You Are My Soft Spot - Bab 251 Cintaku Padamu Sangat Mendalam (1)

Kepala Jennifer Li langsung terasa pusing. Ciuman Wayne Shen makin lama makin kasar. Pria itu memperlakukannya seolah ingin menyantap dia. Si wanita membelalakkan mata, Yang ada di hadapannya hanya sebuah wajah tampan besar yang terlihat agak kabur saking dekatnya jarak.

Nafsu pria sangat sensitif. Hanya dengan satu ciuman, Jennifer Li bisa merasakan reaksi alamiah di tubuh si pria. Ia menggerak-gerakkan tangan untuk mendorong Wayne Shen, namun kemudian baru sadar tangannya sudah ditahan tangan Wayne Shen dengan sangat erat.

Jennifer Li jadi panik sendiri. Mereka tidak boleh begini, ini tidak benar. Ia meminta, “Wayne Shen, lepaskan aku!”

“Tidak akan!” balas si pria teguh. Seumur hidup, ia hanya ingin Jennifer Li. Ia terus menunggu wanita itu dengan sabar menerima dirinya dan mau bersatu dengannya.

Sayang, akhir dari penantian itu adalah bayangan tubuh Jennifer Li yang mau menjauh. Ia tidak boleh kehilangan dirinya lagi. Jadi, tidak peduli dengan cara apa dan tidak peduli apakah akan menimbulkan kebencian si wanita pada dirinya, ia akan memaksa Jennifer Li membatalkan niatnya untuk cabut.

Merasa ini baru awalan saja, Jennifer Li berujar lagi, “Wayne Shen, aku tidak bisa melakukan ini. Bangunlah, jangan paksa aku untuk membencimu! Bangun cepat!” Nada bicara si wanita agak terisak seperti mau menangis.

Ini bukan pertama kalinya Wayne Shen kehilangan kendali di hadapan Jennifer Li. Empat tahun lalu, ketika teman-teman lama mengadakan pesta untuk si wanita demi merayakan tunangannya dengan Patrick Song, Jennifer Li minum cukup banyak bir. Sewaktu Wayne Shen tiba di lokasi pesta, wanita itu sudah agak mabuk.

Melihat kehadiran Wayne Shen, hati Jennifer Li sungguh tidak senang. Berani sekali pria ini! Dia sudah mau menikah dengan pria lain, Wayne Shen malah bisa-bisanya datang untuk ikut pesta perayaannya.

Tidak mau berdekatan dengan Wayne Shen, Jennifer Li bangkit berdiri dan pergi ke balkon outdoor. Ini hitung-hitung juga untuk mendapatkan udara dingin dan segar biar tidak terlalu mabuk. Waktu berbalik badan untuk pergi ke kamar mandi, Jennifer Li dikejutkan dengan sosok Wayne Shen yang berdiri tidak jauh darinya dan tengah menatapnya tajam.

Hari itu, Jennifer Li mengenakan gaun pesta hitam yang memperlihatkan belahan dada. Mata Wayne Shen tertuju ke belahan itu. Pandangannya, yang menyiratkan rasa ingin memiliki dan keserakahan, membuat Jennifer Li agak panik. Ia merapi-rapikan rambut yang tertiup angin untuk mengatasi kegugupan. Selang beberapa detik, Wayne Shen berjalan mendekat seperti seekor harimau buas dan memojokannya ke pojok balkon outdoor.

Malam itu, si pria sangat menggila sampai matanya terlihat berapi-api. Jennifer Li pikir dia bakal diperkosa di sana. Nyatanya tidak, sebab sebelum melangkahkan langkah terakhirnya, Wayne Shen berhenti bergerak. Pria itu berujar pelan: “Jennifer Li, kamu mau bertunangan dengannya, kamu mau menikah dengannya, oke aku buat keinginanmu terpenuhi. Aku pernah berhutang denganmu, jadi dengan cara ini aku kembalikan itu. Tetapi, kalau suatu hari kamu bercerai, aku tidak akan melepaskanmu lagi. Jelas aku tidak mengharapkan kamu bercerai sekali pun aku bakal jomblo sampai tua, tetapi ingat baik-baik perkataanku.”

Pada momen itu, kata-kata Wayne Shen belum selesai diucapkan semua. Kalau bercerai dengan Patrick Song, Jennifer Li pasti akan sakit hati. Wayne Shen sama sekali tidak ingin melihatnya sakit hati, sekali pun kalau itu bisa membawa kembali peluang untuk mendekati si wanita.

Cinta Wayne Shen sangat kokoh dan kuat. Waktu tujuh tahun tidak cukup untuk memudarkannya.

Pria luar biasa ini tidak kekurangan wanita di sebelahnya. Namun, pria ini rela kehilangan satu per satu wanita sempurna yang mendekat hanya untuk menjomblo dan menunggu Jennifer Li. Wayne Shen dari dulu terus menanti peluang yang sebenarnya tidak pasti datang atau tidak.

Jennifer Li salah perhitungan. Ia pikir Wayne Shen hanya akan menakut-nakutinya semata saja, tetapi ternyata bakal menindih dan menciuminya dengan penuh nafsu seperti sekarang. Tidak peduli hatinya ada di mana, Wayne Shen akan berkeras hati untuk menginginkannya, sekali pun kalau dapat tubuh duluan baru cinta.

Si pria menciumi dan menggigiti leher dan bagian-bagian tubuh si wanita, lalu memaksanya untuk melakukan penetrasi alat kelamin. Setelah kesampaian melakukannya, Wayne Shen mengerang puas. Hari ini masih pagi, tapi Wayne Shen sudah bertindak sangat menakutkan. Sepanjang prosesnya, pria itu bahkan tidak menghiraukan tangisan dan teriakan Jennifer Li.

Air mata Jennifer Li sudah kering setelah “acara” selesai. Kekejaman dan pemaksaan yang dilakukan Wayne Shen barusan memaksanya berbalik badan biar mereka berdua tidak bertatap-tatapan. Saat ini ia berada di posisi yang serba salah. Ia tidak bisa mundur, namun tidak bisa maju juga.

Pikiran Jennifer Li sangat kacau, begitu pun suasana hatinya.

Wayne Shen mencium lembut sudut mata Jennifer Li. Tubuh dan hatinya sekarang sama-sama puas. Melihat Jennifer Li terbaring tenang di bawah, ia memberi kecupan ke pinggir bibirnya: “Aku gendong kamu untuk membersihkan tubuh, oke?”

Jennifer Li menutup mata tanpa menjawab. Sekujur tubuhnya penuh bekas ciuman peninggalan Wayne Shen. Si pria sangat banga melihatnya, namun sekaligus juga tahu mungkin ini terakhir kalinya ia bisa mendapatkan momen macam ini. Setelah ini, bisa jadi Jennifer Li akan benci setengah mati padanya dan kabur ke ujung bumi.

Takut si wanita kedinginan, si pria merapikan pakaian si wanita yang terbuka, khususnya di bagian dada. Telinganya mendengar ucapan Jennifer Li yang penuh kebulatan, “Wayne Shen, kamu sudah mendapatkannya. Anggap saja itu bentuk terima kasihku buatmu atas kebaikanmu beberapa hari ini. Nanti sore supir keluarga Li akan datang kemari untuk menjemput aku dan Adam Song. Terima kasih.”

Wajah Wayne Shen memuram. Ia memegang pundak si wantia dengan agak kencang, namun tetap berusaah untuk tidak menyakitinya. Ia bertanya dengan intimidatif: “Jennifer Li, kamu tidak takut aku marah dan menggagahimu lagi?”

“Ya terus aku harus bilang apa? Pepatah bilang tidak ada makan siang gratis. Aku dan Adam Song sudah kenyang beberapa hari ini di rumahmu, jadi anggap saja itu bayaranku. Aku rasa itu pantas kok,” ujar Jennifer Li datar.

“Aku tidak memperkenankanmu bicara begitu.” Hati Wayne Shen yang bergelora perlahan kembali mendingin. Ia menggertakkan gigi: “Kamu bukan pelacur, aku bukan pria penyewa. Aku dari awal sudah bilang, cintaku padamu sangat mendalam.”

“Pokoknya kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau. Kalau aku terus tinggal di sini, aku keterlaluan dan mau enaknya sendiri namanya. Keluar sana!” perintah Jennifer Li dingin. Wanita itu tahu, dibanding berhadapan dengan Wayne Shen, mengahadapi dirinya sendiri jauh lebih sulit. Ini karena barusan, selain merasa terpaksa dan ingin melawan, dirinya sempat juga menikmati kenikmatan yang Wayne Shen berikan.

Melihat wajah Jennifer Li yang dingin, Wayne Shen langsung terpancing sampai kemarahannya merambat ke ubun-ubun. Pria itu menaikkan dagu si wanita untuk memaksanya bertatapan dengan dirinya. Karena marah, tenaganya secara alamiah jadi lebih kencang. Pria itu bertanya garang, “Jennifer Li, kamu pikir nafsuku ini kecil sampai bisa dipuaskan hanya dengan satu kali melakukan? Aku beritahu kamu, masih jauh dari kata cukup!”

Wayne Shen kemudian melepaskan Jennifer Li dan merapikan pakaian. Ia lalu berjalan keluar sambil membanting pintu dengan kencang. Begitu si pria menghilang di balik pintu, tubuh si wanita terasa seperti kehilangan tenaga. Jennifer Li membaringkan diri di kaki ranjang.

Kira-kira sepuluh menit kemudian, di bawah terdengar suara pintu dibanting. Jennifer Li agak tercengang, lalu bangkit berdiri dan berjalan gontai ke kamar mandi. Di bawah pancuran air, ia menggosok-gosokkan tubuhnya dengan sabun sambil menutup mata. Meski begitu, tidak peduli mau bagaimana pun dia menggosok, luka-luka yang ditinggalkan Wayne Shen jelas tidak bisa dicuci begitu saja.

Jennifer Li sadar sesuatu. Mulai saat ini, hidupnya akan berjalan ke satu arah yang berbeda. Ia tidak boleh berurusan lagi dengan arah yang sekarang.

Setelah Jennifer Li kelar mandi, Adam Song sudah bangun dan tengah berbolak-balik di ranjang sambil menggiti jari. Si ibu menghampirinya. Melihat cairan kekuningan di popok dan bau aneh di kamar, ia mengeluh pasrah, “Kamu benar-benar merepotkan ya.”

Jennifer Li menggendong Adam Song ke kamar mandi untuk cucian. Ia memasangkan pakaian bersih untuknya, lalu membuatkan susu. Anak itu ia biarkan minum susu sambil duduk di kereta bayi. Dia sendiri membersihkan ranjang yang terkena kotoran Adam Song.

Ketika merapikan karpet, si wanita melihat sesuatu yang basah-basah. Seolah teringat sesuatu, pipinya langsung merah. Ia mengelap sesuatu yang basah itu, lalu berlari ke kamar mandi sambil membawa lapnya.

Begitu keluar, ponsel Jennifer Li berdering. Melihat identitas si penelepon, ia ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Mama, aku untuk sementara tidak kembali dulu. Aku di sini cukup nyaman. Wayne Shen…… Dia cukup baik pada kami, kamu jangan khawatir. Baik, aku paham. Kamu dan papa jaga kesehatan ya, untuk sementara waktu aku tidak balik ke tempat kalian dulu.”

Setelah telepon kelar, Jennifer Li merapikan semua perlengapan Adam Song ke koper. Sambil menggendong Adam Song di punggung, ia lalu berjalan keluar sambil membawa satu koper ukuran sedang dan satu koper ukuran kecil yang masing-masing berisi barang dirinya dan barang Adam Song. Sementara ini, ia tidak bisa balik ke rumah kediaman keluarga Li sebab Wayne Shen pasti akan mengejarnya ke sana. Ia sedang tidak ingin berjumpa dengannya.

……

Wayne Shen mengendarai mobil berputar-putar di jalanan kota. Ia melakukan ini untuk menghilangkan amarah, namun hasilnya kurang efektif. Pria itu pun memutuskan pergi ke Shen’s Corp. Setibanya di lantai paling atas, Taylor Shen sedang rapat di ruang rapat. Ia memutuskan menunggu kakaknya itu di ruang kerja.

Taylor Shen kelar rapat setengah jam kemudian. Ia berjalan sambil berbincang dengan Christian. Si asisten bertutur: “Song’s Corp dan Joy de Vivre Group ikutan lelang proyek ini. Peluang kita menang masih enam puluh persen, namun dengar-dengar Benjamin Song lagi cari koneksi kesana-kemari untuk minta bantuan. Kalau Arthur belum mati, pria itu pasti bakal membantunya dan peluang mereka menang jauh lebih besar dari kita. Sekarang, kematian Arthur membuat mereka kehilangan komponen penting. Mereka pun sudah tidak punya putri untuk dijual lagi.”

Taylor Shen mengernyitkan alis, “Baik, aku paham. Utus orang untuk mengatasi semua pergerakannya. Jangan biarkan mereka main curang di belakang.”

“Siap.”

Sepanjang berbincang, mereka sudah tiba di depan ruang kerja Taylor Shen. Christian membukakan pintu untuk bosnya. Setelah si bos masuk, ia baru menutup pintu itu dan bergegas ke ruangannya.

Taylor Shen melangkah masuk ruang kerja. Ia seketika terkejut begitu sudut matanya menangkap sosok seseorang yang tertidur di sofa. Ketika diamati dari sudut yang lebih jelas, ternyata itu Wayne Shen. Ia menghampirinya dengan perlahan dan menepuk-nepuk bahunya, “Di rumah bukannya sudah ada wantia cantik ya, kok malah datang dan tidur ke sini? Bukannnya kentut si Adam Song saja terasa wangi buatmu?”

Wayne Shen langsung terbangun. Setelah mengumpulkan kesadaran, pria itu mendudukan diri di sofa. Taylor Shen agak terperangah dengan bekas cengkraman yang ada di leher adiknya. Dengan penuh rasa bingung, ia duduk di sebelah Wayne Shen dan bertanya blak-blakan: “Eh, kamu gagahi si Jennifer Li ya?”

Wayne Shen berada dalam keadaan tidak stabil. Kondom yang kemarin dibelinya ternyata malah membuat Jennifer Li ketakutan sampai mau pergi. Tanpa menutup-nutupi apa pun, ia menceritakan hubungan suami istri yang ia paksakan pada si wanita barusan. Setelah cerita kelar, Taylor Shen memberi tatapan meremehkan pada si adik, “Empat tahun lalu kamu bukannya sudah membuat keputusan buat melepasnya?”

“Iya…… Tetapi keputusan itu kubuat semata-mata karena aku berhutang padanya.”

Taylor Shen ingin mengkritiknya lebih lanjut lagi, namun tidak tega karena melihat perawakannya yang gelisah. Bertahun-tahun menunggu, akhirnya Wayne Shen bisa merasakan juga sensasi berhubungan suami istri dengan wanita yang paling dicinta. Ia mencoba memberi pertimbangan, “Wayne Shen, cinta itu bukan begini cara mainnya. Berhubung kamu sudah melepas dia, ya lepaskanlah dia selamanya dan jangan ganggu-ganggu lagi. Hati yang sudah pergi terkadang tidak bakal kembali lagi, mau bagaimana pun caranya. Kamu sudah bertahun-tahun diam di tempat, sementara dia sudah melalui kegagalan pernikahan. Kalau kamu tidak mau dirimu sendiri menderita, berhentilah mengejarnya.”

“Kak, aku sungguh tidak bisa. Empat tahun lalu, ketika melihat langsung dia menikahi Patrick Song, aku bilang pada diriku sendiri aku wajib merelakannya. Namun, pada akhirnya aku gagal melakukan itu. Sekarang aku sudah mendapat kesempatan yang tidak mudah didapat. Tidak peduli dia bersedia atau tidak, aku tidak bakal melepaskan dia dari genggamanku,” tanggap Wayne Shen keras kepala.

“Ya lakukan saja kalau itu maumu, terus ini kamu menggalaukan apa?”

“Aku……” Wayne Shen kehabisan kata. Meski sudah membulatkan niat dan tidak mau memedulikan perlawanan Jennifer Li sama sekali, ia pada akhirnya tetap tersakiti oleh kata-kata si wanita.

“Wayne Shen, aku saja, kamu galau karena dia tidak bisa membalas perasaanmu kan?” tembak Taylor Shen ke poin utama. Ia tahu rasanya ini. Waktu Tiffany Song menatapnya dengan tatapan asing, hatinya langsung tercabik-cabik parah.

Tidak ada satu pria pun yang mau cintanya tidak dibalas oleh wanita yang dicintai.

Wayne Shen menjambak rambut dengan frustrasi. Adik itu lalu bertanya, “Kakak Keempat, apa hari ini aku…… aku salah?”

“Memang kamu melakukan apa?” tanya sang kakak meski sudah tahu jawabannya. Jarang sekali ia bisa melihat Wayne Shen minta tolong begini, jadi momen ini harus dinikmati.

Sang adik berucap jujur, “Aku menyetubuhi dia.”

Taylor Shen mengangguk. Si kakak lalu memberikan analisa seperti pakar cinta profesional, “Salah, salah besar. Bagi seorang wanita, tindakanmu ini mencerminkan kamu tidak menghargainya. Tetapi, bagi hubungan kalian, ini akan menjadi dorongan bagi kalian untuk terus bersatu. Tanpa melalui tahap ini, hubungan cinta apa pun bakal terus diam di tempat.”

Mendengarkan awalan analisa sang kakak, Wayne Shen merasa sangat bersalah. Lalu, mendengar akhiran analisanya, matanya malah langsung berbinar-binar. Ia bertanya untuk mengklarifikasi, “Jadi maksudmu sekarang situasiku berisiko tetapi juga memberi kesempatan emas untuk terus menjaganya tetap di sisiku?”

“Benar. Yang mana yang bakal terjadi, itu tergantung strategi dan kelihaianmu.”

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu