You Are My Soft Spot - Bab 176 Tidak Akan Pernah Bisa Mendapatkan Apa Pun yang Diinginkan Lagi (3)

“Terus kamu bagaimana? Kamu tidak ikut aku pindah ke rumah kediaman keluarga Shen gitu?” tanya Taylor Shen.

“Aku nikah sama ayam ya ikut ayam, nikah sama anjing ya ikut anjing. Ke mana pun kamu pergi, aku pasti ikut,” jawab Tiffany Song dengan analogi.

Taylor Shen khawatir, “Tetapi…… Kakak Besar dan Kakak Ipar Tertua juga tinggal di sana.”

“Aku tidak masalah kok. Kalau benar-benar tidak mampu beradaptasi, kita tinggal pindah lagi nanti. Sekarang kondisi kesehatan papa tidak baik, jadi kita pindah dululah ke sana biar bisa temani dia. Mama-mu sebelum meninggal juga berharap ini kan. Aku diperlakukan tidak baik sedikit tidak apa-apa,” bujuk Tiffany Song dengan penuh perhatian. Ia sungguh iba melihat penampilan Tuan Besar Shen yang jadi jauh lebih tua selepas meninggalnya Jasmine Yang. Ia pikir, mereka harus mengisi sisa-sisa hari yang bisa dilalui bersama dengan sebaik mungkin.

Taylor Shen berujar tegas, “Tiffany Song, aku menikahimu untuk membuatmu bahagia, bukan untuk membuatmu diperlakukan idak baik. Kalau kamu di rumah kediaman keluarga Shen diperlakukan tidak baik sekali saja, kita langsung balik ke Sunshine City, oke?”

“Oke!” angguk Tiffany Song kencang. Taylor Shen sangat sayang dirinya. Pria itu sudah berkorban banyak untuk dia, jadi ia kali ini juga ingin memberikan sesuatu baginya. Ia merasa tidak masalah kalau harus menyesuaikan diri.

“Naiklah, kita pulang.” Taylor Shen membukakan pintu penumpang samping, menutupnya, lalu duduk di kursi supir. Dalam perjalanan, Tiffany Song menoleh ke suaminya. Ia ragu-ragu sejenak, namun akhirnya memberanikan diri memulai pembicaraan: “Taylor Shen, ada satu hal yang ingin aku diskusikan denganmu.”

“Apa itu?”

“Mama baru saja dimakamkan. Kalau kita dalam waktu dekat mengadakan pesta pernikahan sepertinya kurang etis. Bagaimana kalau pesta kita ditunda sampai awal tahun depan?” tanya Tiffany Song.

Taylor Shen mengernyitkan alis. Ia menoleh sejenak ke Tiffany Song, lalu kembali menatap jalanan depan: “Belakangan memang banyak sekali terjadi sesuatu, tetapi tidak apa-apalah bulan depan kita tetap menikah. Kita buat acaranya seramai mungkin biar semuanya tidak terus sedih.”

“Tetapi……”

“Soal ini aku akan bicarakan dengan papa. Kamu jangan khawatir,” tutup Taylor Shen datar. Ia paham kekhawatiran Tiffany Song, namun ia tidak sependapat dengan wacananya.

“Baik.” Tidak lama kemudian, Tiffany Song teringat tatapan garang Karry Lian sebelum turun gunung tadi. Hatinya jadi khawatir. Teringat juga soal kepindahan ke rumah kediaman keluarga Shen dan keguguran Angela He, hatinya semakin muram.

Ada pepatah bilang orang yang menabur harus berani menuai. Kepindahan ke rumah keluarga Taylor Shen mungkin adalah waktu dimana Tiffany Song menuai buah perbuatan-perbuatan buruknya dulu, termasuk menjadi penyebab tidak langsung Angela He keguguran. Pada saatnya nanti, apakah ia akan bisa bertahan?

Setibanya di Sunshine City, Taylor Shen langsung naik ke ruang buku, sementara Tiffany Song istirahat di lantai bawah. Melihat raut wajah bosnya yang tidak begitu baik, Bibi Lan pergi ke dapur dan menyendokkan semangkuk sup ayam baginya.

Dua hari ini, Tiffany Song sangat sibuk mengurusi mama mertua, Ia pasti kelelahan baik secara fisik maupun pikiran. Tiffany Song berterima kasih pada Bibi Lan dan dengan cepat menghabiskan sup ayamnya. Wanita itu kemudian menatap ke lantai dua dan berkata: “Bibi Lan, tolong sendokkan satu mangkuk lagi, aku mau antarkan ke Taylor Shen. Ia dua hari ini tidak makan banyak.”

“Siap,” jawab Bibi Lan sambil bergegas ke dapur.

Tidak lama kemudian, Bibi Lan kembali sambil membawa nampan berisi semangkuk sup ayam. Di permukaan sup itu ada gelembung-gelembung minyak yang kekuning-kuningan. Tiffany Song membawa nampan ke depan ruang buku. Dari sana, ia bisa mendengar Taylor Shen sedang menelepon seseorang di dalam. Kata-kata yang diucapkan suaminya tidak terdengar cukup jelas. Yang bisa ia tangkap hanya dua kata: “Shen’s Corp” dan “Lian’s Corp”.

Keluarga Shen dan keluarga Lian adalah musuh bebuyutan. Masuk akal rasanya bila Taylor Shen mempersiapkan diri untuk mengantisipasi serangan-serangan Karry Lian seandainya pria itu benar-benar menyerang. Begitu tidak terdengar suara lagi di ruang buku, Tiffany Song mengetuk-ngetuk pintu dan masuk. Taylor Shen tengah berdiri di samping jendela. Si wanita berujar lembut: “Taylor Shen, Bibi Lan buatkan sup ayam untuk kita. Makanlah sedikit, kamu beberapa hari ini kan tidak makan cukup, nanti takutnya jatuh sakit.”

Taylor Shen menoleh. Melihat Tiffany Song berjalan ke meja bulat dan menaruh mangkuk sup di sana, ia segera menghampirinya. Pria itu duduk di kursi dan bertanya manja, “Suapin aku ya?”

Wajah Tiffany Song langsung merah, namun wanita itu tetap saja menuruti keinginannya. Ia menyendok, meniupi sup yang tertampung di sendok, lalu mengarahkan sendok ke mulut Taylor Shen dengan hati-hati. Begitu terus berulang-ulang……

Si pria menatapi Tiffany Song lekat-lekat. Wanita ini sangat jarang memperlakukannya dengan perhatian begini. Dia biasanya harus dipaksa dulu baru mau melakukan sesuatu yang ia minta. Hati Taylor Shen berbungap-bunga. Setelah sup sudah mau habis, si pria memegangi pinggang Tiffany Song, lalu menyuruhnya duduk di atas lututnya.

Tiffany Song menunduk melihat lutut Taylor Shen yang ada di bawah lututnya. Wajahnya jadi sangat merah karena malu. Melihat jakun Taylor Shen yang bergerak naik turun dengan cepat, ia langsung tidak berani gerak-gerak. Ia memanggil dengan canggung, “Taylor Shen……”

“Tiffany Song, hatiku sungguh sakit,” ucap Taylor Shen tiba-tiba.

Si wanita langsung khawatir. Ia mengelus-elus dada Taylor Shen sambil bertanya: “Ada apa? Tidak enak badan?”

Taylor Shen memegang tangan Tiffany Song sambil menggeleng, “Bukan tidak enak badan, hanya hati saja yang sakit.”

Tiffany Song membuang nafas panjang. Ia jelas tahu apa yang membuat hati suaminya sakit. Ia pun mengelus-elus bahu suaminya sambil menenangkan: “Taylor Shen, jangan bersedih. Hari ini Stella Han ada bilang ke aku bahwa mungkin ini memang jalannya. Langit sengaja mempertemukan kamu dengan mama sekali lagi untuk menghapuskan rasa bersalahmu. Jangan ragukan kemuliaan langit, juga jangan buat jalannya mama jadi tidak tenang.”

“Saat Tiara berusia tiga tahun, kalau aku tidak keasyikan main, ia pasti tidak akan hilang. Mama pun pasti tidak akan sakit, jelas tidak akan…… Semuanya aku yang sebabkan.”

“Kamu baru delapan tahun waktu itu. Jangan terus salahi dirimu sendiri.” Tiffany Song memeluk punggung Taylor Shen: “Tidak ada yang bisa ditebak di dunia ini. Tiba-tiba satu detik kemudian terjadi sesuatu kamu juga tidak tahu kan? Berhubung kejadian itu sudah jadi masa lalu, kita harus menghadapinya dengan hati positif. Kita harus bekerja keras mengompensasinya dan mengurangi penyesalan, oke?”

Tiffany Song sangat kasihan dengan suaminya. Ia mengajak pindah ke rumah kediaman keluarga Shen juga supaya Taylor Shen bisa mengompensasi penyesalannya itu sebanyak mungkin. Ia rela melakukan apa saja demi Taylor Shen, bahkan kalau harus menahan diri dikerjai.

“Baik,” jawab Taylor Shen serak. Pria itu berujar lagi, “Tiffany Song, terima kasih kamu bersedia ada di sisiku dan menghadapi ini bersama-sama.”

“Dasar, kita kan suami istri. Urusanmu otomatis jadi urusanku dong,” balas Tiffany Song.

Tidak peduli seberapa pembangkangnya dia, Taylor Shen dari dulu selalu merasa bersalah pada ayahnya atas semua musibah yang terjadi akibat hilangnya Tiara. Kalau Tiffany Song tidak mengajaknya pulang dan berbakti, rasa bersalah ini semakin lama akan terasa semakin berat. Pada akhirnya nanti, Taylor Shen tidak akan bisa menanggung semua ini lagi.

Kesimpulannya, usulan kepindahan ke rumah kediaman keluarga Shen dilontarkan Tiffany Song sepenuhnya atas pertimbangannya pada sang suami, bukan kemauannya sendiri.

Ketika Tiffany Song menceritakan wacana ini ke Stella Han, sahabatnya itu kaget setengah mati. Ia langsung cerewet, “Tiffany Song, kamu tidak sadar juga bagaimana sikap anggota-anggota keluarga Shen padamu ya? Sekalinya kamu masuk ke sana, kamu pasti akan langsung dimangsa dan ditelan hidup-hidup oleh mereka. Pada waktunya nanti, siapa yang akan melindungimu?”

Tiffany Song duduk di samping jendela sambil menatapi matahari musim dingin. Ia menjawab: “Aku tahu apa yang aku lakukan. Aku juga tidak ingin balik ke rumah kediaman keluarga Shen, tetapi aku tidak bisa menuruti keengganan ini. Kepulangan kami ke sana adalah permintaan mama kepada Taylor Shen sebelum meninggal. Papa pun juga minta kami balik.”

Stella Han menatap Tiffany Song putus asa. Ia tahu semua manusia pasti pernah menemui hal yang tidak disukai namun terpaksa dikerjakan. Meski begitu, ia tetap saja khawatir pada sahabatnya. Ia membalas, “Tiffany Song, kalau Taylor Shen mau berbakti, tiap akhir pekan kalian menginap di sana memang tidak bisa? Kalian tidak harus tinggal di sana secara permanen. Kamu sudah berpikir belum Angela He benci setengah mati denganmu karena kegugurannya? Papa dan mama mantan suamimu juga tinggal di sana. Kalau mereka mau melakukan apa-apa padamu, mereka bisa melakukannya dengan mudah. Oh ya, di sana juga ada Angelina Lian yang terus mengawasimu tanpa henti dan mencari peluang merebut Taylor Shen. Kamu yakin hari-harimu di sana akan berjalan baik?”

“Aku……” jawab Tiffany Song ragu.

“Lihat, kamu sendiri saja tidak yakin. Mengapa kamu ingin menyerahkan dirimu sendiri pada malapetaka gini sih?” tegur Stella Han.

Tiffany Song mengepalkan kedua tangan karena tidak tahu harus jawab apa. Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri: “Sepertinya kita sudah memandang mereka dengan terlalu ganas. Bisa saja nanti tidak akan terjadi apa-apa. Ini kita hanya menakut-nakuti diri sendiri tahu.”

“Tiffany Song, kamu tahu bagaimana Angela He mengandung anak Wayne Shen serta memutuskan hubungan cinta Wayne Shen dan Jennifer Li yang sudah berlangsung sembilan tahun kan? Belajarlah dari kesalahan orang lain. Sekarang ini ia tidak punya kesempatan untuk mengerjaimu. Kalau kalian pindah ke sana, ia jadi punya kesempatan. Angelina Lian, si licik itu, kalau ia melakukan apa-apa, kamu memang bisa sembunyi?” bujuk Stella Han sekuat tenaga. Dalam benaknya, cara berbakti pada orang tua ada banyak sekali, jadi buat apa pilih cara yang paling menyulitkan diri sendiri?

“Stella Han, sejak aku dan Taylor Shen mengambil buku nikah kami, aku sudah tidak bisa bersembunyi lagi. Keluarga Taylor Shen sudah jadi keluargaku juga. Ia sudah bermusuhan dengan banyak orang demi aku, mengapa kali ini aku tidak bisa menemaninya balik ke rumah keluarganya sendiri? Cinta itu interaksi dua pihak, ada pengorbanan ya harus ada imbalan. Aku tidak ingin ia sendiri terus yang berkorban. Aku juga ingin melakukan sesuatu untuknya.”

“Huh!” Stella han membuang nafas pasrah. Tiffany Song kok tidak sadar juga bahwa dia sedang melangkah masuk kandang harimau sih? Ia berujar lagi: “Tiffany Song, aku kagum dengan keberanianmu. Namun, kalau kamu merasa capek, jangan dipaksakan. Ada hal-hal yang memang tidak bisa diatasi sampai kapanpun, terutama kebencian seorang wanita pada wanita lain. Sampai mati, kebencian itu tidak akan lenyap!”

Tiffany Song tersenyum kecut, “Stella Han, kamu tidak merasa kata-katamu ini sangat hiperbolis?”

“Aku hanya mengingatkanmu. Kalau tidak berhasil melawan, ya bersembunyi. Kamu jangan mengganggap santai mereka. Ah, kok aku merasa kepergianmu ini seperti kepergian seorang pejuang perang yang belum tentu selamat di medan pertempuran ya.” Stella Han sama sekali tidak bermaksud menakut-nakuti Tiffany Song. Wanita-wanita yang saling bermusuhan ada di satu kandang yang sama, itu sih namanya cari masalah……

Tiffany Song menggerakan tangannya seolah ingin memukul mulut Stella Han. Sahabatnya itu buru-buru menghindar. Tiffany Song pura-pura marah: “Ih, kamu tidak bisa bicara yang baik-baik ya? Sejahat-jahatnya mereka, kalau pun mereka bekerjasama untuk menjebakku, mereka tidak akan berani memberiku racun dan bikin aku mati lah ya!”

“Tidak sih seharusnya. Mentok-mentok mereka akan memberimu obat, mengirimmu tidur di kamar William Tang, lalu menggembar-gemborkan bahwa kamu masih punya perasaan dengan mantam suamimu itu. Kalau lihat kepintaran Angela He dan Angelina Lian, aku rasa yang mereka bisa lakukan hanya sebatas ini. Kebetulan juga ada mantan mama mertuamu di sana, semoga rencana-rencana buruk mereka pada William Tang bisa ia cegah. Pokoknya kamu harus hati-hati setiap saat deh,” telaah Stella Han.

Tiffany Song tersenyum lebar, “Wow analisismu bagus sekali ya!”

“Ini aku serius. Kamu harus dengar baik-baik dan simpan dalam hati kata-kataku ini. Kalau kamu tidak bisa melawan balik, lari saja. Jangan biarkan orang lain terus mengerjaimu sementara kamu berusaha tabah. Paham kamu?” pesan Stella Han.

“Paham, paham. Sudah berdiskusi denganmu membuatku jadi lebih percaya diri.” Tiffany Song tidak merasa sekhawatir yang sebelumnya. Setelah puas berbincang, Tiffany Song pulang ke Sunshine City dan bergegas mengepak barang-barang yang akan dibawa pindahan. Mereka hari ini juga pindah ke rumah kediaman keluarga Shen.

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu