You Are My Soft Spot - Bab 152 Tidak Ada Orang yang Bisa Melepaskan Dirinya Sendiri (2)

Tiffany Song bermimpi buruk. Ia mimpi ia jatuh dari atas sekumpulan awan ke bumi, lalu jatuh lagi dari bumi ke neraka. Terakhir semua pandangannya putih, lalu ia pun pingsan.

Melihat wanita dalam pelukannya sudah terlelap, Taylor Shen mengambil selimut untuk menyelimutinya. Ia mengecupnya pula sekali. Sekian lama takut Tiffany Song ketakutan, ia akhirnya bisa melampiaskan semua rasa nafsunya pada wanita itu tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Taylor Shen harus mengakui bahwa dirinya terlalu jahat karena tidak memberitahukannya soal hasil tes DNA terbaru. Ia tidak memberitahukan Tiffany Song bahwa dia bukan adiknya, jadi wanita itu sungguh merasa tertekan dan putus asa dengan keagresifannya. Semua ini Taylor Shen lakukan untuk memberitahunya bahwa tidak peduli siapa pun dia, perasaannya padanya tidak akan berubah sama sekali. Tiffany Song tidak punya alasan untuk pergi.

Yang jadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana ia harus memberitahukan Tiffany Song bahwa dia bukan Tiara.

Taylor Shen memijat-mijat pelipis. Tubuh dan jiwanya lelah, ia tidak bisa tidur. Taylor Shen babgkit berdiri, merapikan pakaiannya, lalu kembali mengeluarkan rokok dan menyalakannya. Kilatan api dari korek api langsung memenuhi ruang istirahat yang remang-remang.

Mungkin karena terhirup asap rokok, Tiffany Song yang tengah bermimpi tiba-tiba berbatuk. Taylor Shen langsung mematikan rokok yang baru dinyalakannya dan membuka jendela agar udara dalam ruangan tertukar dengan udara segar.

Taylor Shen kembali ke ranjang, lalu merabgkul Tiffany Song dan mengecup bibirnya, “Tiffany Song, tidurlah yang lelap. Saat kamu bangun, aku akan ceritakan semuanya.”

Tidur Tiffany Song sama sekali tidak lelap. Ia bermimpi tengah berjalan di tangga langit yang membentang lurus ke atas. Di atasnya ada surga, sementara di bawahnya ada neraka. Ketika melihat neraka, ia menyadari ada ratusan tangan mencoba menarik-narik kakinya. Ia sungguh takut jatuh ke sana.

Pijakan Tiffany Song tiba-tiba tidak stabil dan ia pun terpleset jatuh. Tiffany Song langsung dikerubungi para hantu, salah satunya bermulut penuh darah dan terlihat lapar.

Tiffany Song berteriak kencang ketakutan. Sekujur tubuhnya setengah terlompat dari ranjang. Ia terus berteriak “tidak mau” dengan nafas naik-turun. Keringat dingin mengalir deras dari jidatnya.

Taylor Shen sadar apa yang terjadi. Ia bangkit berdiri dan memeluk Tiffany Song, lalu menepuk-nepuk bahunya, “Mimpi buruk?”

Mendengar suara Taykor Shen, Tiffany Song langsung mundur-mundur karena takut disentuh olehnya: “Jangan dekati aku.”

Wajah Taylor Shen langsung muram. Melihat Tiffany Song terus mundur-mundur sampai ke pinggir ranjang, ia berteriak: “Hati-hati!”

Tetapi peringatan Taylor Shen kalah cepat, Tiffany Song sudah terlebih dahulu bergerak jatuh. Taylor Shen buru-buru mengulurkan tangannya dan menahan Tiffany Song sekuat tenaga. Ia mengembalikan wanita itu ke atas ranjang. Jantung Taylor Shen ikut berdebar kencang karena kaget.

Tiffany Song akhirnya sadar ia hanya mimpi buruk. Melihat dirinya barusan disentuh Taylor Shen, Tiffany Song buru-buru bangkit duduk dan menutupi tubuhnya dengan selimut tipis. Ia mengusir: “Taylor Shen, pergilah. Aku sekarang sedang tidak ingin melihatmu.”

Taylor Shen mengernyitkan alis dan memperingatkan tidak senang: “Tiffany Song, jangan buat aku marah. Aku……”

“Kalau begitu ajarkan aku bagaimana aku harus menghadapimu? Aku sudah bersusah-payah meyakinkan diriku sendiri bahwa kamu adalah kakakku, kamu malah……” Wajah Tiffany Song memerah. Ia tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.

“Aku kakakmu?” Taylor Shen berujar dingin: “Kamu sungguh mengalah pada nasib ya.”

Tiffany Song tidak ingin berbicara dengan Taylor Shen. Barusan mereka sudah melakukan hal yang melanggar norma, ia sungguh ingin tenang sejenak dan berpikir apa yang perlu ia lakukan selanjutnya. Ia turun dari ranjang. Baru berjalan beberapa langkah, melihat Taylor Shen memegang erat sudut selimut yang satunya, ia bertanya: “Taylor Shen, sebenarnya apa yang merasuki akal sehatmu sih?”

Taylor Shen berujar sungguh-sungguh, “Tiffany Song, menikahlah denganku.”

“Apa?” Tiffany Song tidak berani percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Ya sudahlah anggap yang barusan sudah lewat, tapi Taylor Shen masak masih mengajaknya menikah? Sekujur tubuhnya kaku, ia bertanya marah, “Taylor Shen, kamu sadar tidak apa yang kamu katakan barusan?”

“Aku sadar. Tiffany Song, aku serius, ayo menikah.” Taylor Shen tidak ingin memberi Tiffany Song kesempatan untuk pergi dari sisinya lagi. Selain melalui menikah, ia belum terpikir cara lain.

Tiffany Song menggeleng, “Bagaimana bisa kita menikah?”

Taylor Shen bangkit berdiri, berjalan menghampiri Tiffany Song, lalu merangkulnya: “Tiffany Song, dengar baik-baik, aku hanya mengucapkan kalimat ini sekali. Kita tidak punya hubungan darah sama sekali, kita bukan kakak-adik.”

Tiffany Song mendongak kaget, “Apa kamu bilang?”

“Aku sempat mengambil sikat gigimu dan mencabut rambut kakekku, lalu mengirimkannya ke Amerika dan menyuruh temanku di sana melakukan tes DNA. Tadi pagi temanku akhirnya mengirim e-mail balasan. Hasil tesnya adalah tidak ada hubungan darah ayah-anak dan kakak-adik, jadi kita memang bukan kakak-adik. Kamu tidak perlu pusingkan lagi ini semua, menikahlah denganku, oke?” tanya Taylor Shen lagi. Ia tidak sabar ingin meningkatkan status hubungan mereka jadi suami-istri. Dengan begini, Tiffany Song tidak bisa pergi-pergi lagi.

Tiffany Song menatap tidak percaya, “Bagaimana mungkin? Kamu sedang menipu aku kan pasti?”

“Aku tidak menipuku. Cepat pakai bajumu dulu.” Taykor Shen menepuk-nepuk wajah Tiffany Song, lalu mengambilkan pakaian mereka masing-masing dan memakai pakaiannya sendiri.

Tiffany Song terdiam di tempat. Hatinya kacau. Ia menatap Taylor Shen tengah memakai pakaian tanpa melupakan rasa malunya sedikit pun. Jadi Taylor Shen berani bertindak seperti barusan karena mereka bukan kakak-adik? Kalau mereka memang bukan kakak-adik, jadi dia siapa?

Seolah menyadari ketermenungan Tiffany Song, Taylor Shen menghentikan gerakannya memakai pakaian. Ia menoleh dan menatap Tiffany Song dengan senyum: “Tergoda dengan apa yang kamu sedang lihat ya?”

Telinga Tiffany Song langsung merah. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya. Taylor Shen menarik resleting celana lalu memakai kembali ikat pinggang. Melihat kemerahan di telinga Tiffany Song, ia perlahan-lahan menghampirinya dan mengecup pipinya. Tiffany Song kaget hingga mundur satu langkah. Tatapan Taylor Shen langsung berubah tidak senang. Ia tidak suka melihat Tiffany Song menghindar darinya seolah-olah ia ular beracun.

“Aku tunggu kamu di luar. Setelah sudah pakai baju, keluarlah,” ujar Taylor Shen. Ia tahu Tiffany Song masih ragu dengan kata-ceritanya.

Melihat bayangan tubuh Taylor Shen akhirnya lenyap dari balik pintu, Tiffany Song membuang nafas lega. Kedua kakinya terasa lemas. Ia duduk di sisi ranjang dengan kaki lemas. Benarkah mereka bukan kakak-adik? Mengapa ia merasa seperti tengah berada dalam mimpi?

Sepuluh menit kemudian, Tiffany Song keluar dari ruang istirahat. Taylor Shen saat itu sedang duduk di ruang kerjanya. Mendengar langkah kaki Tiffany Song, Taylor Shen langsung menoleh ke arahnya.

Tiffany Song menghampiri Taylor Shen pelan-pelan. Sesampainya di sisi meja kerja Taylor Shen, ia merasa tenaganya sudah habis. Taylor Shen menarik Tiffany Song duduk di pangkuannya, lalu ia menunjuk layar komputer: “Bisa Bahasa Inggris kan? Kamu terjemahkan sendiri ya.”

Tiffany Song melihat laporan hasil tes DNA yang terpampang di layar komputer. Tes ini dilakukan oleh lembaga tes DNA paling terpercaya di Amerika. Di bagian hasil laporan pertama, ia membaca keterangan “tidak ada hubungan ayah-anak”.

Tiffay Song menoleh sekilas ke Taylor Shen. Pria itu memberi instruksi: “Lanjut scroll ke bawah.”

Hasil lembar berikutnya menyatakan “tidak ada hubungan kakak-adik”. Tiffany Song tercengang tidak tahu bereaksi apa. Ia selama ini terus menderita karena mengira mereka kakak-adik. Ia bahkan ingin mati saja. Ternyata, kenyataannya tidak seperti yang ia yakini selama ini.

“Kaget?” Taylor Shen menunggu-nunggu reaksi senang Tiffany Song dan pelukannya, tetapi wanita itu hanya tercengang diam.

“Ini sungguhan? Kamu tidak menyuruh orang untuk melakukan tes palsu hanya supaya kita bisa bersama kan?” Tiffany Song tidak berani memercayai ini. Mengapa jadinya begini?

Taylor Shen tersenyum dingin, “Kelihatannya kamu berharap jadi adikku yah.”

Tiffany Song minta klarifikasi: “Taylor Shen, jawab pertanyaanku. Beritahu aku apakah ini asli atau palsu. Kamu tidak mungkin membuat dokumen palsu kan?’

“Kalau aku dari awal tahu satu laporan palsu bisa menghilangkan semua kegundahanmu, aku dari awal sudah melakukannya kali,” sindir Taulor Shen. Ia mengambil foto yang ada di atas meja dan menyodorkannya pada Tiffany Song, “Kamu lihat foto ini.”

Tiffany Song menunduk melihat foto itu. Sekujur tubuhnya kaku. Ia mendongak lagi dan menatap Taylor Shen dengan terkejut: “Bagaimana kamu bisa punya foto aku dan Nenek?”

Foto ini sama persis dengan foto yang ditinggalkan Nenek untuknya. Selain sisi-sisinya yang sudah menguning, bagian lain foto ini masih terlihat jelas.

“Foto ini Eden Zhu dapatkan dari fotografer yang bertugas di panti asuhan kalian dulu. Ini bukti foto, kamu masih mau menuduh aku menipumu lagi?”

Ketika menerima foto sodoran Taylor Shen, Tiffany Song baru pertama kali memerhatikan satu anak perempuan lain di sebelahnya. Matanya menyipit. Pakaian yang sama, ikat rambut yang sama. Kalau tidak dilihat sungguh-sungguh, orang pasti akan mengira mereka berdua kembar.

Taylor Shen menunjuk satu per satu anak perempuan di foto itu: “Yang pakai jerumbai berwarna ini kamu, yang tidak pakai itu Tiara.”

“Jadi Tiara yang tidak pakai?” tanya Tiffany Song kaget.

Taylor Shen mengangguk mengiyakan. Ia mungkin tidak akan kenal perawakan Tiara ketika sudah tumbuh dewasa, tetapi perawakannya saat masih kecil ia yakin sekali masih ingat. Anak yang tersenyum dalam foto ini tanpa diragukan lagi pasti Tiara.

“Iya, Tiara yang tidak pakai. Aku tidak menyangka kalian saling kenal saat kecil. Ini bahkan membuat kita selama ini salah paham sampai mau putus kontak,” Taylor Shen mendesah pasrah.

“Terus mengapa jerumbai berwarna itu aku yang pakai? Bukankah kamu bilang itu hadiah dari Mama kalian untuk anak-anaknya?” tanya Tiffanya Song bingung. Ia jelas masih belum percaya ia bukan Tiara.

“Soal ini aku juga tidak tahu. Kamu sendiri tidak ingat sama sekali?” Tiga tahun, anak seusia segitu pasti belum paham apa-apa. Kalau Tiffany Song tidak ingat, ia bisa paham.

Tiffany Song menggeleng, “Waktu itu aku masih terlalu kecil, jadi tidak ingat apa-apa.” Ia melanjutkan kata-katanya: “Mungkin persahabatan kami sangat baik sampai Tiara memberikan hadiah dari Mama-nya untukku. Aku tidak menyangka pemberian itu menimbulkan kesalahpahaman yang besar dan berlarut-larut begini.”

“Iya, mungkin saja.”

Tiffany Song terdiam sebentar, lalu mencurahkan pikirannya: “Taylor Shen, aku tidak habis pikir mengapa hasil tes DNA yang aku lakukan beda dengan yang punyamu. Salahnya sebenarnya di mana?”

“Tadi pagi Kakak Tertua meneleponku, dia bilang sampel yang diberikan Stella Han ke Badan DNA Pengadilan sudah sempat ditukar oleh Karry Lian. Itulah mengapa hasilnya menyebut kita kakak-adik,” urai Taylor Shen.

Tiffany Song mengernyitkan alis. Ia tiba-tiba ingat Stella Han sempat cerita ia ada bertemu Karry Lian sebelum mengantar sampel ke kantor Badan DNA Pengadilan. Apa pada saat ketemuan itu Karry Lian menukar sampelnya? Tiffany Song bertanya, “Buat apa Karry Lian menukar sampel itu?”

“Ini kamu harus tanyakan sendiri ke dia. Mungkin ia ingin kita pisah.” Tatapan Taylor Shen jadi semakin serius. Sejak awal, Karry Lian terus berusaha mengganggu hubungannya dengan Tiffany Song tanpa henti. Ia juga sempat menjadi penyebab kesalahpahaman di antara mereka beberapa kali. Tujuannya jelas sekali, Karry Lian pasti ingin mereka putus lalu merebut Tiffany Song.

Tiffany Song teringat beberapa kata-kata yang pernah diucapkan Karry Lian padanya. Apa Karry Lian sungguh-sungguh membuat jebakan sebesar ini demi keuntungannya pribadi? Bagaimana bisa dia tahu hasil tes akan sesuai keinginannya bila ia tukar sampelnya?

“Taylor Shen, aku juga tidak habis pikir soal ini. Kalau pun Karry Lian ingin kita pisah, cara tergampangnya adalah meminta Badan DNA Pengadilan untuk mengubah hasil tes, bukan menukar sampel. Buat apa dia repot-repot tukar sampel?”

Taylor Shen mengambil foto satunya, lalu menunjuk pria muda dalam foto dan menjelaskan: “Aku awalnya juga tidak habis pikir, tetapi setelah melihat foto ini, aku langsung paham. Pria di foto ini adalah Arvin Lian. Dia adalah orang yang mengadopsi Tiara, jadi Karry Lian jelas tahu siapa itu Tiara. Ia menukar sampelmu dengan sampel si Tiara ini, jadi tanpa perlu ribet-ribet berurusan dengan Badan DNA Pengadilan hasil akhirnya bisa sesuai dengan yang ia mau.”

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu