka. Baru melangkahkan satu kakinya ek dalam lift, Jordan Bo teringat sesuatu: “Oh ya, aku harap lain kali jangan telepon aku di atas pukul sembilan malam lagi.”

Taylor Shen menatap pintu lift yang perlahan-lahan tertutup. Ia paham maksud kata-kata Jordan Bo. Ia tidak tahan tertawa, ternyata “aksi ranjang” Jordan Bo semalam memang teganggu olehnya.

Taylor Shen kembali ke ruang kerja dengan diikuti Eden Zhu. Pria itu ingin melaporkan jadwalnya hari ini. Setelah Eden Zhu kelar melapor, Taylor Shen memberi perintah, “Eden Zhu, utus orang untuk mengawasi vila rumah kediaman keluarga Lian. Perhatikan baik-baik segala aktivitas Kakek Lian. Kapan ia keluar dari vila, ke mana ia pergi, semua ini aku ingin tahu dengan detail.”

Eden Zhu melihat ekspresi Taylor Shen tidak begitu natural. Ia mengangguk mengiyakan: “Baik, CEO Shen. Aku akan segera utus orang.”

Taylor Shen mengibas-ingaskan tangannya untuk menyuruh Eden Zhu pergi. Pemilik Rumah Sakit Kota An adalah Lian’s Corp, jadi waktu Kakek Lian terluka, insiden itu bisa ditutup-tutupi dengan baik hingga tidak ada satu pun orang luar yang tau. Jadi, kalau saja tidak ada embel-embel jerumbai berwarna, Taylor Shen sebenarnya tidak akan menyelidiki pasien yang ada di rumah sakit itu, juga selamanya tidak akan pernah tahu “konspirasi” dibalik luka-lukanya.

Jordan Bo bilang, asal pernah terjadi, bukti apa pun tidak akan bisa dimusnahkan semudah itu. Kata-kata ini benar sih, toh akhirnya kabar soal jerumbai berwarna sampai ke telinganya kok.

SOS, itu pesan minta tolong yang dikirimkan oleh si pasien wanita misterius. Wanita itu pasti sangat ingit lepas dari jeratan Kakek Lian. Tidak peduli apakah ia mama atau bukan, Taylor Shen harus mencarinya. Siapa tahu dengan menemukannya tragedi kebakaran waktu itu bisa terbuka lebar-lebar.

……

Selepas rapat rutin, Tiffany Song pergi menemui klien-klien lama Winner Group dengan didampingi Christian. Klien-klien ini sangat penting. Dalam situasi saat Tiffalor Design Corp butuh buru-buru memantapkan langkahnya di pasar, dukungan mereka tanpa ragu sangat berguna bagi pengokohan posisi Tiffany Song sebagai manajer umum.

Satu per satu klien dikunjungi. Mereka menunjukkan dukungan bagi Tiffalor Design Corp, juga bersedia memperpanjang kontrak kerjasama. Saat jam makan siang, Tiffany Song dan Christian makan di luar, lalu sesudahnya kembali mengunjungi lagi dua klien.

Melihat waktu yang tersisa tidak banyak, Tiffany Song meminta Christian sekalian ikut ke gedung pengadilan dengannya. Terakhir kali ia berkunjung ke gedung itu adalah ketika mengikuti sidang perceraian dengan William Tang. Asisten Felix He sudah menunggu di depan begitu mereka tiba. Ia memberi sambutan yang sangat hangat.

“CEO Song, Hakim He sudah menunggumu di ruang kerjanya.” Asisten Felix He menunjukkan penghormatan yang sangat luar biasa ke Tiffany Song. Ini tidak lepas dari sikap Felix He sendiri.

Si asisten baru pertama kali melihat Felix He secara khusus menunggui kedatangan tamu. Ini membuat dia sangat sungkan dengan wanita di hadapannya sekarang.

Mereka bertiga masuk gedung pengadilan, lalu naik lift ke lantai ruang kerja Felix He. Asisten mengantar mereka ke ruang kerja paling ujung. Ia lalu mengetuk pintu dan melapor pada Felix He: “Hakim He, CEO Song sudah tiba.”

“Persilahkan dia masuk.” Felix He bangkit berdiri dan berjalan perlahan ke pintu.

Tiffany Song bergegas masuk setelah dipersilahkan asisten. Sayang, Christian dilarang oleh si asisten untuk masuk. Tiffany Song mengangguk pada Christian seolah memberi tanda ia siap menghadapi Felix He sendirian. Christian pun jadi tenang.

“CEO Song, silahkan duduk,” sapa Felix He dengan senyum lebar. Tiffany Song hari ini mengenakan baju biru langit yang dipadukan jaket biru gelap. Untuk bawahan, ia memakai celana ketat putih. Sementara itu, untuk alas kaki, ia memakai sepatu bulu coklat.

Tiffany Song duduk di sofa sambil mengamati segala sudut ruang kerja Felix He. Perlengkapan kantornya bermodel klasik. Di belakang meja kerja Felix He, ada dua baris buku yang tebal-tebal. Di sebelah buku, ada sekumpulan folder yang tidak kalah tebal. Ruang kerja ini punya kesan yang sangat tegas sebagai ruang kerja seorang hakim.

Melihat mata Tiffany Song bergerak kesana-kemari, Felix He bertanya: “Jadi bagaimana ruang kerja ini menurutmu?”

“Kesan kuat dan intimidatifnya sangat terasa.” Tiffany Song tiba-tiba sadar pria di hadapannya seorang hakim. Ia jadi gugup sendiri. Pria ini punya kendali atas nyawa orang yang diadilinya, tetapi pembawaannya sangat santai dan kalem. Ia lebih mirip seorang paman yang suka bicara hal-hal filosofis dan nasehat positif.

Melihat Tiffany Song berubah jadi gugup, Felix He tertawa: “Kamu jangan gugup, kita berinteraksi santai saja seperti biasanya. Di ruang pengadilan, aku seorang hakim. Di ruang kerja, kamu bisa menganggapku paman.”

Kata-kata Felix He sama sekali tidak membuat Tiffany Song tenang. Ia malah jadi makin gugup. Demi menyudahi kecanggungan, Tiffany Song mengeluarkan desain dekorasi yang ia bawa, membuka halaman pertamanya, lalu menyodorkannya ke Felix He: “Tuan He, ini desain dekorasi yang sudah kami siapkan. Silahkan lihat.”

Felix He menerima sodoran Tiffany Song dan mengamati desain dekorasi itu dengan seksama. Dalam bekerja, Felix He adalah orang yang sangat serius dan fokus. Ia mengamati berkas itu sambil menyodorkan banyak pertanyaan. Setiap Tiffany Song selesai menjawab, ia memberi masukan untuk revisi.

Total Felix He menghabiskan waktu satu jam dengan desain dekorasi. Masukan-masukan yang ia utarakan sangat berharga dan Tiffany Song sudah mencatatnya satu per satu di ibuku. Wanita itu jadi sadar betul kelemahan-kelemahan desain dekorasi ini.

Tiffany Song sangat berterimakasih, “Tuan He, terima kasih banyak. Nanti aku akan revisi desain dekorasi ini sesuai pendapat-pendapat yang kamu utarakan tadi. Maaf sudah mengganggu waktumu yang sangat berharga, aku sungguh tidak enak.”

“Yang penting kamu jangan sampai merasa aku tidak mudah dilayani ya.” Felix He bangkit berdiri. Wajahnya yang daritadi serius kini berubah jadi lebih ramah.

Tiffany Song menggeleng sambil tersenyum, “Mana mungkin aku berpikir begitu? Bagiku pendapat klien sangat penting karena bisa menyadarkan aku kekurangan-kekurangan yang aku sendiri tidak lihat, juga bisa meningkatkan kualitas pengerjaan proyekku. Perusahaan apa pun baru bisa maju kalau terampil mendengarkan pendapat klien.”

“Hahaha.” Felix He tertawa lepas. Ia meledek, “Kapan-kapan aku harus mempertemukan kamu dengan James He. Dia harus dengar kata-katamu ini, sebab dia sangat jarang bersedia mendengarkan pendapat orang.”

“Itu karena Tuan He Kecil sudah sangat hebat sampai tidak perlu mendengarkan pendapat orang lain. Aku ini masih dalam proses belajar dan meraba-raba, jadi harus banyak dengar pendapat,” jawab Tiffany Song rendah hati.

“Tuan He Kecil? Panggilan yang menarik.” Felix He melipat dahi sambil tertawa. Ia tidak menyangka Tiffany Song akan memanggil anaknya dengan sebutan begitu.

Tiffany Song merapikan rambutnya yang berantakan. Ia lalu mengambil tas dan menyodorkan tangan ke Felix He, “Tuan He, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu denganku. Aku belajar banyak hari ini.”

Felix He menanggapi ajakan bersalaman Tiffany Song, “Tidak masalah. Aku antar kamu.”

“Tidak perlu Tuan He, aku tidak mau menyita waktumu lebih banyak lagi. Sampai jumpa!” Tiffany Song menolak dengan sopan. Ia lalu berjalan keluar sambil memegangi desain dekorasi. Felix He baru balik ke meja kerjanya begitu pintu ditutup.

Telepon internal perusahaan di ruang asisten berdering. Ternyata yang meneleponnya adalah Felix He. Pria itu menyuruhnya untuk mengantar Tiffany Song pulang. Si asisten langsung menghampiri Tiffany Song, “CEO Song, hakim menyuruh aku untuk mengantarmu.”

“Terima kasih. Oh iya, aku mau ke toilet dulu,” ujar Tiffany Song canggung.

Asisten dengan sigap menunjukkan arah toilet. Tiffany Song menitipkan desain dekorasi ke Christian lalu bergegas ke arah yang barusan ditunjukkan. Begitu masuk bilik toilet, ia dari luar mendengar langkah sepatu hak tinggi yang diikuti bunyi air keran mengalir.

“Kamu tahu wanita yang barusan keluar dari ruang kerja Hakim He? Wanita itu sangat luar biasa, dengar-dengar Hakim He pergi sendiri ke kantor Tiffalor Design Corp untuk memintanya mengurusi proyek dekorasi gedung pengadilan baru,” ujar seorang wanita sambil mencuci tangan. Di sebelahnya, ada satu orang wanita lain sedang memperbaiki dandanan.

“Jelas tahu dong. Dua hari lalu ia masuk berita bareng pria pujaanku, Taylor Shen. Dunia ini sangat aneh ya, masa Taylor Shen bisa jatuh cinta sama orang yang penampilannya biasa-biasa kayak dia? Kok aku tidak seberuntung dia ya, padahal kan aku jauh lebih cantik?” tanya wanita sebelahnya tidak puas.

“Kalau kamu mau keberuntungan seperti itu, kamu harus cari William Tang untuk dijadikan batu lompatan. Oh iya, aku sempat dengar suatu hal soal si wanita itu. Kamu dengar saja ya, jangan diceritakan keluar apalagi sampai ke telinga Hakim He,” ujar wanita pertama dengan misterius. Ini membuat wanita kedua jadi penasaran.

“Iya, tidak akan kok. Cepat cerita.”

Tiffany Song menempelkan telinganya rapat-rapat ke pintu bilik. Ia tidak menyangka namanya seterkenal ini di gedung pengadilan. Sayang, yang membuatnya terkenal adalah hal yang kurang baik.

Wanita pertama bercerita pelan, “Kamu ingat kasus perceraian Tiffany Song dan William He yang ramai sekali di media beberapa bulan yang lalu? Saat itu anak Hakim He, Angela He, suka dengan Taylor Shen dan terus berupaya mendekatinya. Dengar-dengar Taylor Shen menolak mentah-mentah pernyataan cintanya. Begitu Hakim He tahu orang yang disukai Taylor Shen ternyata adalah Tiffany Song, demi memuluskan cinta anaknya, ia menyuruh muridnya sendiri untuk jadi hakim utama di sidang perceraian Tiffany Song dan William Tang. Muridnya itu diwajibkan menolak gugatan cerai mereka.”

Wanita yang sedang memperbaiki dandanan langsung melotot, “Ini sungguhan? Siapa yang cerita ini?”

“Adik perempuanku berteman baik dengan Angela He. Ia dengar sendiri cerita ini dari Angela He. Sayang, rencana Hakim He tidak berakhir sempurna karena yang meniduri Angela He pada akhirnya adalah Wayne Shen, adik Taylor Shen. Ia jadi terpaksa menikah dengan Wayne Shen deh.”

Tiffany Song terkejut setengah mati. Ia tidak menyangka ada cerita tersembunyi macam begini. Pada waktu itu, ia terus menolak pendekatan Taylor Shen dan tidak pernah berpikir akan berpasangan dengannya.

Yang paling mengagetkan Tiffany Song adalah sosok Felix He, yang sangat ramah di hadapannya, ternyata pernah mengerjainya demi Angela He, anaknya sendiri.

Kedua wanita sudah cabut ketika Tiffany Song keluar dari bilik. Ia berdiri di depan cermin wastafel sambil menatap dirinya dengan bingung. Ia paham kebanyakan orang tidak sebaik yang ia kira, tetapi mengapa semua orang harus atau setidaknya pernah mengerjainya?

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu