You Are My Soft Spot - Bab 37 Ayo Kita Saling Melepaskan

Di dalam kamar pasien rumah sakit di tengah Kota C, setelah Tiffany mengantarkan dokter keluar, ia pun kembali ke dalam kamar dan melihat Taylor yang sedang tidur di atas ranjang, ia merasa sangat menyesal. Tadi saat Taylor naik ke atas mobil, ia sudah merasa kondisinya sedikit aneh, kalau saja Tiffany tidak marah padanya, ia pasti akan menyadarinya dari awal, Taylor pun tak perlu sampai pingsan di bandara seperti tadi,

Ia melihat ke arah cairan dalam mesin infus yang bertetesan ke bawah, katanya, "Untuk apa kau memaksakan dirimu sendiri? Kalau misalnya kau pingsan di atas pesawat bagaimana?"

Taylor yang sedang tertidur itu pasti tidak akan menjawabnya, Tiffany pun duduk di kursi dalam kamar itu. Ia melihat-lihat seisi ruangan itu, lalu melihat ke arah pria yang berbaring di atas ranjang rawat itu lagi, kontur-kontur paras wajah Taylor terlihat sangat jelas, biasanya, saat Taylor menatap Tiffany dalam-dalam dengan matanya yang hitam dan bulat, Tiffany selalu merasa tertekan dan malu saat ia tidak mengenakan pakaian.

Sekarang saat ia tertidur, wajahnya yang dingin terlihat sangat lembut dan tenang, seperti anak kecil yang lugu dan polis.

Tiba-tiba handphone Tiffany berdering, Tiffany yang terkejut itu pun menyadari bahwa ia sudah memandangi Taylor terlalu lama. Ia segera mengambil handphonenya, setelah ia melihat layar handphonenya itu, ia pun tercengang, lalu berjalan keluar dari kamar.

Setelah ia keluar dari kamar, ia mengangkat teleponnya, suaranya sangat dingin, "Ada apa?"

"Kalau tidak apa-apa memangnya aku tidak boleh menelepon istriku?" Suara William terdengar sangat tidak enak didengar, kemarin saat Stella memberikan surat perceraian mereka pada William, William marah besar, ia menelepon handphone Tiffany, namun handphonenya mati, ia pergi ke kantor Tiffany, namun kata orang kantor mereka, Tiffany sedang dinas keluar kota. Ia terus menelepon Tiffany selama dua hari ini, dan akhirnya teleponnya tersambung, perasaan gelisah yang menyelimutnya itu pun akhirnya menghilang, namun setelah mendengar suara Tiffany yang terdengar sangat dingin itu, ia kembali marah.

Tiffany terdiam sejenak, lalu berkata, "Kalau tidak ada apa-apa, kumatikan teleponnya."

"Tiffany Song!" teriak William, "Dua hari ini kau tidak di rumah, ke mana saja perginya kau, apa kau masih ingat kalau dirimu adalah wanita bersuami?"

Tiffany memandangi poster besar yang ditempel di hadapannya, hatinya sangat sakit, mereka selalu seperti ini, mereka tidak bisa bicara baik-baik saat mereka bersama, di telepon pun juga tidak bisa.

Karena Tiffany tidak berkata apa-apa, William pun melembutkan nada bicaranya, "Tiffany, apa maksudmu menyuruh Stella untuk mengantarkan surat cerai?"

William mengira waktu itu Tiffany hanya menakut-nakutinya saja saat ia berkata ia ingin bercerai. Tapi saat Stella memintanya untuk menandatangani surat perceraian yang ia bawa, dirinya pun langsung panik. Tiffany pernah berkata bahwa ia akan berada di sisinya seumur hidup untuk meminta permohonan maaf darinya, tapi dirinya belum memaafkannya, kenapa Tiffany mau menyerah seperti ini?

"Semua sudah ditulis di surat perceraian itu dengan jelas, William, kita sudah saling menderita selama lima tahun, sudah cukup, ayo kita saling melepaskan."

"Kau bilang melepaskan? Kalau aku melepaskanmu, siapa yang akan melepaskanku? Tiffany, apa kau tahu sebenci apa aku pada dirimu lima tahun ini? Apa kau tahu? Aku membencimu, karena kamu telah melukaiku, tapi aku tetap saja ingin dekat padamu. Aku benci pada diriku yang seperti ini, aku lebih benci padamu yang sudah membuatku menjadi seperti ini. Sudah lima tahun, sebenci apapun diriku padamu, aku tidak pernah berpikir untuk melepaskanmu, tapi sekarang kau bilang padaku kau ingin melepaskanku?"

Suara William yang penuh dengan kebencian itu menusuk ke dalam jantung Tiffany seperti sebuah pisau yang sangat tajam, ia merasa begitu sedih mendengarnya sampai-sampai tubuhnya terjatuh ke belakang dan tersandar pada dinding.

Dengan pelan ia berkata, "Maafkan aku, lima tahun lalu, aku tidak bisa menjaga keperawananku dengan baik, maafkan aku, membuatmu merasa jijik selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, kita cerai saja."

William mencengkeram handphonenya erat-erat, sorotan matanya terlihat begitu marah, kalau Tiffany berdiri di hadapannya, ia pasti akan mencekik Tiffany sampai mati, ia berteriak dengan berapi-api, "Bermimpi!"

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu