You Are My Soft Spot - Bab 282 Kembalinya Hantu (2)

Taylor Shen mengangkat foto Tuan Besar Xu dan mengamatinya lekat-lekat. Di dalam foto, si pria berdiri tegap dan gagah sembari mengenakan seragam kebesaran tentara. Ketika menatap sepasang mata tajam Tuan Besar Xu, Taylor Shen entah mengapa merasakan sesuatu yang familiar.

Melihat bosnya terus mengamati foto Tuan Besar Xu, Christian bertanya: “CEO Shen, kamu berfirasat Nyonya Shen adalah keturunan keluarga Xu?”

“Entahlah, pokoknya aku minta kamu telusuri Nona Kedua keluarga Xu ini. Tidak peduli seberapa tertutup informasi-informasi soal dia, telusuri sedalam mungkin,” jawab Taylor Shen dingin. Ia punya firasat yang menakutkan, apa mungkin Vero He punya hubungan dengan keluarga Xu?

Musuh mereka sangat kuat dan perkasa. Bagi si musuh, menyulitkan jalan mereka untuk menemukan ibu kandung Vero He bukan perkara sulit. Meku tidak mudah, Taylor Shen tidak mau menyerah begitu saja. Penyakit Vero He bisa makin parah sekarang salah satunya karena pernah ditinggal waktu kecil. Akibat ditinggal, wanita itu jadi tidak memiliki rasa aman.

Kalau bisa menemukan ibu kandungnya, semoga saja Vero He jadi punya rasa aman.

Tidak peduli bagaimana, kalau pun harus berhadapan dengan keluarga Xu, Taylor Shen rela melakukannya demi Vero He.

“Baik, aku segera urus,” angguk Christian dengan diikuti gerakan balik badan dan langkah keluar.

Taylor Shen untuk kesekian kalinya membaca profil keluarga Xu. Kekuatan keluarga ini sama sekali tidak kalah dengan keluarga He. Buktinya, Felix He sudah melakukan penyelidikan selama tiga tahun, internal keluarga Xu sama sekali tidak berhasil disentuh. Dari sini, terlihat jelas bahwa keluarga itu sudah menyiapkan antisipasi sejak dini biar tidak berurusan lagi dengan masa lalu. Tetapi, kalau Nona Kedua Keluarga Xu benar-benar ibu kandung Vero He, mengapa dia dari dulu tidak pernah mencari wanitanya ini?

Di dunia ini, ibu mana yang bisa setega itu?

Sebentar, kalau dirinya menemukan Nona Kedua Keluarga Xu dan si wanita menolak mengakui Vero He sebagai anaknya, apakah penyakit Vero He malah akan bertambah parah? Taylor Shen seketika tidak tahu harus bagaimana. Jalan yang ini salah, jalan yang itu salah!

…….

Sehabis dari rumah sakit, Erin pergi mencari James He. Pria yang dicari sedang rapat, jadi dirinya diminta sekretaris si pria untuk menunggu di ruang kerjanya. Mempertimbangkan identitas dirinya, Erin memilih dan bersikeras menunggu di ruang tamu saja.

Sekretaris dalam hati bertanya pada diri sendiri, dulu-dulu wanita ini tiap datang bukannya langsung masuk ruang kerja CEO He ya? Mengapa tiba-tiba berubah begini?

Rapat James He baru berakhir setengah jam kemudian. Erin, yang tengah berdiri di depan jendela dan mengamati pemandangan luar, mendengar suara pintu di belakangnya dibuka. Ketika menoleh, ia melihat sosok James He berjalan masuk. Hatinya agak gugup, namun berhasil ditenangkan lagi dengan sangat cepat.

James He terus melangkah hingga tiba di hadapan Erin. Pria itu bertanya dengan tatapan dan nada menyelidik, “Ada urusan apa mencariku?”

Erin membunag muka, lalu kembali menatapnya dengan gaya yang profesional, “Ada sesuatu yang aku lupa ceritakan padamu. Nona He pernah menyuruhku mengutus orang untuk mencari sebuah tempat.”

“Tempat apa?” Si pria berjalan ke sisi meja kerja dan setengah bersandar di sana.

“Sebuah rumah. Di tempat kamu menyelamatkanku, aku pernah menyuruh orang untuk mengecek apa ada rumah macam itu di sana. Warga sekitar bilang belum pernah lihat sama sekali,” jawab si wanita.

James He menyipitkan mata. Ia menyampaikan analisis pribadinya: “Lima tahun lalu, ketika membawa Vero He kembali, aku sempat ke sana untuk mencarinya. Di sana tidak ada apa-apa. Waktu itu aku mengira para penculik sudah melenyapkan semua jejak, lalu kabur. Tetapi, kalau sekarang dipikir dengan seksama, sepertinya ada sesuatu yang kita tanpa sadar abaikan sejak awal.”

Erin menanggapi lagi dengan makin serius, “Penyakit Nona He kambuh lagi hari ini. Ia berhalusinasi ada suara yang terus berbisik di telinganya. Suara itu mengingatkannya untuk tidak memercayai siapa pun dan bilang bahwa Jacob Shen adalah bukti Taylor Shen berkhianat. Aku curiga Nona He sudah dicuci otak atau dihipnotis.”

James He seketika berdiri dengan tegap tanpa bersandar lagi. Auranya jadi terlihat semakin kuat dan intimidatif. Ia mendebat, “Adikku dicuci otak atau dihipnotis? Tidak mungkin! Kalau dia dihipnotis, mana mungkin Nick He tidak menyadarinya?”

“Cuci otak dan hipnotis seringkali digunakan untuk menaklukkan tahanan yang keras kepala. Waktu Nona He dibawa ke rumah kediaman keluarga He, jiwa dan benaknya sudah runtuh hancur. Waktu itu tugas yang paling mendesak buat kita adalah memulihkan dunianya. Kita tidak memerhatikan sama sekali apakah dia dicuci otak atau dihipnotis.” Erin pernah lihat sendiri seberapa menderitanya orang yang dicuci otak dan dihipnotis.

Semakin keras kepala seorang tahanan, maka tekanan yang ia dapatkan akan semakin berat.

Sekujur tubuh James He kaku bagai jadi batu. Ia dan Nick He tidak pernah memikirkan kemungkinan Vero He dihipnotis. Kalau kemungkinan ini benar, bias jadi semua penderitaan yang adiknya alami bukan pengalaman pribadinya, melainkan hanya halusinasi yang dipancing melalui hipnotis.

Kalau ini memang benar terjadi, gila! Menakutkan sekali!

Kalau si wanita sebenarnya dihipnotis, karena tidak paham seluk-beluk masa lalu Vero He, mereka tidak bakal bisa membedakan mana ingatannya yang asli dan mana yang hanya halunasi. Dengan kondisi begini, mereka tidak akan bisa menjalankan penyelidikan apa pun.

“Kalau begini, pembunuhan Nick He jadi ada alasan validnya. Ia pasti menemukan sesuatu soal cuci otak dan hipnotis itu. Mengapa aku baru terpikir ini sekarang ya?” tanya James He riish pada dirinya sendiri. Ia tahu psikiater seringkali menggunakan metode hipnotis untuk mengobati trauma pasien. Tetapi, ia sama sekali tidak tahu metode ini bisa dipakai untuk mengutak-atik ingatan seseorang!

Ingatan asli dicampuradukkan dengan ingatan palsu, atau bahkan digantikan sepenuhnya. Membayangkannya saja ia sudah sangat merinding!

“Sebentar, logikamu salah. Waktu aku menemukan Vero He, sekujur tubuhnya penuh luka. Kalau musuh kita hanya ingin memainkan ingatan dia, si musuh tidak punya kepentingan untuk melakukan kekerasan padanya,” debat James He tiba-tiba.

“Kalau kita salah, kalau musuh itu bukan cinta dia melainkan benci dia sampai ke tulang-tulang bagaimana?” Erin merasa mereka perlu untuk menata ulang jalan pikiran mereka biar bisa ketemu jalan keluar. Mereka sudah diperdayai sudah sangat lama, ini waktunya bagi mereka buat menyerang balik!

James He kaget hingga mundur dua langkah. Eh, sebentar…… Kalau tidak cinta dan benci, si musuh jelas punya kepentingan untuk membunuh Vero He. Kok dia sampai sekarang membiarkannya hidup? Kok dia hanya mengutak-atik ingatannya dan mengembalikannya pada kita-kita?

“Tuan Muda, bangunan yang Nona He ingat sebagai tempat dirinya disekap tidak eksis. Ini membuktikan sesuatu, yakni ingatannya soal bangunan itu adalah palsu. Dengan membuat ingatan palsu ini, si musuh berharap usaha kita untuk menelusuri peristiwa hilangnya Nona He selama dua tahun bakal terus terhalang. Aku sekarang malah curiga, jangan-jangan malah ingatannya palsu semua.” Erin makin lama makin pening. Kalau semua palsu, jadi apa yang asli?

Sekalinya jiwa Nona He runtuh, pikirannya akan terjerumus masuk dalam jurang tidak berdasar dan berubah jadi orang yang hidup segan namun tidak mau mati?

Ini, ini jauh lebih seram daripada kena sakit jiwa!

“Orang yang menyakiti Vero He wajib ditemukan! Kalau orang itu sudah kita tangkap, aku akan buat dia mati dengan tubuh terpotong-potong!” kata James He marah dengan diakhiri gertakan gigi.

Jantung Erin berdebar kencang melihat perubahan sikap bos prianya yang drastis ini. Ia bertanya hati-hati.

Dengan pertanyaan Erin ini, James He baru ingat ada satu orang yang lebih peduli dengan Vero He dibanding mereka. Ia berbalik badan dan melangkah cepat meninggalkan ruang kerja. Erin terdiam di tempat dan mengamati bayangan tubuhnya yang menjauh. Perlahan tapi pasti, ketegangan di wajah dan tatapannya menurun.

……

Setelah mandi dan ganti pakaian di rumah, Vero He mengemudikan mobil ke kantor. Ia tidak punya urusan apa-apa di rumah, itulah sebab mengapa dia memutuskan ke kantor saja. Dengan menyibukkan diri dengan urusan kantor, ia bisa menghindari pikirannya terbang ke hal yang tidak-tidak.

Setibanya di kantor, ia tidak menemukan Erin di tempat biasanya. Ketika ia masuk ke ruang kerjanya sendiri, ia menjumpai sebuket bunga dan sebuah kartu ucapan di atas meja. Vero He berjalan mendekati kedua benda itu. Di bawah cahaya matahari luar, mawar merah misterius ini terlihat cantik dan menyebarkan aroma ke seluruh penjuru ruangan.

Vero He mengangkat buket bunga dan menciuminya. Mengira ini dikirim oleh Taylor Shen, suasana hatinya jadi baik sekali. Ketika membuka kartu ucapan, ia menjumpai dua kata di dalamnya: “aku kembali!”

Si wanita mengernyitkan alis. Ini bukan tulisan tangan Taylor Shen, jadi bunga ini juga bukan kirimannya. Terus, siapakah pengirim aslinya? Ia mengangkat gagang telepon internal kantor dan memanggil sekretaris untuk datang. Ketika yang dipanggil sudah tiba, ia bertanya, “Ini bunga dari siapa?”

“CEO He, ini diantar oleh kurir. Satpam sudah mengecek dan bilang tidak ada masalah, jadi aku membawanya kemari. Ada apa memangnya?” tanya sekretaris bingung. Ia pernah diberi tahu orang bunga mawar dari toko ini dikirimkan langsung dari Bulgaria. Orang berduit zaman sekarang memang gila, hobinya beli yang aneh-aneh!

“Tidak ada apa-apa,” jawab Vero He sembari mengibaskan tangan tanda menyuruh bawahannya keluar.

Pintu tertutup, ruang kerja Vero He kembali hening. Ia membolak-balik kartu ucapan yang tengah dipegangnya. Di bagian bawah belakang, ia melihat simbol sebuah topeng putih. Si wanita ingat betul ini topeng putih yang ia kenakan ketika menerima permintaan wawancara televisi beberapa bulan lalu.

Di atas simbol topeng, ada tulisan “Kembalinya Hantu the Phantom of the Opera, 18 Juli di Rumah Opera Kota Tong”.

Membaca tulisan ini, Vero He dalam hati bertanya-tanya. Pertunjukkan apa ini? Hantu siapa ini? Apakah ini hanya bercandaan? Si wanita lalu teringat sesuatu. Ketika diretas waktu itu, ponselnya memutarkan lagu the Phantom of the Opera tanpa henti. Apa ada hubungan antara keduanya ini?

Si wanita duduk di kursi kerja dan menyalakan komputer. Dalam hitungan detik, komputer sudah siap digunakan. Vero He membuka mesin pencari, mengetikkan “Kembalinya Hantu the Phantom of the Opera”, dan menekan tombol cari.

Layar laptop dengan segera menampilkan hasil pencarian. Yang jadi hasil teratas adalah situs resmi opera ini. Ketika ia membukanya, sebuah topeng putih segera muncul di layar dan mengarahkan situs ke laman promosi.

Tulisan “Kembalinya Hantu the Phantom of the Opera” ditulis dalam huruf yang menyeramkan. Saking menyeramkannya, Vero He bahkan sampai bergidik ketika pertama melihatnya. Untung saja saat ini hari tengah terang, kalau malam-malam dia pasti sudah jauh lebih ketakutan.

Setelah menenangkan diri, si wanita membaca penjelasan singkat tentang acara. Penjelasannya tidak begitu banyak, mungkin untuk menjaga kerahasiaan isi opera. Yang banyak adalah foto-foto para pemeran yang bertopeng dan memeragakan berbagai gestur aneh.

Seolah dirinya bertemu langsung dengan para pemeran, Vero He merasa sekujur tubuhnya mendingin. Selama melihat foto-foto ini, ia entah mengapa juga merasa ada orang yang terus menatapnya di sebelah. Ketika menoleh ke sisi itu, ia tidak menemukan siapa-siapa.

Kembalinya Hantu the Phantom of the Opera...... Tampilan promosinya sangat menyeramkan, siapa yang tertarik menonton coba?

Dengan sedikit keberanian yang masih tersisa, Vero He menge-scroll situs ke bagian bawah. Tiba-tiba mendengar lagu “the Phantom of the Opera” terputar, ia kaget hingga tangannya bergetar. Entah ia tidak sengaja memencet apa, di layar muncul sebuah gambar bergerak.

Di gambar itu ada seorang pria bertopeng dengan jas yang serba hitam. Di kedua sisi punggung pria itu, ada sepasang sayap hitam juga. Meski ditutupi topeng, namun garis dan lekukan wajah si pria terlihat dengan sangat jelas. Tanpa topeng, ia pasti akan terlihat super tampan.

Si pria dalam gambar terus menatap Vero He lekat-lekat. Yang ditatap sangat ketakutan dan ingin menutup situs, namun jari-jarinya kaku sampai tidak bisa bergerak. Tiba-tiba, si pria tersenyum misterius dan berujar dengan mulut yang dibuka lebar-lebar: “I came back!”

Seiring dengan kata-kata itu, volume dan keseruan lagu “the Phantom of the Opera” mencapai titik puncaknya dan kemudian menurun. Dengan wajah pucat, Vero He memaksakan jarinya yang kaku untuk menekan tombol tutup situs dengan mouse. Sayang, karena jarinya sulit bergerak, ia tidak berhasil menutup apa-apa. Si wanita jadi semakin ketakutan saat melihat sepasang mata pria dalam gambar mengeluarkan darah.

“Aaahhh!”

Sembari berteriak, Vero He tanpa sadar melemparkan gelas berisi kopi ke layar komputer. Layar otomatis pecah dan menghitam, lagu pun berhenti. Si wanita mencengkeram kencang-kencang ujung meja kerja dengan kedua tangan. Nafasnya naik turun dengan cepat seolah semua energinya habis karena berolahraga berat. Tubuhnya lalu terasa lemas dan melorot ke lantai.

Erin tadi baru keluar dari lift. Mendengar suara teriakan dari ruang kerja CEO, ia dan dua orang sekretaris segera berlari ke sana. Melihat bosnya terbujur lemas di lantai dengan bersandarkan kaki kursi, Erin langsung panik. Ia mengulurkan tangan dan membantunya berdiri, “Nona He, ada apa?”

Dengan bantuan sekretaris wanita, Erin mendudukkan Vero He ke sofa. Dengan kondisi bosnya yang tiba-tiba begini, ia tidak berani meninggalkannya barang untuk sedetik pun. Wanita itu menyuruh sesuatu pada sekretaris wanita: “Tuangkan segelas air.”

“Baik!” jawab sekretaris wanita sembari bergegas ke ruang isi teh dan air. Sama dengan Erin, pekerja yang satu itu juga sangat khawatir dengan Vero He. Bosnya dua hari berturut-turut kehilangan kendali, entahlah apa penyebabnya!

“Dingin…… Erin, aku kedinginan.” Vero He duduk dengan posisi kedua tangan memeluk kedua kaki. Sekujur tubuhnya gemetar. Selain itu, jidatnya berkeringat dingin dan bibirnya pucat. Siapa pun yang melihatnya pasti tahu dia tidak baik-baik saja, sungguh tidak baik!

Erin menyelimuti bosnya dengan selembar kain, berdiri di hadapannya, dan menahan kedua tangannya yang dingin sekaligus kaku, “Jangan takut. Ada aku di sini, jangan takut!”

Novel Terkait

My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu