You Are My Soft Spot - Bab 231 Tiffany, Merindukanku tidak? (3)

Dokter melakukan pemeriksaan terhadap Taylor Shen, setelah memastikan tidak ada masalah, baru pergi keluar, sebelum pergi, sang pria melihat Vero He sekilas, berkata dengan tegas: "Meskipun pacarmu cantik, tapi tetap harus menahan diri, kamu cedera di bagian tulang ekor, jika beraktivitas berlebihan, mungkin saja akan mengakibatkan setengah tubuh bagian bawahmu cacat."

Vero He merasa sangat malu, ketika dokter telah keluar, sang wanita melihat ke arah sang pria yang berbaring di ranjang pasien tertawa bagaikan seekor rubah, sang wanita berkata dengan kesal: "Dengar tidak, jika ingin setengah badan bagian bawahmu cacat, maka beronar lah sendiri."

Mengkhawatiranku? Ataupun takut aku tidak bisa membuatmu puas?" Taylor Shen tersenyum lebar sambil menopang dagunya, tadi telah mendapatkan keuntungan hingga puas, seluruh kemurungannya saat ini telah sirna sepenuhnya.

Memang harus seperti ini, untuk apa sang pria menguras otak untuk bisa berpacaran dengannya, bukankah hanya akan menambah pusing, terkadang dengan lebih sering melakukannya, perasaan akan kembali dengan sendirinya.

"...... Aku mengutukmu untuk mandul selamanya!" Vero He berkata dengan kesal, wajahnya memerah sepenuhnya.

Taylor Shen tidaklah kesal, malahan tertawa, tertawa dengan terbahak-bahak, Vero He merasa sangat geram, menggertakkan gigi dan sangat ingin menyerbu untuk menerkam lehernya hingga putus, dasar keparat ini! Setelah Taylor Shen selesai tertawa, dia berkata: "Aku mandul atau tidak, bukankah kamu tadi sudah merasakannya?"

Wajah Vero He memerah dan membiru, melototinya, pria sialan ini, dirinya telah kalah dengan mukanya yang begitu tebal itu, kenapa bisa setebal itu? Tadi sebenarnya dia telah kerasukan setan apa, malah tidak langsung mendorongnya pada saat awal?

Vero He mengambil tas, pergi dengan amarah yang memuncak, Taylor Shen mengelus dagu, wajahnya sangat puas. Dia yang seperti ini barulah yang nyata, ekspresinya begitu hidup, bisa melampiaskan amarah terhadapnya, dan tidak lagi sengaja untuk berpura-pura, begini sangat bagus.

......

Vero He kembali ke kantor dengan amarah meluap-luap, Erin hampir tidak pernah melihatnya semarah ini, bahkan sampai menghantamkan pintu kaca, sang wanita bergegas mengikutinya, melihat dia pulang dengan membawakan sebuah dokumen, sang wanita membukanya dan melihat sejenak, mengangkat kepala melihatnya, tiba-tiba menyadari lehernya telah dipenuhi dengan bekas ciuman, sang wanita langsung mengerti apa yang membuatnya marah.

"Telah diambil untung?" Erin menanyakannya tanpa takut mati.

Vero He melototinya dengan kesal, tidak boleh mengungkit masalah pribadi orang lain!

Erin tidak takut terhadapnya, dia berkata sembari tersenyum: "CEO Shen masih dalam proses pemulihan, tapi kamu malah begitu tak sabaran ingin memakan daging, dengar-dengar, dia telah cedera di bagian tulang ekor, kalau sampai tidak berhati-hati, maka nanti pasti akan meninggalkan efek buruk."

"Erin, kamu terlalu senggang ya, bagaimana kalau kamu yang pergi mencoba mendapatkan hak penjualan dari merk ini?" Vero He sudah tidak lagi ingin bertemu dengan Taylor Shen, dirinya hari ini telah kehilangan kendali, tidak peduli apa usahanya untuk membujuk dirinya sendiri, tapi reaksi tubuhnya terhadap ciuman sang pria, sungguh tidak benar.

"Itu tidak boleh, CEO Shen telah mengerahkan usaha yang besar untuk mengakuisisi Perusahaan Agency ini, bukankah ini berniat untuk membuatmu mengambil inisiatif datang mencarinya, aku telah menghitungnya sejenak, beberapa merk yang harus kita tangani selanjutnya, semuanya berada di tangannya, bagaimana kalau kamu memberikan sedikit pengorbanan, agar bisa mendapatkan seluruh hak penjualan merk ini dalam satu tindakan sekaligus?" Erin tertawa dengan maksud mendalam.

Vero He melototinya, "Kamu sedang menjual bosmu untuk mendapatkan keuntungan."

"Nonono, ini namanya taktik, lagipula, kamu telah dicium olehnya, kalau tidak mendapatkan semuanya dalam satu tindakan sekaligus, bukankah akan sia-sia saja menjualmu, benar bukan?" Erin dengan cerdik berdalih.

"Erin, aku ingin pulang untuk mengadu terhadap Bibi Yun, kamu telah menindasku." Vero He tidak bisa membantahnya lagi, makanya spontan langsung berkeras kepala.

Erin mengulurkan tangan mengelus kepalanya, berkata: "Patuhlah, dengan menjualmu, baru bisa mendapatkan daging untuk dimakan."

"......"

Demi masalah tentang hak penjualan, Vero He harus pergi mencari Taylor Shen, tapi setelah mengalami hal seperti itu tadi, kalau saja dia kembali pergi, hatinya tetap merasa sangat gundah. Taylor Shen saat ini sama sekali tidak menyembunyikan tujuannya, sang wanita setuju, dia akan bermacam-macam, tapi meskipun sang wanita tidak setuju, sang pria pun akan mencari kesempatan untuk bermacam-macam.

Suasana hati sang wanita terlalu kacau, jika pergi mencari Taylor Shen saat ini untuk membahasnya, ini bukanlah tindakan yang bijaksana.

Vero He tidak lagi memikirkannya, pandangannya dengan santainya melihat ke arah jalan yang berada di luar jendela mobil, tiba-tiba melihat sebuah sosok yang sangat familiar, bola mata hitamnya menyusut, mengedipkan mata, matanya memang tidak kabur, sang wanita langsung bergegas menyalakan lampu sen berbelok, dan tidak peduli apakah di sini boleh memberhentikan mobil atau tidak, sang wanita langsung memarkirkan mobil, mencabut kunci, dan berlari ke arah jalan tadi.

Dia hari ini memakai sebuah sepatu beralas rata merah wine, penampilannya sangat keren, sang wanita berlari ke arah tempat di mana sosok tubuh orang itu tadi berdiri, orang itu telah menghilang, sang wanita melihat ke sekitar, dan melihat sosok tubuh itu berada di jembatan.

Sang wanita mengangkat kaki dan pergi mengejarnya, ketika dia telah tiba di jembatan, orang itu telah menghilang, berdiri di atas jembatan dan menerawang ke sekitar, tapi sudah tidak mampu melihat sosok orang itu lagi. Apakah itu adalah sang pria? Dia masih hidup?

Angin dingin berhembus, bagaikan telah bertiup ke hatinya, terasa sangat tidak nyaman, sang wanita berjongkok dengan perlahan-lahan, hatinya sangatlah sedih.

......

Suasana hati Taylor Shen hari ini sangatlah baik, Jacob Shen memiliki sebuah firasat yang sangat tajam, karena saat dia pergi ke kamar pasien, Papanya tiba-tiba menanyakannya apakah dirinya bisa terbiasa dengan lingkungan baru?

Sang putra sangat gembira, juga merasa sedikit malu, "Masih lumayan."

Yang tidak dikatakan oleh Jacob Shen adalah, karena dirinya selalu diantar oleh para pembantu, teman-temannya memakinya sebagai anak haram.

Taylor Shen pun tidak lagi merasa tidak senang melihat model rambutnya yang bagaikan sarang ayam itu, "Beradaptasilah secara perlahan-lahan, akurlah dengan temanmu, kalau tidak mengerti, maka tanyalah, mengerti?"

"Hmm, Papa, semua teman di kelasku memiliki smart watch, kamu boleh membelikan satu untukku juga tidak?" Jacob Shen melihat Taylor Shen dengan tatapan memelas, setelah dia telah memiliki smart watch, maka dia sudah boleh menelepon Peanut.

Dia ingin berkata padanya, bahwa luka si kelinci kecil telah hampir pulih, sang pria juga telah merindukannya.

Taylor Shen menyetujuinya dengan senang, ketika Cristian Yan datang kemari, dia langsung berpesan pada Cristian Yan untuk melakukannya. Jacob Shen sangatlah girang, dalam hati berpikir, setelah mendapatkan smart watch, dia akan membawa kelinci kecil pergi mencari Peanut.

Kinerja Cristian Yan sangat cepat, smart watch langsung diantarkan pada malam hari, di dalamnya juga terdapat GPS, untuk mewaspadai sang anak hilang. Saat Jacob Shen mendapatkan jam tangannya, dia langsung menjadi sangat girang, menyerbu dan mencium Cristian Yan sejenak, "Paman Cristian, aku mencintaimu."

Sang anak juga hendak datang ke sini untuk mencium Taylor Shen, tapi saat melihat wajahnya yang begitu serius, sang anak merasa sedikit takut, tidak berani melangkahkan kaki.

Cristian Yan menepuk-nepuk punggungnya Jacob Shen, berkata: "Bermainlah di luar, aku ingin membahas masalah bersama Papamu."

Jacob Shen berjalan keluar dengan girang, Cristian Yan melihat sosok tubuhnya yang begitu gembira itu, lalu menarik pandangannya kembali, terlihat Taylor Shen terus melototinya, hingga Cristian Yan merasa merinding, "Kenapa melihatku seperti itu?"

"Kenapa aku menyadari, Jacob lebih dekat denganmu?" Kalau Taylor Shen mengatakan dia tidak merasa kecewa, itu adalah kebohongan, anak ini bagaimana pun juga telah dibesarkan oleh tangannya sendiri, tapi dia hanya dekat terhadap Cristian Yan.

Cristian Yan tertawa, "CEO Shen, kalau kamu tidak sering memasang muka galak membentaknya, dia juga akan mendekatimu."

"Apakah aku sering membentaknya?" Taylor Shen bertanya dengan serius, seakan-akan sedang berinstropeksi.

"Bukan, hanya saja ketika kamu memurungkan wajahmu, itu merupakan ekspresi yang bahkan akan membuat pria merasa takut, apalagi terhadap seorang anak." Cristian Yan merupakan pegawai yang paling lama bekerja dengan Taylor Shen, meskipun mereka merupakan hubungan antara atasan dan bawahan, tapi lebih terlihat seperti teman.

Taylor Shen meraba wajahnya, merenung.

Saat Peanut menerima panggilan telepon dari Jacob Shen, dia sedang bingung hendak ke mana, suara sang putra yang masih anak-anak terdengar, hatinya bagaikan telah dialiri dengan kehangatan, sekujur tubuhnya merasa hangat.

"Peanut, kamu sekarang ada di mana?"

Saat mendengarnya, Vero He melihat ke sekitar, malam hari telah tiba, awan senja di kota yang ada di hadapan mata terlihat bagaikan sebuah terowongan waktu, langsung bersinar, sang wanita berkata: "Aku berada di atas jembatan, kamu, sudah pulang sekolah?"

"Hmm, aku berada di rumah sakit menjenguk Papa, besok adalah akhir pekan, aku boleh datang mencarimu tidak?" Jacob Shen bertanya.

"Tentu saja boleh, tapi kamu harus mendapatkan izin dari orang tuamu, tidak boleh pergi sembarangan dengan sendirinya dan membuat mereka khawatir." Vero He berpesan padanya.

"Kalau begitu, aku akan membawakan kelinci kecil datang menemuimu, kalau sudah sampai, aku akan meneleponmu lagi." Setelah Jacob selesai mengatakannya, dia kembali teringat sang wanita sedang berada di luar sendirian, sang pria ingat biasanya dalam kondisi seperti ini di sinetron, tokoh prianya akan mengatakan, "Segeralah pulang, di luar dingin, harus menjaga kesehatan."

Vera He mendengarnya, hatinya terasa sangat hangat, rasa sedih dan putus asa tadi, seakan-akan telah pergi terhembus angin dan sirna, sang wanita menganggukkan kepala, "Baik, sampai bertemu besok."

"Sampai bertemu besok." Jacob Shen menutup panggilan telepon dengan ketidakrelaan, sebelum ditutup, dia mengecup ponselnya sejenak.

Vero He menggenggam ponsel, mendengar suara "Muachh" yang lembut dari sana, hatinya menjadi sangat lembut hingga meleleh, setelah berlalu cukup lama, baru dia menurunkan ponsel, membalikkan badan dan turun dari jembatan.

Di depan mobil telah tertempel surat denda, beberapa meter dari sana, ada sebuah mobil Audi hitam yang berhenti, dia menganggukkan kepala terhadap mereka, lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam, mengemudikan mobil dan kembali ke kediaman Keluarga He.

Keesokan harinya, saat Vero He mendapat panggilan telepon dari Jacob Shen, dia sedang mengadakan rapat, lalu menjedakan rapatnya sejenak, berbisik di samping telinganya Erin, menyuruhnya untuk menjemput seseorang naik ke atas, baru setelah itu dia lanjut melakukan rapat.

10 menit kemudian, sang wanita melihat Erin membawa Jacob Shen naik, sang anak membawakan sebuah sangkar kelinci yang indah, tersenyum dengan begitu cemerlang, terus melambaikan tangan terhadapnya. Vero He tersenyum terhadapnya, lalu lanjut melakukan rapat.

Semua orang melihat ke sana mengikuti arah tatapan Vero He, juga telah melihat anak laki-laki yang menawan itu, kalau bukan karena tahu Vero He masih belum menikah, semua orang akan merasa anak laki-laki yang ada di luar itu adalah putranya Vero He.

Setelah rapat selesai, Vero He kembali ke kantor, ruang kantor sangat berantakan, terdapat begitu banyak plastik balutan bonbon di atas meja, juga beberapa mainan yang khusus dibelikan olehnya semalam, semuanya telah dibongkar, dan berserakan di seluruh tempat.

Sang wanita berjalan dengan berjinjit-jinjit, baru menyadari Jacob Shen telah tertidur di sofa, di atas tubuhnya terdapat kelinci putih yang terluka itu, orang dan kelinci tidur bersama di sofa, gambaran hangat itu sulit untuk di utarakan.

"Ve......" Erin masih belum selesai berkata, langsung terlihat Vero He mengulurkan jari telunjuknya dan menempatkannya ke bibir, memberikan isyarat agar dia diam. Sang wanita langsung diam, berjalan dengan perlahan, berkata dengan suara kecil: "Sudah tertidur?"

"Hmm, ambilkanlah selimut ke sini untuk menyelimutinya, agar jangan sampai dia masuk angin." Vero He berjongkok di samping sang anak, melihat penampilannya yang tertidur pulas, sudut bibirnya perlahan-lahan memunculkan senyuman.

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu