You Are My Soft Spot - Bab 232 Vero, Mari Kita Berpacaran (1)

Erin membawakan selimut, Vero He mengulurkan tangan menerimanya, menyelimuti sang anak dengan teliti, Erin melihat dari samping, bercanda: "Nona Vero, tadi saat aku turun ke bawah dan melihat anak ini, aku sempat kaget, orang yang tidak tahu, pasti akan mengira dia adalah anakmu."

Vero He menundukkan mata, melihat wajah sang anak yang begitu lembut, sang wanita tiba-tiba teringat dengan putrinya, tiba-tiba hatinya merasa ada rasa nyeri yang menjalar, berkata: "Aku memang pernah melahirkan seorang anak, seorang putri."

Erin tidak pernah mendengarnya mengungkit masa lalu, setelah mendengarnya, dia terkejut, "Jadi di mana sang putri?"

Vero He berdiri, pandangan mata memandang ke luar jendela, sang wanita menarik napas dalam-dalam, berkata dengan suara serak: "Sudah mati."

"Kenapa mati?" Vero He bertanya dengan kaget. Sama sekali tidak menyadari bahwa pertanyaannya telah melewati batasan, sekarang akhirnya dia mengerti, mengapa Vero He akan berhenti selama belasan menit setiap kali melintas di sekolah TK saat kembali ke kediaman Keluarga He, melihat para anak-anak yang begitu polos dan imut dijemput pulang oleh Papa dan Mama mereka masing-masing, wajahnya selalu akan memancarkan ekspresi sedang mengenang sesuatu.

Vero He pura-pura tidak mendengarnya. Hanya membiarkan kesedihan dan kepiluan mencabik hatinya. Erin telah menunggu cukup lama, tapi tidak mendapatkan jawaban darinya, melihat dia telah terjerumus ke dalam kesedihan, dia bahkan merasa tak berdaya untuk menghiburnya.

Di hadapan kesulitan, kata-kata akan terlihat begitu kosong, dan apa yang bisa dia lakukan sekarang, hanyalah memberikan ruang untuk dia menyendiri, membiarkan dia berjalan kembali dari batasan kesedihan.

Semua memori yang gelap, penuh dengan darah dan dosa itu, terasa begitu sakit hingga membuat Vero He sangat ingin menghilangkan otaknya, apakah dengan berubah menjadi orang lain, maka bisa tidak mengingatnya lagi untuk selamanya?

"Peanut, Peanut?"

Di tengah pengenangan, Vero He mendengar ada seorang anak yang memanggilnya, tangannya digenggam oleh sang putra. Diayunkan dengan kuat, sang wanita kembali sadar, menundukkan kepala, baru menyadari Jacob Shen telah bangun, sambil memanggilnya sambil menggosok mata, penampilannya yang masih kantuk membuat hati sang wanita menjalar sebuah perasaan yang aneh.

Sang wanita berjongkok di sampingnya, raut wajah masih memancarkan warna pucat, berkata: "Jacob, kamu telah bangun?"

Jacob Shen memandangnya, wajahnya terlihat jelas terdapat ekspresi takut, "Kamu telah sakit? Raut wajahmu sangat buruk."

Raut wajah sang wanita tidak hanya buruk, apa alasannya, sang putra tidak bisa menggambarkannya, hanya merasa takut, seakan-akan, orang ini jelas-jelas ada di depan mata, tapi jiwanya bagaikan telah keluar dari tubuhnya sepenuhnya, sang anak tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya.

Vero He telah menyadari ekspresi ketakutan dan cemas dari balik tatapan sang anak, sang wanita menggelengkan kepala, berkata dengan lembut: "Aku tidak kenapa-napa, aku sangat baik, tadi hanya mengingat terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan, Jacob jangan takut."

Jacob Shen membuka mata phoenixnya yang hitam berkilau, berkedip-kedip melihat Vero He, pandangan mata itu terlihat bingung, seakan-akan tidak percaya terhadap ucapannya, Vero He menghela napas, "Aku benar-benar tidak kenapa-napa." Setelah itu, dia juga menganggukkan kepala dengan serius, menjamin dirinya tidaklah berbohong.

Mata hitam Jacob Shen yang bagaikan permata hitam terus memandangnya, sang putra tiba-tiba berlutut di depan Vero He, Vero He masih belum sadar apa yang hendak dia lakukan, sang putra dengan lembut mencium wajahnya, lalu sang wanita dipeluk olehnya.

Seorang anak yang terasa lembut, sebuah tindakan menghibur yang tidak terduga ini membuat hati sang wanita beriak.

Mata Jacob Shen begitu merah hingga terlihat hampir meneteskan darah, dia melepaskan Vero He, dan duduk kembali, melihat Vero He sejenak dengan hati-hati, melihat sang wanita tidaklah marah, baru sang putra memberanikan diri, meniru ucapan pria terhadap seorang wanita yang ada di sinetron, "Peanut, jangan sedih, aku akan selalu berada di sisimu."

Vero He mengulurkan tangan mengelus kepalanya, matanya penuh dengan senyuman, sang wanita harus mengakui, dirinya telah disembuhkan oleh tindakannya Jacob Shen tadi, "Anak bodoh."

Mereka hanya sekedar bertemu secara kebetulan, bagaimana mungkin dia akan terus berada di sisinya? Namun janji dari seorang anak yang imut, tetap saja berhasil membuat hatinya tersentuh.

"Aku tidak bodoh!" Jacob Shen membantah dengan wajah yang memerah, sebenarnya dia sangat tidak senang saat ada orang yang menyentuh rambutnya, tapi saat Peanut menyentuh kepalanya, sang pria malah tidak merasa risi, malahan merasa sangat nyaman.

"Baik, kamu tidak bodoh. Sudah lapar bukan? Bagaimana kalau aku membawamu pergi keluar untuk makan?" Di saat bersamaan saat Vero He berkata, dia sambil melihat jam dinding yang bermodel kuno-modern, melamunnya ini, bahkan sudah menghabiskan waktu selama hampir 1 jam.

"Aku ingin makan itu, yang ada sepanci sup di meja, lalu terdapat banyak cabai di dalamnya, boleh memasakkan daging dan sayur ke dalamnya." Mata Jacob Shen begitu berkilau, dia dari kecil tumbuh besar di luar negeri, sama sekali tidak tertarik terhadap hamburger ataupun steak, setelah pulang, dia pernah memakan ayam tumis pedas, rasa nikmat itu, membuatnya sulit untuk melupakannya hingga sekarang.

Tapi Bibi Lan khawatir dia akan kepedasan jika memakan begitu banyak cabai, kemudian menjadi jarang memasaknya, sang pria malah kembali merindukannya. Beberapa hari yang lalu, dia melihat iklan di televisi, dia sangat ingin memakannya, tapi Bibi Lan tidak bersedia membawanya, katanya anak-anak tidak boleh makan sembarangan.

"Yang kamu maksud adalah hotpot ya?" Vero He melihat penjelasannya yang penuh semangat, sang wanita juga ikut merasa senang.

"Benar benar benar, televisi bilangnya seperti itu, aku ingin makan hotpot." Jacob Shen menganggukkan kepala dengan kuat.

Vero He tertawa: "Kamu tidak takut pedas?"

"Tidak."

"Baiklah, aku akan membawamu." Vero He mengambil tas dan ponsel, duluan menelepon restoran untuk memesan tempat, baru membawa Jacob Shen turun ke bawah. Jacob Shen tadi datang dengan memikul sebuah tas besar, di dalamnya penuh dengan mainan dan buku, sangat berat.

Mereka hanya pergi makan, makanya tidak membawa serta tasnya. Restoran yang dipesan oleh Vero He hanya berada di seberang jalan dari Parkway Plaza, saat kedua orang telah tiba, manager restoran langsung mengantar mereka memasuki ruang VIP.

Jacob Shen berlari ke sana, dengan begitu gentlemen menarik kursi, setelah Vero He telah duduk, baru sang anak memanjat kursi yang ada di seberangnya, berlutut di sana melihat menu makanan. Sang anak baru pertama kalinya memakan hotpot, sangat tertarik terhadap semua yang ada, dan telah memesan begitu banyak makanan sekaligus.

Vero He duduk di sana dengan tenang, sambil minum sambil tersenyum melihatnya, sang manager sangat akrab dengan Vero He, karena selang beberapa waktu, dia akan datang ke sini untuk makan hotpot.

Saat ini, melihat seorang anak yang begitu mirip dengannya, sang pria berkata: "Nona He, apakah anak ini adalah kerabatmu? Sebelumnya tidak pernah melihatmu membawanya datang."

"Seorang teman yang baru saja kenal." Nada bicara Vero He hangat, mengandung sebuah rasa kasih sayang.

Sang manager menganggukkan kepala, tidak berani berkata terlalu banyak, Jacob Shen telah selesai memesan, manager keluar untuk menyuruh orang mempersiapkannya, sang anak duduk dengan baik di atas kursi, ekspresi wajah terlihat sedikit kaku, melihat Vero He dengan berhati-hati sekilas. Tadi dirinya telah memesan begitu banyak makanan, apakah Peanut akan merasa dia adalah seseorang yang rakus makan?

Tidak lama kemudian, sang pelayan menghidangkan panci masuk ke dalam, panci mandarin duck yang khusus dipesan Vero He, terdiri dari sup tawar dan pedas, terlihat bagaikan gambar Yin dan Yang, perhatian Jacob Shen seketika langsung ditarik oleh keindahannya, sama sekali tidak sempat memperhatikan sikapnya lagi.

Ketika sup di dalam telah mendidih, Vero He memasukkan makanan ke dalamnya, Jacob Shen dengan begitu semangat menggosokkan telapak tangannya, mengambil sumpit menarik sayur, lalu dihadang oleh Vero He, "Jacob, sayurnya sekarang masih belum matang, tunggu sebentar."

Jacob Shen melihat uap air yang keluar dari panci, hatinya merasa sangat tak sabaran, waktu dalam menunggu selalu terasa sangat panjang, dengan susah payah telah menantikan Vero He membolehkannya makan, sang anak menjepit sepotong daging, menggulingkannya ke dalam mangkuk saus, lalu memasukkannya ke dalam mulut, terasa panas sampai meringis.

Vero He menggelengkan kepala, takut dia akan terbakar lagi, makanya dia mengangkat sayurnya ke samping mendinginkannya dulu, melihatnya sambil mengeluh pedas, sambil menyantap dengan nikmat, sang wanita tidak makan begitu banyak pun akan merasa kenyang.

Waktu makan ini menghabiskan waktu hampir selama 1 jam, makanan yang dipesan oleh Jacob Shen hanya habis setengah, Vero He bertanda tangan, membawa seorang bocah yang perutnya membuncit kembali ke perusahaan.

Vero he membawakan wortel untuk kelinci, keduanya berjongkok di depan sangkar kelinci, Jacob Shen memegang wortel dan memberikannya pada kelinci, terlihat sangat penuh cinta.

Vero He melihat kelinci dutch ini, dia dirawat oleh Jacob Shen dengan sangat baik, selain hanya tersisa sedikit luka di bagian kaki, secara keseluruhan, sudah tidak terluka parah lagi, bahkan sudah tumbuh sedikit lebih gemuk.

Erin membawakan dokumen masuk untuk mencari Vero He agar ditandatangani, langsung terlihat satu orang dewasa dan satu bocah berjongkok di depan sangkar kelinci, pergerakan dan ekspresi bagaikan pantulan cermin, dia berjalan ke sana, "Nona Vero, ada sebuah dokumen yang memerlukan tanda tangan darimu."

Vero He berdiri, menerima dokumen itu, sang wanita bergegas membacanya sekilas, lalu bertandatangan di bagian bawah, kemudian mengembalikan dokumen kepada Erin.

Erin telah mengendus aroma pedas yang pekat dari badannya, dia berkata dengan cemburu: "Kamu tadi siang telah pergi makan hotpot, tapi malah tidak mengajakku pergi."

"Lain kali." Vero He tersenyum melihat seorang bocah dan seekor kelinci yang tidak jauh dari sana, Erin memandang ke sana juga mengikuti arah pandangannya, berkata dengan mengecilkan suara: "Orang tuanya di mana?"

"Papanya sedang menginap di rumah sakit."

"Oh, dia masih sekecil ini, tapi mereka berani membiarkannya pergi sembarangan, Ayahnya sungguh begitu tenang, tidak takut putranya diculik orang."

"Mana ada begitu banyak orang jahat di dunia ini, lagipula, anak ini begitu cerdik, orang biasa tidak akan mampu menculiknya." Vero He berkata, waktu berkenalan dengan Jacob Shen tidaklah begitu panjang, tapi sang wanita tetap mampu merasakan, anak ini cukup merasa waspada terhadap orang lain.

Waktu berlalu dengan cepat, dalam sekejab, waktu pulang kerja telah tiba, Vero He membereskan meja, melihat Jacob Shen yang berbaring di sofa, membaca buku dongeng sambil mengayunkan kaki, sang wanita berjalan ke sana, "Jacob, aku sudah mau pulang kerja, rumahmu di mana, bagaimana kalau aku pergi mengantarmu pulang?"

Jacob dalam sekejab langsung bangun dan duduk, matanya yang hitam menatap Vero He, "Begitu cepat? Tapi, aku masih belum ingin pulang." Kalau pulang, tetap hanya seorang diri menghadapi sebuah rumah besar yang kosong, berbicara pun akan muncul gema.

"Kamu sudah keluar seharian, orang tuamu akan khawatir." Vero He merasa sangat aneh, Jacob Shen telah keluar seharian penuh, tapi orang tuanya sama sekali tidak khawatir, satu panggilan telepon pun tidak ada. Seberapa lapang dadanya orang tua dia, yang bisa membiarkannya begitu bebas?

Jacob Shen menyusutkan kepalanya, berekspresi sedih, "Kalau begitu, apakah aku masih boleh mencarimu?"

"Tentu saja boleh, tapi harus di saat tidak mengganggu pembelajaranmu, mengerti?" Vero He tidak menyadari nada bicaranya begitu lembut.

"Baiklah." Jacob Shen membungkuk memakai sepatu, Vero He membantunya membereskan tas, memasukkan semua mainannya sekaligus. Ditambah dengan mainan yang dibelikannya, tasnya sama sekali tidak muat.

Jacob Shen mengeluarkan mainannya sendiri, dan memasukkan mainan yang dibelikannya ke dalam, dia berkata dengan serius: "Peanut, aku akan meninggalkan mainanku di tempatmu, lain kali aku akan datang untuk mengambilnya, kamu tidak boleh membuangnya, mengerti?"

Vero he menganggukkan kepala, "Baik, aku jamin, tidak akan membuangnya."

Setelah Jacob Shen mendapatkan jaminan, baru dia merasa puas untuk pergi bersama dengan Vero He. Vero He hendak mengantarnya pulang, tapi sang anak telah merindukan Papanya, ingin pergi ke rumah sakit dulu, makanya Vero He mengantarkannya ke rumah sakit.

Mobil berhenti di depan pintu gerbang rumah sakit, Jacob Shen membuka pintu mobil, turun dari kursi bagian belakang, dia berdiri di luar pintu kursi samping pengemudi, melambaikan tangan terhadap Vero He, "Peanut, aku naik dulu ya, berhati-hatilah saat mengemudi, setelah tiba di rumah, ingat untuk meneleponku."

Vero He tersenyum sambil menganggukkan kepala, juga melambaikan tangan terhadapnya, "Cepatlah masuk."

Jacob Shen sangat tidak senang, dia begitu tidak rela, tapi sang wanita kelihatannya sama sekali tidak terlihat tidak rela berpisah dengannya, jelas-jelas mereka telah melewati satu hari yang indah. Sang putra mundur 2 langkah, membalikkan badan dan masuk ke dalam rumah sakit, baru berjalan beberapa langkah, dia membalikkan kepala, melihat mobil sedan biru telah melaju pergi, lampu belakang bersinar sekilas di gelapnya malam, lalu menghilang di jalanan.

Suasana hatinya murung, berjalan dengan begitu pelahan menuju lift dalam rumah sakit.

Gambaran ini, terlihat oleh mata Arthur yang baru saja keluar dari kamar pasien Taylor Shen, belakangan ini, dia bagaikan tikus tanah, ditekan oleh Taylor Shen hingga menghadapi jalan buntu, setelah mendapatkan pentunjuk dari seseorang, dia akhirnya tahu kenapa dia telah menyinggung Taylor Shen, dia bergegas datang kemari untuk memohon maaf.

Tapi pria yang dingin itu, sama sekali tidak memberikan kesempatan baginya untuk berubah, dan bersikeras untuk menendangnya keluar dari anggota dewan. Dia telah berkarir di Kota Tong selama bertahun-tahun, tidak saling berurusan dengan Keluarga Shen, tapi Taylor Shen malah ingin mendorongnya ke jalan buntu hanya demi seorang wanita, yang benar saja!

Jika amarah ini tidak dilampiaskan, maka dia bukanlah bermarga Qin!

Sang pria mengikuti anak itu masuk ke lift, lalu tiba di lantai kamar pasien VIP, melihatnya telah masuk ke kamar pasien milik Taylor Shen dari kejauhan, matanya memancarkan sebuah aura yang licik, Taylor, karena aku begitu tidak berbelas kasihan, maka jangan salahkan aku bersikap tidak adil, kalau tidak percaya, mari kita lihat saja sendiri!

......

Taylor Shen menyadari Jacob Shen terlihat senang hari ini, semenjak dia memasuki kamar pasien, dan menyapanya, dia terus bernyanyi "Kamu mendominasikanku, aku mengagumimu, tidak ada cara lain yang lebih baik lagi, aku hanya bisa mencintaimu......"

Suaranya begitu sumbang, membuat urat nadi di keningnya bermunculan, sang pria bergegas meliriknya, putranya langsung diam. Tapi setelah diam beberapa detik kemudian, dia kembali bernyanyi dengan penuh semangat.

"Jacob!" Taylor Shen sudah tak tahan lagi, "Kalau kamu terus menghasilkan suara berisik, kamu percaya tidak aku akan membuangmu keluar?"

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu