You Are My Soft Spot - Bab 232 Vero, Mari Kita Berpacaran (3)

Pria itu bergegas mengatakan: "Anak itu memang dibesarkan oleh Taylor Shen, bernama Jacob Shen, merupakan anak yang diangkat oleh Taylor Shen sejak 6 tahun lalu, terus dibesarkan di sisinya, aku telah mengawasinya secara khusus, tidak ada bodyguard di sekitarnya, ada supir yang mengantar dan menjemputnya ke sekolah, kalau ingin menyerangnya, sangat mudah......"

Sebelum perkataan sang pria selesai, hidungnya langsung terkena lemparan sandal, merasa kesakitan dan spontan menutupi hidungnya, marah namun tidak berani mengutarakannya.

Meskipun Arthur licik, tapi juga memiliki prinsip untuk tidak melakukan hal yang tidak benar, misalnya menyerang seorang anak kecil, hal ini akan membuat dirinya sendiri merasa dirinya sangat tak berguna, "Siapa bilang aku ingin menyerangnya? Targetku adalah Taylor dan Vero."

Mengungkit tentang Taylor Shen, sang pria langsung mengingat dirinya hari itu pernah meraba tangan sang wanita yang mungil, perasaan tangan yang terasa lembut itu masih teringat di dalam hati, dia sampai sekarang bahkan masih merasa bergairah, sang pria masih belum melakukan apapun terhadapnya, tapi sudah membayar harga sebesar ini, bagaimana mungkin dia bisa menerimanya begitu saja?

Sang pria melihat bosnya sendiri dengan mata yang berlinang, berkata: "CEO Qin, Taylor Shen sekarang berada di rumah sakit, sangat sulit untuk mencari masalah dengannya, sedangkan Vero He, terdapat bodyguard di sisinya, apakah Anda masih ingat dengan sekretaris menawan yang ada di sampingnya hari itu? Dengar-dengar, dia merupakan seorang petarung yang hebat, juga mahir taekwondo dan wing chun, jika ingin menculik Vero He dari hadapan wanita itu, sangat sulit."

"Kalau tidak sulit, untuk apa aku mempekerjakan kalian?" Arthur berlagak hendak mengambil sandal dan ingin melemparkannya lagi, sang pria sudah lebih pintar, bergegas membungkuk menghindarinya, Arthur tertawa, "Sudah mampu menghindar? Berdiri dengan baik!"

Sang pria tidak berani menghindar, berdiri dengan tegak, seakan-akan memandang kematian sebagai kelahiran kembali, Arthur mengambil sandal, "Taylor Shen tidak bisa disentuh, Vero He juga sulit untuk disentuh, maka hanya bisa bertindak terhadap sang anak. Apakah kamu sudah mampu menyelidiki apa hubungan sang anak dengan Vero?"

Hanya sekedar hubungan biasa, tapi anak itu sering pergi mencari Vero."

"Menurutmu, jika menggunakan anak itu untuk mengancam Vero, tingkat keberhasilannya berapa besar?" Hati Arthur bergegas memikirkan cara bagaimana memancing Vero He keluar, orang sering mengatakan, lebih bersedia mati di hadapan wanita, jadi hantu pun tak ada penyesalan, karena bayarannya telah diberikan, bagaimana pun juga, sang pria harus menggarapnya sekali, baru bisa merasa pantas.

"Untuk sekarang, kemungkinannya lebih besar dan sama dengan nol." Sedetik kemudian, sang pria bersorak, batang hidungnya kembali dikenai oleh sandal, apa yang dikatakannya memang benar, tapi kenapa masih harus menanggung pukulan?

Arthur menyipitkan mata kecilnya, matanya memancarkan sebuah cahaya, "Kamu lanjutkan mengutus orang untuk membuntuti bocah itu, awasi setiap pergerakannya dengan Vero, ketika sebuah kesempatan telah tiba, kita akan menculik bocah itu, memancing Vero He untuk terkail."

"Baik, aku akan segera melaksanakannya." Sang pria bergegas membalikkan badan dan keluar, baru berjalan beberapa langkah, dia kembali dipanggil oleh Arthur, berkata: "Hal ini, kamu lakukan sendiri, jangan sampai membuat Nyonya tahu."

"Aku mengerti, CEO Qin tenang saja."

Arthur mengelus dagunya, wajahnya sangat galak, Taylor Shen sepertinya sedang mengejar Vero He, asalkan dia mampu mendapatan Vero He, lalu merekam sebuah video dan mengirimkannya kepada Taylor Shen untuk mengancamnya, nantinya, bukankah Taylor Shen harus mengembalikan saham perusahaan yang telah diakuisisi olehnya kembali padanya?

Nantinya, dia pun akan naik jabatan, saham pun telah kembali, ini sungguh merupakan hal yang dalam sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui!

......

Waktu secara singkat sudah memasuki musim dingin, hari itu kebetulan adalah akhir pekan, Vero He libur, pergi menemani Felix He untuk memancing ikan. James He juga khusus meluangkan waktu, untuk pergi menamani mereka bersama.

Nyonya He meskipun tidak bersedia, tapi setelah dibujuk oleh Angela He, dia tetap ikut pergi.

James He mengemudikan mobil, Felix He dan Vero He duduk di belakang, sedangkan mobil yang dinaiki oleh Nyonya He, disetir oleh supir. Raut wajah Nyonya He sangat buruk, mengeluh: "Di hari yang begitu dingin ini, sungguh tidak mengerti kenapa dia harus pergi memancing."

Papa merasa bosan berada di rumah, kamu pun sering bertengkar dengannya, kalau dia tidak keluar untuk menghirup udara segar, bukankah dia akan mati kesal." Angela He berkata dengan senyuman lebar, dulu saat mereka kembali ke negeri asal, Mamanya pernah berjanji terhadapnya, tidak akan bertengkar setelah pulang nanti dengan Papa, tapi alhasil, setelah pulang, dia tetap tidak merubah sikapnya.

Nyonya He melototinya, "Kamu sebenarnya sedang membela siapa?"

"Tentu saja kamu."

"Sungguh mampu membuatku senang, perkataan memang menyatakan membelaku, tapi hatimu sebenarnya membela Papamu bukan. "Nyonya He tidak berhasil dikelabui olehnya.

"Gawat, sudah disadari olehmu, apakah kamu memiliki mata bara api kera sakti?" Mata Angela He terbelalak, berekspresi sangat kaget.

Nyonya He berlagak hendak memukulinya, "Apakah ini merupakan cara tersirat memarahiku sebagai seekor kera?"

"Aku mana berani?" Angela He tertawa, melihat Nyonya He tidak lagi mendatarkan wajahnya, baru sang gadis menghela nafas lega.

Mobil keluar dari kota, dan melintasi jalur tol, jalan di depan mata secara perlahan-lahan telah menjadi familiar, setelah mengemudikan mobil selama setengah jam, mobil berbelok, Vero He baru menyadari, tempat yang mereka datangi adalah kebun delimanya Fabio Jin.

Mobil berhenti di depan villa, di sana, terdapat 2 mobil yang berhenti, salah satu diantaranya adalah mobilnya Fabio Jin. Belakangan ini, Fabio Jin sibuk dengan urusan pekerjaan, tapi selang 3 sampai 5 hari, dia akan mentraktirnya makan.

Sang wanita tidak menolak, pada awalnya memang sedang berhutang sebuah acara makan terhadap sang pria, tapi setiap saat hendak membayar, sang pelayan semuanya mengatakan, dia telah membayarnya, sang pria langsung mengundur traktiran makan darinya di lain hari, sang wanita mengerti terhadap maksudnya, hanya saja sekarang, dia sangat sulit untuk menerima sebuah cinta baru, juga tidak ingin menunda kehidupan asmaranya.

Sekarang melihat pria rupawan yang berdiri di depan villa menyambut mereka, hati sang wanita langsung memiliki firasat, ini mana mungkin adalah acara memancing, malah lebih terlihat seperti sebuah acara perjodohan yang tersirat.

"Paman, Tante, James, Vero, Angela, kalian telah datang." Fabio Jin bergegas datang menyambut, menyapa mereka satu per satu, setelah itu, pandangan matanya tertuju pada Vero He, dia hari ini berpakaian santai, dengan busana dan sepatu olahraga Nike, dia tidak memakai riasan wajah, dengan wajah natural, terlihat polos, terlihat bagaikan adik kecil dari tetangga sebelah.

Felix He saling berbincang-bincang dengannya sesaat, Ayah Jin dan Ibu Jin langsung keluar menghampiri, menyambut mereka untuk masuk.

4 orang anak muda berada di luar, Angela He melihat pandangan mata Fabio Jin begitu membara saat menatap Vero He, matanya mana mungkin bisa terdapat mereka lagi, sang wanita menarik James He, berkata: "Kak, di pohon sana masih terdapat delima, temani aku untuk pergi memetiknya."

James He melihat mereka berdua sekilas, lalu menganggukkan kepala, pergi ke kebun delima bersama dengan Angela He.

Di halaman hanya tersisa Fabio Jin dan Vero He, Vero He menjadi merasa tidak nyaman akibat tatapan mata dari Fabio Jin, berkata: "Mari kita juga pergi ke sana melihat-lihat."

"Baik." Fabio Jin menganggukkan kepala, keduanya menuruni tangga bebatuan, memasuki kebun delima.

Kembali berjalan di tempat yang sama, hanya saja, pria yang berada di sampingnya sudah bukanlah Taylor Shen, hati Vero He memiliki perasaan gundah yang sulit untuk dijelaskan, saat berjalan pun sedikit melamun, telinganya tiba-tiba terdengar suara seorang pria berteriak, "Hati-hati!"

Vero He masih belum sempat sadar, pinggangnya langsung dirangkul oleh sepasang lengan kokoh, memeluknya dengan erat, sang wanita menundukkan kepala, di sini terdapat sebuah parit, di dalam parit mengalir air selokan, jika kakinya jatuh ke dalam, takutnya sekujur tubuhnya akan basah kuyup.

Sang wanita berterima kasih terhadap Fabio Jin dengan wajah memerah, lalu bergegas berdiri stabil, keluar dari pelukannya.

Tangan Fabio Jin langsung kosong, sang pria perlahan-lahan mengepalkan tangannya, seakan-akan ingin menggenggam rasa hangat yang masih tersisa di telapak tangan. Dia tersenyum, "Apa yang sedang kamu pikirkan? Parit sebesar ini tidak kamu sadari?"

Vero He tersenyum canggung terhadapnya, "Memikirkan masalah tentang pekerjaan."

Fabio Jin tahu dia tidak berkata jujur, tapi tidak menanyakan lebih lanjut, terkadang, jika sang wanita bersedia membohongimu, ini berarti dia sedang memperhatikan perasaanmu, kalau dia berkata jujur, takutnya, yang tidak akan bisa menerimanya, adalah dirinya sendiri.

Keduanya melintasi parit, memasuki kebun delima, Fabio Jin menundukkan pandangan mata, melihat tangan sang wanita yang terletak di samping, hatinya tergelitik, telapak tangannya dengan pelan-pelan mendekatinya, saat sudah hampir berhasil menggenggamnya, Vero He tiba-tiba berlari ke depan, berdiri di bawah sebuah pohon delima, melihat adanya seekor anak burung sedang mengepakkan sayap di tanah, ingin terbang tapi tidak bisa, sang wanita berjongkok, memungutnya dengan berhati-hati, "Fabio, cepat lihat, anak burung ini sepertinya jatuh dari atas pohon, kita cari rumahnya, dan mengantarnya pulang, bagaimana?"

Fabio Jin berusaha menyembunyikan kekecewaan hatinya, sang pria berjalan cepat, tiba di depan Vero He, sang wanita sedang mengangkat kepala melihatnya, cahaya mentari menembus sela dedaunan menyinarinya, mata sang wanita terlihat jernih, dengan mudahnya membuat hati dia tersentuh.

Jakunnya naik dan turun di dalam kerongkongan, dengan sulit menelan air ludahnya, berpura-pura menengadahkan kepala mencari sarang burung, demi menutupi ekspresinya. Dalam sekejab, dia langsung berhasil menemukan sarang burung itu, sang pria dengan gagahnya memanjat ke atas, lalu mengulurkan tangan menerima anak burung yang diberikan padanya, meletakkan anak burung itu kembali ke sarang, sang pria mengulurkan tangan mengelus kepalanya anak burung, berkata dengan lembut: "Patuhlah, tunggu Mamamu untuk pulang, jangan sampai terjatuh lagi ya."

Saat Vero He yang ada di bawah pohon mendengar ucapan ini, tiba-tiba merasa sedih, matanya telah dilapisi dengan kegundahan.

Fabio Jin melompat dari pohon, dengan peka menyadari suasana hati Vero He terlihat aneh, keduanya melintas di kebun delima, Fabio Jin memetik sebuah delima yang merah juga besar, kemudian mereka berdua keluar dari kebun delima, berjalan ke samping sungai.

Fabio Jin membelah delima, memberikan setengahnya kepada sang wanita, Vero He menerimanya, menundukkan kepala melihat delima yang ada di tangan, "Kenapa kamu juga membelah delima seperti itu?"

"Memangnya siapa lagi yang membelah delima seperti ini?" Fabio Jin mengangkat alis melihatnya, setelah menanyakannya, baru kembali teringat, seorang pria yang sebelumnya datang bersama dengannya ke kebun delima, ujung lidahnya menjalarkan rasa pahit, "Bagaimana dengan keadaannya sekarang?"

"Membaik dengan cukup baik, sudah boleh turun dari ranjang." Vero He mengorek sebutir delima dan memasukkannya ke dalam mulut, dia sudah tidak melihatnya beberapa hari ini, situasi kehilangan kendali di hari itu masih terbayang di depan mata, sang wanita takut menghadapinya, takut sang pria mampu menggoyahkan hatinya dengan mudah.

Fabio Jin menjawab oh sejenak, "Di umurnya yang sekarang, dia akan membaik dengan lebih lambat, jangan khawatir!"

Vero He tertawa, apakah dia sedang menyatakan bahwa Taylor Shen sekarang sudah tua? Setelah melewati tahun ini, dia sudah berumur 38 tahun, memang sudah tua, tapi kalau perkataan ini didengar oleh Taylor Shen, dia pasti akan merasa marah lagi.

Terkadang, bukan hanya wanita yang memperhatikan umur, lelaki juga akan sama.

Tapi sang wanita pernah melihat sebuah artikel di majalah, yang menggunakan anggur untuk menggambarkan seorang pria, lelaki yang berusia 20 tahun adalah anggur yang keras, sangat pedas saat memasuki mulut, mampu membuat orang yang meminumnya tidak tahan, lelaki yang berusia 30 tahun adalah anggur wine, harum saat memasuki mulut, rasanya tetap ada untuk waktu lama, lelaki yang berusia 40 tahun, adalah anggur yang telah disimpan lama, melalui waktu yang lama membuat rasanya lebih pekat, bisa ditemui tapi tidak bisa digapai.

"Dia paling benci ada orang yang diam-diam menyatakan dia telah tua, langsung mengamuk ketika mengungkit tentang umur." Vero He berkata sambil tersenyum.

Fabio Jin melihatnya, senyuman di wajahnya bagaikan salju yang turun pertama kali, begitu menyilaukan. Saat mengungkit tentang lelaki itu, dia bahkan bisa memperlihatkan ekspresi yang begitu hidup ini, beberapa hari ini, apakah dirinya telah melewatkan sesuatu?

"Vero, mari kita berpacaran." Sang pria tidak ingin terus kehilangan kesempatan emas lagi, selama 30 tahun ini, ini adalah pertama kalinya dia merasa jatuh cinta terhadap seorang wanita, sangat ingin menyembunyikannya dalam genggaman tangan, dan tidak akan memperlihatkannya kepada orang lain.

Vero He terlihat jelas sangat kaget, dengan mata terbelalak melihat pria yang ada di depan, penampilannya yang sebelumnya lembut telah berubah, bola mata hitam mengandung sebuah perasaan yang harus memiliki. Sang wanita masih belum sempat bereaksi, wajah tampan itu semakin lama semakin mendekat dengannya, hingga kedua napas mereka saling berbaur bersama.

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu