You Are My Soft Spot - Bab 165 Tiffany Song Sangat Berterima Kasih Padamu (2)

“Kakek, semakin kamu merahasiakan orang itu, aku akan semakin penasaran. Kalau kamu tidak mau bercerita padaku tidak apa-apa sih, aku bisa suruh orang untuk menyelidiki kok. Aku pasti akan tahu apa yang terjadi sebenarnya.” Karry Lian tidak takut dengan cambuk yang kakek pegang. Kalau hari ini ia harus berdarah-darah dulu baru bisa mendapatkan jawaban kakek, ia bersedia melakukannya.

Raut wajah kakek semakin muram. Paman Bai memberi kode melalui tatapan mata pada Karry Lian, tetapi ia tidak menanggapinya. Ia bersikeras harus dapat sebuah jawaban hari ini.

“Karry Lian, kamu kelihatannya sudah lupa dengan tanggung jawabmu. Kamu sungguh lancang!” bentak Kakek. Ia menebas cambuknya. Terdengar bunyi kebasan di udara, lalu cambuk itu mendarat tepat di tengah punggung Karry Lian.

Rasa sakit di punggung Karry Lian menjalar ke seluruh bagian tubuhnya. Ia gigit-gigit bibir berusaha menahan sakit. Cambukan kedua datang dan kembali mendarat di punggungnya. Bau amis darah mulai tercium di udara. Karry Lian bahkan merasa bisa mendengar suara kulitnya sobek.

“Jawab, kamu masih berani suruh orang menyelidiki? Masih berani melawan perintahku? Masih berani membuntutiku?” Wajah dan mata Kakek penuh kemarahan. Ia menatap Karry Lian dengan garang. Kalau saja ia bisa bergerak dengan normal, kalau saja ia tidak perlu menyembunyikan lukanya, buat apa ia bergantung pada cucunya ini untuk balas dendam?

Karry Lian tidak menjawab. Kakek menganggap itu sebagai jawaban tidak dan kemarahannya jadi semakin memuncak. Ia menebas-nebaskan cambuknya ke punggung Karry Lian berkali-kali sampai jasnya sobek-sobek. Darah segar terlihat menggenang di antara luka-luka Karry Lian.

Paman Bai gigit-gigit bibir di sebelah sambil membujuk, “Tuan Muda, cepat mengaku salah pada Kakek. Katakan kamu sudah lancang, cepat katakan.”

Karry Lian menunduk. Ia tidak mengindahkan bujukan itu sama sekali. Ia seorang pengacara, ia harus mengikuti kata hatinya sendiri tanpa mau diperintah orang lain tanpa alasan yang jelas. Kejadian-kejadian belakangan ini sudah cukup menyakiti hati nuraninya. Kalau kakek tidak mau memberitahukan kenyataan yang sebenarnya, ia pastikan ia tidak akan menyerah sampai kapan pun!

Cambukan demi cambukan terus mendarat di punggung Karry Lian. Ia tidak bersuara apa-apa. Paman Bai panik sampai jidatnya penuh keringat dingin. Ia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada Karry Lian kalau pukulan ini tidak berhenti juga.

Kakek total mencambuk Karry Lian sekitar dua puluh kali. Dengan nafas terengah-engah, ia menatap Karry Lian yang terbujur kaku di lantai dengan jas yang sudah sobek. Darah segar mengalir deras ke lantai, kelihatannya tenaganya sudah terbuang banyak hanya untuk ini.

Meski suda babak belur, Karry Lian tetap saja bertahan pada keteguhan hatinya. Kakek tertawa dingin, “Karry Lian, kamu tahu sifat apa yang paling aku nikmati darimu?”

Punggung Karry Lian sudah mati rasa saking kebanyakan dipukul. Keringat dingin mengalir dari dagunya ke lantai. Ia menggigit-gigit bibir. Meski sudah berusaha keras untuk bangkit berdiri, ia tetap saja terbujur lagi ke lantai karena rasa sakit yang menjalar di punggungnya.

Paman Bai gemetar melihat Karry Lian kembali terbujur ke lantai. Ia belum pernah melihat kakek menunjukkan rasa kasihan pada siapa pun.

Kakek menjawab sendiri pertanyaannya: “Sikap keras kepalamu. Suatu saat sikap ini akan menghancurkanmu. Kalau sampai aku dapat kabar bahwa kamu ikut campur urusan ini lagi, atau bahkan membantu Taylor Shen lagi, aku tidak akan memukulmu. Aku akan langsung habisi wanita yang ada di hatimu. Kalau tidak percaya kita lihat saja nanti.”

“Kakek!” Karry Lian akhirnya bersuara juga. Ia mendongak menatap Kakek: “Kakek, ini tidak ada hubungannya dengan dia.”

“Bagaimana mungkin tidak ada hubungannya dengan dia? Dia sudah memprovokasi cucuku untuk berkhianat, jadi ia adalah musuh terbesarku. Karry Lian, aku melakukan ini sepenuhnya demi kebaikanmu. Singkirkan Taylor Shen, baru kamu bisa mendapatkannya!” Kakek tertawa terbahak-bahak.

Karry Lian paham kakek tidak pernah asal berbicara. Ia selalu melaksanakan apa yang ia katakan. Karry Lian menggeretakkan gigi dan berkata: “Kakek, aku janji aku akan patuh dengan perintahmu. Aku tidak akan berkhianat lagi. Mohon jangan apa-apakan dia!”

Kakek menunduk mendekatinya. Melihat keringat dingin di wajah cucunya, kakek mengangguk puas, “Ini baru cucuku yang baik. Ingat baik-baik janjimu barusan.”

“Iya, aku akan ingat.”

“Sana pergi, urus luka-lukamu itu.” Kakek mengibas-ngibaskan tangan tanpa melihat Karry Lian lagi.

Karry Lian ingin bangkit berdiri, tetapi baru bergerak sedikit punggungnya langsung sakit lagi. Ia mengerang kesakitan sambil kembali berlutut. Paman Bai buru-buru maju untuk membantunya berdiri, tetapi Kakek Shen melarangnya dengan dingin, “Jangan bantu dia, biarkan dia berdiri sendiri.”

Paman Bai mengurungkan niatnya. Ia mengamati Karry Lian bangkit berdiri dengan susah payah lalu naik ke lantai atas dengan memijak satu per satu anak tangga secara perlahan. Ia kemudian menoleh ke Kakek. Ia menggeleng perlahan tanpa berani berucap satu kata pun.

……

Taylor Shen menyetir ke rumah kediaman keluarga Shen. Kakek Shen sedang berkebun di pekarangan. Melihat Taylor Shen kembali, ia mendeham dingin, menyerahkan gunting taman ke Raka, lalu berjalan masuk ke vila.

Taylor Shen mengimbangi langkahnya, “Aku ingin tanya-tanya soal kebakaran lima belas tahun yang lalu.”

Tubuh Kakek Shen langsung kaku. Raut wajahnya berubah sejenak, tetapi ia berhasil kembali tenang dalam sekejap, “Urusan yang sudah lewat biarlah berlalu, sekarang tanya-tanya apa gunanya? Oh ya, tes DNA yang waktu itu pakai sampel rambutku sudah keluar belum? Kamu sudah ketemu Tiara ya pasti?”

Taylor Shen dengan jelas sekali bisa membaca Kakek Shen tengah menghindari pertanyaannya, “Urusan Tiara nanti kita bicarakan habis ini. Aku sekarang ingin membicarakan tentang kebakaran lima belas tahun yang lalu. Wanita yang mati terbakar di vila saat itu apakah benar-benar mamaku?”

Kakek Shen berbalik badan dan menatapnya kesal, “Ya kalau bukan mamamu siapa lagi? Waktu itu kan hanya ada kamu dan mamamu di vila. Mamamu mendorongmu keluar, sementara ia sendiri tidak bisa kabur, bukannya kamu menyaksikan ini dengan mata kepalamu sendiri?”

“Iya, aku menyaksikan itu dengan mata kepalaku sendiri, tetapi aku ingat di villa ada jalan terowongan bawah tanah rahasia,” jawab Taylor Shen. Dengar-dengar orang terkaya di Hong Kong, Li Ka-shing, punya terowongan bawah tanah rahasia. Setelah kabar ini menyebar luas, orang-orang kaya Tiongkok pada mengikuti tindakannya. Soal kebakaran waktu itu, pihak polisi sempat menyelidiki penyebab terjadinya kebakaran, tetapi kemudian tidak ada kabar lanjutan lagi. Insiden ini berakhir misterius dan tidak jelas.

Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, insiden ini menyimpan seribu tanda tanya.

Di tatapan Kakek Shen sempat terlintas kepanikan, tetapi melintasnya cukup sekali sampai Taylor Shen tidak menyadarinya sama sekali. Kakek Shen berkata, “Tidak ada terowongan bawah tanah rahasia, salah ingat kamu.”

“Apa mamaku sebenarnya belum mati?” Taylor Shen menatap Kakek Shen dalam-dalam. Ia tidak mau melewatkan satu pun ekspresi yang muncul di wajah pria tua itu.

Kakek Shen mengernyitkan alis, “Ngomong apa kamu ini? Mamamu sudah mati.”

“Aku tidak percaya. Kalau ia sudah mati, mengapa masih ada orang yang membawa-bawa jerumbai berwarna buatannya, juga masih meminta tolong padaku? Aku percaya ia pasti masih hidup, siapa tahu ia disekap seseorang di rumah. Aku harus menyelamatkannya.” Taylor Shen sumringah. Wanita bisu, tuli, dan buta di rumah sakit sebenarnya mama atau bukan ya? Kalau bukan, mengapa bisa ada bunga melati di kamarnya? Itu bunga kesukaan mama, juga merupakan nama mama.

Semua ini tidak mungkin hanya kebetulan belaka!

“Taylor Shen, aku tahu penyesalan terbesarmu seumur hidup adalah peristiwa Jasmine Yang mengorbankan dirinya sendiri mati dalam api demi menyelamatkanmu. Tetapi, kamu tidak boleh asal menebak mamamu masih hidup hanya karena tidak bisa berdamai dengan penyesalan itu. Dokter waktu itu juga sudah memastikan yang mati itu mamamu,” ujar Kakek Shen. Jasmine Yang adalah istri keduanya. Setelah wanita itu meninggal, ia tidak tertarik untuk menikah lagi.

Taylor Shen menggeleng kencang, “Bukan begitu. Kamu paling paham, aku berpikir dia masih hidup bukan karena aku merasa bersalah, melainkan karena aku benar-benar merasakan ia masih hidup. Aku hanya butuh satu langkah lagi untuk menemuinya.”

“Kamu sepertinya sudah larut dalam imajinasimu sendiri. Masa hanya berdasarkan satu jerumbai berwarna kamu langsung yakin sekali mamamu masih hidup? Mamamu sudah mati, sudah mati lima belas tahun yang lalu. Kamu harus paham dan terima kenyataan ini.” Kemarahan Kakek Shen perlahan terpancing. Selepas Jasmine Yang meninggal, ia menghabiskan banyak sekali tenaga dan pikiran untuk melupakannya. Taylor Shen ini malah mengungkit-ungkit dia lagi.

“Kamu tahu tidak, hari ini saat aku pergi ke Rumah Sakit Kota An, aku melihat ada bunga melati kesayangan mamaku di salah satu ruang pasien. Aku yakin ia pasti masih hidup. Insiden kebakaran waktu itu pasti akan aku selidiki sejelas-jelasnya. Aku tidak akan membiarkan pelakunya bebas berkeliaran tanpa dihukum!” Taylor Shen berseru tegas. Sekarang ada banyak sekali hal yang ia curigai. Ia harus menyelidiki semuanya sampai tuntas.

“Taylor Shen, cukup. Ini sudah masa lalu, aku tidak mengizinkanku melakukan penyelidikan,” debat Kakek Shen.

“Mengapa takut aku melakukan penyelidikan? Takut aku tahu ternyata kamu sendiri yang membakar vila ya jangan-jangan?” selidik Taylor Shen. Ia sebelumnya belum pernah menelusuri soal ini, jadi si pelaku masih bergerak bebas. Sekarang ia tidak akan melepaskannya sama sekali!

Kakek Shen menatap Taylor Shen marah, “Taylor Shen, aku katakan sekali lagi, aku tidak mengizinkanmu melakukan penyelidikan!”

Semakin kakek melarang, Taylor Shen jadi semakin ingin menyelidiki. Mungkin ini memang sikap bawaan negatif setiap manusia. Meski sudah tahu betul hasil akhir akan menyakitkan bagi diri sendiri, orang-orang pada bersikeras mencari tahu kenyataan.

Taylor Shen mengalihkan topik pembicaraan. Ia menyerahkan berkas hasil tes DNA yang dari tadi ia pegang ke Kakek Shen: “Ini perbandingan DNA kamu dengan DNA Angelina Lian. Ia Tiara.”

Kakek Shen menerima berkas itu dan langsung membukanya. Begitu melihat hasil akhirnya, ia menatap Taylor Shen dengan mata berbinar: “Sungguhkah ini? Laporan tesnya bisa dipercaya?”

“Aku mengantar sendiri sampelnya ke sebuah lembaga tes DNA di Amerika Serikat. Tidak ada orang yang menyentuh sampel itu selain aku, jadi hasilnya tidak mungkin salah. Angelina Lian adalah Tiara.” Taylor Shen mengangguk. Laporan lembaga tes DNA dalam negeri bisa saja diutak-atik oleh orang yang punya niat tidak baik apdanya, tetapi laporan lembaga tes DNA luar negeri tidak mungkin. Inilah alasan mengapa ia memutuskan mengantar sendiri sampel tesnya ke luar negeri.

“Anak yang kasihan…… Akhirnya kita berhasil menemukannya kembali.” Mata Kakek Shen berkaca-kaca. Dua puluh tahun sudah berlalu. Ia sudah mengikhlaskan anak itu, sungguh tidak disangka hari ini ia dikejutkan oleh kabar baik dari Taylor Shen.

“Kamu kan sudah menemukannya kembali, mengapa kamu tidak bawa dia kemari untuk bertemu denganku? Bagaimana penampilannya sekarang? Ia mirip mamamu atau mirip aku?” tanya Kakek Shen tanpa henti.

Taylor Shen menjawab: “Aku kemari juga untuk berdiskusi soal itu denganmu. Berhubung kita sudah menemukan Tiara, kita harus mengelar pesta untuk merayakan secara resmi kepulangannya. Ia kita suruh tinggal di rumah kediaman keluarga kita saja.”

Kakek Shen mengelus-elus jenggot: “Ide bagus. Ia sudah menderita di luar sekian lama, sekarang kita harus mengompensasi semua penderitaan itu dengan yang baik-baik. Oh ya, siapa ayah dan ibu angkatnya?”

“Ia ditinggalkan orang di panti asuhan, lalu diadopsi oleh kepala keluarga Lian, Arvin Lian. Ia tumbuh besar di rumah kediaman keluarga Lian, klalu kemudian dikirim ke Amerika. Aku kenal dengan dia di Amerika, namun aku sama sekali tidak menyangka ia Tiara,” ujar Taylor Shen dengan diakhiri desahan pilu.

Kakek melipat dahi, “Ia diadopsi oleh keluarga Lian?”

“Betul. Beberapa tahun lalu, Kakek Lian mengusirnya keluar dari rumah keluarga karena ia secara tidak langsung menyebabkan kematian Arvin Lian dan istrinya. Sekali pun ia sekarang sudah pulang ke Kota Tong, keluarga Lian tetap tidak mau mengakuinya.”

Kakek tercengang, “Tiara tumbuh besar di keluarga Lian?”

“Betul.” Taylor Shen mengangguk.

“Kalau begitu kapan kamu bawa dia kemari untuk bertemu denganku? Entahlah ia masih ingat denganku atau tidak, kita kan sudah sangat lama sekali tidak bertemu.” Kakek ikut mendesah pilu. Ia ingat Arvian Lian sempat mengadopsi anak perempuan dari panti asuhan. Usianya waktu itu kurang lebih sama dengna Tiara. Ia tidak menyangka ternyata selama ini Tiara ada di samping mereka.

“Aku akan membawanya kemari kok.”

Taylor Shen masih ada satu urusan lagi di sini. Ia tidak langsung bergegas pergi setelah mereka kehabisan topik pembicaraan. Ia naik ke lantai atas dan masuk ke ruang buku Kakek Shen.

Hari sudah gelap ketika ia mau turun ke lantai bawah. Para asisten rumah tangga sedang memasak makan malam, sementara Kakek Shen dan Angela He menonton berita di ruang tamu. Angela He sesekali berbincang dengan si pria tua. Mereka terlihat sangat kompak dan dekat.

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu