You Are My Soft Spot - Bab 147 Dengan Adanya Keberadaanmu, Aku Tidak Peduli di Mana Tempatku Berada (1)

Tiffany Song pergi meninggalkan Jalan Mingqing kuno, jiwanya terlihat melayang-layang, James He mengantarkannya kembali ke Vanke City, pandangan mata mengantarnya hingga masuk ke dalam komplek, setelah itu baru sang pria pergi mengemudikan mobilnya. Tiffany Song masuk ke dalam komplek. Sang wanita tidak pulang ke rumah, melainkan duduk di lorong dalam komplek, ketika hari telah menggelap, baru dia berdiri dan pulang.

Menekan nomor kode sandinya, saat memasuki ruangan depan, dia langsung menyadari keadaan rumahnya berbeda dari biasanya. Sang wanita segera mengangkat kepala melihatnya, dalam sekilas langsung bisa melihat sosok bayangan yang ada di samping jendela, hatinya seketika menjadi sesak.

Tangan yang hendak menekan saklar lampu turun secara perlahan. Sang wanita menatap sosok tubuhnya yang tinggi besar itu dengan melamun, ini adalah kemunculan pertamanya setelah mereka putus, sang wanita seakan-akan mampu merasakan aura kemarahan dan kesedihan yang terpancar dari tubuhnya.

Sang pria membalikkan tubuhnya, melihat sang wanita yang berada di dalam kegelapan dengan seksama, kedua orang itu saling diam, siapapun tidak ada yang bersuara untuk menghancurkan keheningan.

Beberapa saat kemudian, Tiffany Song kembali teringat untuk mengganti sepatunya. Sekarang, dia sudah menggantinya dengan sandal rumah, berjalan masuk dengan memaksakan diri untuk tetap tenang, sang wanita berdiri di tengah ruangan tamu, menyindir: "Tuan Shen, masuk tanpa diundang namanya menerobos, anda ingin pergi keluar sendiri, ataupun ingin menungguku untuk menghubungi polisi agar membawa anda pergi?"

Taylor Shen menatapnya terus, di dalam kegelapan, tubuh yang kurus itu menampilkan bayangan yang kesepian, sang pria tidak mampu membayangkan bagaimana caranya dia bisa melewati kehidupannya selama ini. Sang pria berjalan mendekatinya dengan perlahan. Dari kegelapan berjalan ke tempat yang terang.

Tiffany Song merasa kaget dan segera mundur ke belakang selangkah, menatap sang pria yang semakin lama semakin dekat dengannya, jantungnya berdebar dengan sangat kencang. Taylor Shen akan datang mencarinya, dan bahkan bisa muncul di dalam rumahnya, sang wanita tidak merasa kaget sama sekali terhadap semua hal ini, lagipula renovasi dan perabotan rumah ini saat itu, sudah mampu menjelaskan semuanya.

Sang pria tidak akan menyerah!

Tapi ketika tiba waktunya untuk menghadapinya, sang wanita malah merasa begitu tak karuan, hatinya tidaklah seperti yang dipikirkannya dari awal, untuk tetap tegar ataupun mampu menahan diri terhadap aroma rokok dari tubuh sang pria yang sudah mulai tercium olehnya, sudut pandangan mata melirik ke tempat sang pria berdiri tadi, di sana telah bertambah begitu banyak puntung rokok, sang wanita tiba-tiba merasa sulit untuk bernafas, "Jangan mendekat lagi, Tuan Shen."

Taylor Shen berhenti pada tempat yang berjarak selangkah kaki darinya, menundukkan kepala melihatnya telah memotong rambut pendek, bola mata hitam sang pria mengecil, raut wajah menjadi semakin murung, "Ada apa dengan rambutmu?"

Tiffany Song secara spontan ingin meraba rambutnya, rabaan pertama hanya berhasil meraba angin kosong, dia masih belum terbiasa terhadap kenyataan bahwa rambutnya telah menjadi pendek, dan kini hanya sepanjang bahu, menampilkan leher yang putih dan elegan, juga cuping telinga yang mulus, memberikan sebuah aura sexy yang sulit untuk dijelaskan, sang wanita sendiri tidak tahu bahwa dirinya yang seperti ini, terlihat begitu mempesona di mata para pria.

"Sudah kupangkas." Tiffany Song mengatakannya dengan datar, dia telah memangkas rambut sebagai isyarat untuk memotong berbagai hal yang membuatnya gundah, dan hal yang ingin dihilangkannya itu adalah perasaannya terhadap sang pria, tapi saat Taylor Shen telah muncul di hadapannya, Tiffany Song baru mengerti, kalaupun dia memangkas rambutnya hingga botak, tetap tidak mampu memusnahkannya dari kehidupannya, karena sang pria telah membaur bersama dengan darahnya dari dulu.

Dua kata yang sangat singkat, malah nyaris membuat Taylor Shen kehilangan kendali, ia menggertakkan gigi, urat di lehernya muncul secara mendadak, seakan-akan tidak sanggup untuk menerima hal ini, sang pria memindahkan pandangan mata dengan perlahan, "Siapa yang menyuruhmu untuk mengguntingnya?"

Rambut dia adalah miliknya secara pribadi, setiap kali melihat sang wanita sedang terhanyut di bawah tubuhnya, helaian rambutnya di bantal akan memperlihatkan penampilan yang merangsang, sang pria akan menjadi sangat bergairah. Sekarang jika diingat-ingat kembali, mereka yang dulu terasa begitu gila.

Tiffany Song kaget, tidak menjawab, ekspresi wajahnya menjadi dingin, sang wanita mundur selangkah, pencahayaan di dalam rumah begitu gelap, dan sang pria juga begitu dekat, hawa khas pria yang berasal dari tubuhnya telah menyelimutinya secara diam-diam, sang wanita sangat takut, takut dirinya akan terhanyut secara tanpa sadar, dan akan membuatnya kehilangan kendali hingga memiliki pemikiran yang tidak-tidak.

Tapi sang wanita baru saja mundur selangkah, sang pria malah mendekat lagi selangkah, dia kembali mundur, sang pria juga kembali mendekat, hingga punggung Tiffany Song telah menyentuh dinding dan tak bisa mundur lagi, sang wanita baru berkata dengan kacau, "Tuan Shen, mohon jaga sikapmu, kita sudah putus."

Taylor Shen secara diam-diam telah mendesak Tiffany Song hingga ke jalan buntu, memandang sang wanita yang sedang kacau di hadapannya ini, berkata: "Tiffany, katakan padaku, apa hasil dari pemeriksaan DNA?"

Tiffany Song langsung mengangkat kepala memandangnya, hatinya bagaikan telah dihantam oleh seseorang dengan keras, perlahan-lahan menjadi sakit. Semua suara telah menjauh, dan hal yang dipikirkan oleh sang wanita hanya ada satu, sang pria telah mengetahuinya, dirinya ternyata memang tidak bisa menyembunyikan hal ini darinya.

Sang wanita menempel ke dinding dengan erat, baru bisa memaksa tubuh untuk tidak tumbang dan jatuh ke lantai, berkata dengan dingin: "Aku tidak mengerti terhadap apa yang kamu katakan."

"Di hari ketika aku pergi ke Panti Asuhan Bahagia Harapan Indah, kamu memanfaatkan Stella Han untuk mengalihkan pengawasan dari bodyguard, pada hari itu, kamu sebenarnya telah pergi ke Panti Asuhan Bahagia Harapan Indah, yang kukatakan ini benar bukan?" Mata Taylor Shen dengan tajam menatapnya, melihat wajahnya yang menjadi pucat perlahan-lahan, hatinya juga merasa sakit, harusnya masalah ini ditanggung oleh mereka secara bersama-sama, tapi sang pria malah membuatnya kesepian terlalu lama.

Jatuh cinta padanya, adalah hal yang sulit untuk dielakkan, ini adalah nasib yang telah ditakdirkan. Meskipun telah mengetahui hasilnya, tapi di dalam lubuk hatinya yang mendalam, dia tetap tidak bisa menghentikan rasa cinta ini terhadap sang wanita, hanya saja dia akan merasa sedih, sedih terhadap kenapa akhir dari hubungan mereka malah menjadi seperti ini.

Apakah ini adalah balasan dari Tuhan karena telah mengakibatkan adiknya menghilang? Membuatnya mencintai adik perempuannya sendiri, dirinya memang tak bisa dimaafkan, tak bisa diampuni. Tapi meskipun berada dalam keadaan yang begitu menyakitkan dan penuh keputusasaan, sang pria tetap ingin menemaninya di sisi, memberikan apapun yang bisa diberikannya kepada sang wanita, termasuk nyawanya sendiri.

Sekujur tubuh Tiffany Song menjadi gemetara, sang pria benar-benar telah mengetahuinya, "Tidak, aku tidak pergi ke mana pun, aku berada di dalam kota."

"Kamu masih saja ingin menyembunyikannya dariku pada saat seperti ini?" Mata Taylor Shen menatapnya dengan pandangan membara, "Apakah aku akan datang mencarimu begitu saja tanpa memiliki bukti? Tiffany, kenapa setiap kali saat ada masalah, reaksi pertamamu adalah mendorongku pergi, dan menanggung semuanya seorang diri?"

Semakin lama sang pria mengatakan, semakin marah hatinya, dadanya mengembang dan menyusut cepat tanpa henti.

Tiffany Song menatapnya, hatinya menjadi sangat putus asa, "Jadi apa yang harus kulakukan, mengatakannya padamu, bahwa aku adalah adik perempuan yang sedang kamu cari selama ini? Taylor, saat kamu mengatakan aku memiliki sepasang mata yang mirip dengan adikmu dulu, aku harusnya bisa langsung menyadari keganjilan ini, andaikan saja aku mengetahuinya lebih awal, andaikan semua ini terungkap saat sebelum kita melakukan kesalahan besar, mungkin kita tidak akan menjadi seperti ini sekarang, sama sekali tidak perlu merasakan hati nurani yang bersalah dan masuk ke neraka."

Semakin banyak ucapan yang dikatakannya, air mata yang mengalir pun akan semakin deras, rahasia yang dipendam dalam hati telah terkuak, dia malah tidak setenang seperti apa yang dibayangkannya, malah menjadi lebih sakit dan putus asa.

Taylor Shen melihat sang wanita di depan mata yang begitu rapuh bagaikan seseorang yang akan hancur dengan hanya sebuah sentuhan, berjalan mendekat selangkah demi selangkah, mengulurkan tangan memeluknya, sang wanita gemetaran hebat di dalam pelukannya, dagu sang pria didaratkan pada ujung kepalanya, berkata: "Dengan adanya keberadaanmu, aku sama sekali tidak peduli terhadap di mana tempatku berada, kalaupun itu merupakan sebuah neraka, tetap akan terasa bagaikan di surga bagiku."

Sepasang mata Tiffany Song melotot lebar, mendorong sang pria dengan kuat, terlihat dia terdorong sampai sempoyongan beberapa langkah ke belakang, sang wanita melototinya dengan ekspresi yang sulit untuk percaya, "Taylor, beraninya kamu?"

"Aku sudah gila, benar bukan?" Taylor Shen tiba-tiba tertawa, "Di dalam perjalanan untuk menemuimu, aku telah menanyakan diriku sendiri, apa yang bisa kulakukan setelah bertemu denganmu, aku tidak mampu menjawab pertanyaanku sendiri, tapi ketika melihatmu telah masuk ke dalam, aku menjadi mengerti dengan jelas terhadap apa yang kuinginkan, Tiffany, tidak peduli siapa dirimu, semua ini tidak akan mampu mengubah tekadku untuk memilikimu."

"Taylor, Kamu benar-benar telah gila!"

"Benar, aku telah gila, aku hampir didesak olehmu hingga menjadi gila, jika jatuh cinta padamu merupakan sebuah takdir, aku akan mengikuti takdir ini, aku tidak mungkin melepaskan tanganmu." Taylor Shen berjalan ke sisinya dengan perlahan, "Tiffany, mari kita pergi dari sini, pergi ke tempat di mana tidak ada seorang pun yang mengenali kita, dan memulainya dari awal, terhadap hal yang kamu dan aku ketahui, semua akan menjadi sebuah rahasia, aku masih tetap diriku, dan kamu juga tetap dirimu, bagaimana?"

Tiffany Song memandang matanya Taylor Shen, tapi yang terlihat adalah orang yang benar-benar telah menjadi gila, sang wanita menggelengkan kepalanya tanpa henti, "Taylor, kalau hati tidak suci, kabur ke ujung dunia pun tidak akan mampu kabur dari hati nurani yang merasa bersalah dan dosa dari perbuatan kita, kamu pergi saja, jangan datang lagi lain kali."

Setelah mengatakannya, dia membalikkan badan dan berjalan masuk ke kamar, menganggap dirinya tidak pernah mendengar semua ucapan yang begitu mencengangkan dari pria ini, sang wanita baru saja berjalan beberapa langkah, tubuhnya langsung dipeluk oleh sang pria dari belakang, terdengar suara Taylor Shen yang kesakitan: "Tiffany, apakah kamu benar-benar merasa kita memiliki hubungan darah? Apakah kamu mengira kertas yang tipis itu bisa membuktikannya?"

"Aku telah melakukan tes DNA, Taylor." Tiffany Song membentak, "Ketika semua bukti menyatakan kita adalah kakak beradik, sama sepertimu, aku juga pernah merasa curiga bahwa ini bukanlah kenyataan, dan mungkin hanya kebetulan belaka, tapi aku telah melakukan tes DNA, hal ini cukup untuk membuktikan bahwa hubungan kita adalah hasil dari permainan nasib."

"Aku tidak percaya, aku tidak percaya satu patah kata pun."

"Tidak peduli kamu percaya atau tidak, kenyataan tetap terpangpang di hadapan mata, kalau kamu tidak percaya, kamu boleh mengambil rambutku untuk melakukan tes DNA ulang." Sepasang tangan Tiffany Song mendarat di pergelangan tangannya, menariknya dengan kuat dan tegas, lalu berjalan masuk ke kamar dengan cepat.

Di dalam kegelapan, sang wanita berdiri di tengah ruang kamar sambil melamun, air mata mengalir ke bawah, sudah memutuskan untuk tidak menangis, tapi kenapa tetap tak bisa menahannya? Sang wanita dengan perlahan-lahan berjongkok di lantai, Taylor Shen, kamu tahu tidak seberapa besar tenaga yang kugunakan untuk mampu mendorongmu, kumohon agar jangan kembali menggoyahkan keputusanku lagi, boleh tidak?

Tidak ada suara apapun dari luar pintu, setelah berlalu cukup lama, baru terdengar suara pintu telah tertutup, seluruh tenaga di tubuhnya bagaikan telah terkuras sepenuhnya, merebah ke lantai tak bertenaga.

......

Di Swiss Sea Club, Taylor Shen minum hingga mabuk berat, Jordan Bo duduk di depannya, melihatnya minum tanpa henti, terus melihatnya seperti itu hingga merasa tak tahan lagi, kemudian mengulurkan tangan merampas botol bir yang ada di tangannya, "Taylor, setiap kali kamu mabuk berat, pasti berhubungan dengan Tiffany Song, kali ini kenapa bersikap seperti ini lagi?"

Taylor Shen dengan ekspresi mabuk melihatnya sejenak, "Kakak, jika suatu hari, Stella telah menjadi adik perempuan kandungmu, apa yang akan kamu lakukan?"

Seluruh bulu kuduk di tubuh Jordan Bo langsung berdiri, berkata: "Lelucon ini sama sekali tidak lucu."

"Benar, tidak lucu, tapi malah terjadi padaku." Taylor Shen tertawa pahit, bangun dan pergi mengambilkan botol bir Extra Old yang lain dan memasukkannya ke dalam mulut.

Jordan Bo melongo, menatap Taylor Shen, "Apa maksud dari perkataanmu ini? Apa yang kamu maksud dengan terjadi padamu?"

"Tiffany adalah adik perempuan yang telah kucari dengan susah payah selama ini, kamu rasa ini lucu tidak?" Taylor Shen telah menahannya dalam hati begitu lama, hal seperti menjadi mabuk untuk menghilangkan kepedihan hati, sekarang telah dilakukannya dengan semakin lancar, hanya dengan mabuk, baru bisa membuatnya melupakan seluruh rasa sakit ini untuk sementara.

"Bagaimana mungkin?" Reaksi pertama dari Jordan Bo adalah merasa ini sungguh konyol, tapi saat melihat ekspresi dari Taylor Shen, dia tahu bahwa Taylor Shen benar-benar bukan sedang bercanda, lalu bertanya: "Apakah telah melakukan tes DNA?"

"Sudah." Taylor Shen meletakkan botol bir, menatapnya, "Haha, sekuat apapun aku menguras otak, aku tetap tidak mengerti kenapa dia adalah Tiara?"

Taylor, jadi apa rencanamu selanjutnya?" Jordan Bo mengerutkan keningnya, Tiffany Song adalah Tiara Shen, dia tetap merasa ini sangat konyol.

"Kakak, kamu biasanya begitu bijaksana, merupakan orang yang paling berkepala dingin diantara kami semua, ajarilah aku, apa yang harus kulakukan?" Kalau bukan karena mabuk, orang yang seperti Taylor Shen ini, tidak akan pernah mengakui orang lain lebih hebat daripada dia, meskipun orang itu adalah Jordan Bo.

"Jangan menanyakanku, aku tidak bisa membantumu." Tes DNA telah dilakukan, jadi itu pasti merupakan sebuah kenyataan, kalaupun ada orang yang memiliki kepintaran luar biasa, dia pasti akan merasa ini merupakan sebuah teka-teki yang sangat rumit. Tapi entah kenapa, dia merasakan ada sesuatu yang ganjil?

Ada ruang istirahat di dalam ruang VIP, Jordan Bo meletakkan Taylor Shen yang telah tertidur karena mabuk berat ke ranjang besar, dia berdiri di samping pintu sejenak, baru kemudian pergi dari sana.

Mengemudikan mobil kembali ke villa, dari kejauhan, sang pria mampu mendengar tawaan Stella Han yang begitu berlebihan dari dalam villa, sudah berapa lama sebenarnya hati sang pria tidak lagi merasa kesepian. Sang pria berdiri di halaman rumah, melalui jendela kaca, dia mampu melihat ekspresi yang begitu hidup di dalam ruang tamu, dibandingkan dengan Taylor, sang pria benar-benar sangat bahagia.

Sang pria dengan perlahan melangkahkan kaki, masuk ke villa, mendengar suara pintu terbuka, suara sang wanita yang sedang tertawa lepas tiba-tiba terhenti, lalu memalingkan kepala dan bersandar di sandaran sofa melihatnya, "Sudah pulang?"

Ini merupakan sebuah kalimat pertanyaan, namun juga merupakan sebuah pernyataan.

Jordan Bo mengganti sepatunya di ruang depan, lalu berjalan ke arah sofa dengan perlahan, duduk dekat dengannya, mengulurkan tangan dan menggendongnya hingga duduk di atas pangkuannya.

Stella Han menurunkan pandangan mata melihatnya, hidungnya diselimuti dengan aroma bir yang begitu pekat, sang wanita mengerutkan dahinya sedikit, "Minum bir?"

"Hmm." Suara sang pria mengandung aura yang telah mabuk, tangannya yang besar merangkul pinggangnya, "Tiffany adalah Tiara Shen, kamu telah mengetahui hal ini?"

Stella Han secara perlahan melototkan matanya lebar-lebar, memandangnya dengan ekspresi kaget: "Kenapa kamu bisa mengetahuinya?"

"Malam hari tadi pergi minum bersama Taylor, dia yang mengatakannya." Jordan Bo menatap wajahnya, pandangan mata sang pria terlihat lembut, "Hari itu kamu khawatir akan terjadi sesuatu terhadap Tiffany Song, apakah karena alasan ini?"

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu