You Are My Soft Spot - Bab 354 Ciuman yang Tidak Diduga (3)

Ketika Stella Han sudah mau keringatan karena tidak berhasil juga mengurusi resleting, pintu ruang istirahat terbuka dan Jordan Bo berdiri di sana. Stella Han menoleh padanya dengan wajah merah dan meminta: “Jordan Bo, tolong bantu aku tarik resletingnya. Sepertinya nyangkut deh.”

Si pria menghampiri si wanita dan berdiri di belakangnya. Ia menelan ludah melihat punggung seksi yang tterpampamng di depannya. Tangan Jordan Bo menggantikan tangan Stella Han untuk melakukan ini. Ia mencoba menaikan dan menurunkannya beberapa kali, lalu bilang: “Ini kainnya ada yang nyangkut di dalam.”

“Oh,” jawab Stella Han dengan agak canggung. Begitu suaminya masuk, wanita itu merasa udara ruang istirahat jadi agak sulit untuk dihirup. Selain itu, bulu kuduknya juga tidak tahan untuk tidak berdiri karena jari Jordan Bo sesekali menyentuh kulit punggungnya.

Setelah beberapa kali percobaan, Jordan Bo akhirnya berhasil memasangkan resleting Stella Han sampai ke paling atas. Ia meluruskan kepala dan menatap cermin. Keduanya kini berdiri dengan posisi satu di depan dan satu di belakang. Si pria lebih tinggi satu kepala dibanding si wanita, sungguh pasangan yang terlihat serasi!

Jordan Bo menaruh kedua tangan di bahu Stella Han. Merasakan tubuhnya agak gemetar, ia bertanya perhatian, “Dingin ya?”

Stella Han merasa semakin sulit buat bernafas. Ia tidak berani menatap bayangan mereka berdua di cermin. Bayangan itu terlalu romantis, ia tidak mau lihat sedikit pun! Si wanita menjawab, “Iya, sedikit.”

Jordan Bo melepaskan tangannya dari bahu Stella Han, berbalik badan, dan pergi sebentar ke sebuah lemari. Tidak lama kemudian, ia kembali dengan jaket merah yang langsung dipasangkan ke bahu istrinya. Pria itu kembali bertanya, “Sekarang masih kedinginan?”

Si istri menggeleng, “Tidak.”

Jordan Bo menyapukan pandangan ke leher Stella Han, sementara satu tangannya turun dari bahu Stella Han ke tangan kecilnya. Ia mengajak: “Yuk berangkat.”

Stella Han berjalan di belakang Jordan Bo. Melihatnya masih mengenakan pakaian tadi pagi, ia bertanya bingung: “Kamu tidak perlu ganti pakaian?”

“Tidak perlu, tokoh utama hari ini adalah kamu dan bukan aku.” Mereka sudah berjalan keluar ruang istirahat ketika pembicaraan sampai di sini. Sepanjang berjalan ke lift, ia mengikuti langkah Jordan Bo dengan setengah berlari. Ketika masuk lift, ia akhirnya bisa menarik nafas yang daritadi tertahan karena berjalan dengan sangat cepat. Gila pria ini, bisa lebih pelan tidak sih kalau melangkah?

Dari Bo’s Corp, Jordan Bo melajukan mobil ke sebuah toko perhiasan. Di toko itu, ia membelikan sepaket perhiasan berbahan turmalin buat Stella Han. Dengar-dengar, turmalin adalah permata yang paling berharga di toko ini. Ketika dipasangkan di tubuh Stella Han, perhiasan-perhiasan itu makin memperkuat pesona tubuh si wanita daan gaun merahnya.

Jordan Bo menatap Stella Han berdetik-detik tanpa putus. Orang bilang, perhiasan memang akan menambah kecantikan seorang wanita berlipat-lipat. Stella Han pada dasarnya sudah cantik, sekarang begitu pakai perhiasan sulit dibayangkan kan seberapa cantiknya dia? Wow, istrinya ini sama sekali tidak kalah dengan putri-putri keluarga terhormat!

Pada momen ini, yang Jordan Bo paling inginkan adalah…… menyobek pakaian Stella Han. Ia ingin wanita itu baring dalam kondisi telanjang bulat di bawahnya, lalu melayani nafsunya sampai kenyang.

Jordan Bo memalingkan wajah dari Stella Han untuk menghilangkan pikiran tidak waras ini. Ia bukan pria yang bernafsu besar, tetapi entah mengapa selalu terangsang sekali tiap berhadapan dengan Stella Han. Yang bisa dia pikirkan soal Stella Han hanya ranjang, ranjang, dan ranjang. Tidak ada hal lain yang ia minati selain naik ke ranjang dengannya.

Si pria merangkul tangan si wanita keluar toko perhiasan. Setengah jam kemudian, mereka sudah tiba di depan ruang pesta sebuah hotel bintang lima. Jordan Bo mengangkatg tangan tanda mengkode Stella Han untuk merangkulnya.

Stella Han menarik nafas panjang, lalu melakukan kodenya. Melihat eskpresi wanitanya yang agak kaku karena gugup, si pria tersenyum tipis: “Stella Han, tetap tersenyum.”

Stella Han memberikan tampang jelek pada Jordan Bo dan itu membuatnya terbahak. Pelayan membukakan pintu, lalu mereka berdua berjalan masuk dengan berangkulan mesra. Dekorasi ruang pesta sangat cantik dan mewah. Para hadirin terhormat mengenakan pakaian-pakaian yang sangat maskulin dan sangat feminim. Ada yang lagi mengobrol, ada yang lagi foto-foto, macam-macam lah……

Kehadiran Jordan Bo dan Stella Han segera menarik perhatian semua orang. Alfred Bo, yang lagi mengobrol, menghentikan percakapan dan menatap mereka berdua. Menyadari tatapannya, sepasang suami-istri yang ditatap melangkah menghampirinya. Melihat raut gugup Stella Han, Jordan Bo menepuk lengannya dengan lembut serta berbisik pelan: “Kamu sangat cantik. Jangan gugup, pertahankan senyum.”

Stella Han menoleh pada Jordan Bo. Ia mengamati suaminya itu mengangguk dengan elegan pada orang-orang yang dikenal. Luar biasa, semua orang juga membalas anggukannya dengan penuh hormat. Berdiri di sebelah Jordan Bo, Stella Han bahkan merasa pesona dirinya jadi ketutupan.

Jordan Bo menyadari tatapan Stella Han. Ia menoleh padanya dan melihat tatapan terpesoan pada kedua matanya. Pria itu tersenyum senang dan berbisik di sebelah telinga si wanita, “Menatap priamu sampai begini, kamu pasti lagi sangat jatuh cinta ya?”

Telinga Stella Han langsung memerah. Ia membuang pandangannya dan mencubit tangan Jordan Bo yang lagi bergandengan dengannya. Dengan cemberut, ia menjawab ketus: “Mimpi, aku tidak cinta kamu.”

Jordan Bo tertawa saja. Ia dalam hati bilang, lanjutkan saja terus kebohonganmu itu. Ketika Stella Han menatap ke depan lagi, pandangannya sekilas bertemu pandangan Nyonya Bo yang berdiri di sebelah Alfred Bo. Bibirnya seketika jadi kaku.

Nyonya Bo menatap Stella Han dengan sangat dingin. Sejak mereka bertengkar di Halley City lalu, ia jadi semakin tidak senang dengan menantu yang berasal dari keluarga biasa-biasa ini. Bagi dia, latar belakang dan perangai Stella Han bahkan masih kalah dibandingkan Bretta Lin yang dulu pernah ia suruh pergi dengan imbalan segepok uang! Bretta Lin setidaknya masih punya sedikit bakat seni, sementara Stella Han tidak punya kelebihan sedikit pun.

Terkadang, saking tidak suka dengan sosok menantunya, si nyonya bahkan sesekali berpikir mengapa anaknya bisa menikahi wanita macam dia. Orang tidak jelas begitu disukai, wanita-wanita kelas atas yang dia kenalkan setiap saat malah ditolak semua!

Sekali pun Stella Han hanya sekilas melihat Nyonya Bo, ia sadar bahwa dirinya terus diamati dengan tatapan provokatif sampai sekarang. Si wanita pernah mencoba mendekati Nyonya Bo baik-baik, namun tingkat kesulitannya luar biasa tinggi. Nyonya Bo pada dasarnya sudah memandang dia dengan sangat rendah, jadi usahanya tidak dianggap sedikit pun.

Berhubung memang tidak bisa didekati, buat apa dia susah-payah memaksakan diri? Betul kan?

Jordan Bo menggandeng Stella Han sampai berdiri berhadap-hadapan dengan Alfred Bo dan Nyonya Bo. Alfred Bo tersenyum ramah pada putranya sendiri, lalu menatap menantunya. Ia kelihatannya sangat puas dengan gaya berpakaian Stella Han hari ini. Pria itu menyambut, “Datang juga kalian.”

Jordan Bo mengangguk dan membalas sapaan papanya. Sementara itu, Stella Han juga memanggil masing-masing dari mereka “pa” dan “ma” dengan patuh. Alfred Bo mengangguk, sementara Nyonya Bo terlihat dingin sedingin-dinginnya.

“Kakek barusan agak pusing, jadi pergi istirahat ke ruang privat. Ia berpesan, kalian tidak perlu ke sana untuk menyapanya. Jordan Bo, yang datang malam ini semuanya tamu penting. Kenalkanlah istrimu pada mereka.”

“Baik, kalau begitu kami keliling dulu.” Jordan Bo mengajak Stella Han berbalik badan dan berjalan. Si istri menatap wajah samping suaminya. Ia ragu-ragu sejenak, lalu berjinjit dan berbisik: “Jordan Bo, mamamu sepertinya sangat tidak suka denganku.”

“Kamu pun tidak tinggal dengannya, jadi peduli apa?” balas Jordan Bo santai. Ia merasa pengusiran yang ia lakukan pada mamanya waktu itu agak keras, tetapi ia yakin tindakannya benar. Mama tidak perlu repot-repot mengubah ini dan itu istrinya, orang dia sendiri sudah suka kok!

“Tidak ada efeknya buat kehidupanku sehari-hari sih, tetapi bagaimana pun juga dia mamamu. Apa baik kalau kita membiarkan situasi ini?” tanya si wanita ragu. Dalam lubuk hati terdalam, ia sebenarnya agak menyesal karena gagal menahan kemarahan waktu itu.

Jordan Bo mengetuk-ngetuk kepala belakang istrinya, “Kamu lowong sekali ya sampai punya waktu memikirkan ini. Lebih baik, kamu pikirkan bagaimana cara menyenangkanku saja deh.”

Stella Han mengelus bagian yang barusan diketuk. Ia bertutur tidak puas: “Kalau mamamu begini, aku kan jadi terhimpit di tengah-tengah……”

“Kamu tidak perlu pusingkan itu. Jadi dirimu sendiri setiap saat, urusan lainnya biar aku yang pikirkan.” Jordan Bo memijit bagian yang tadi ia ketuk.

Seberkas senyum terpasang di bibir wanita di sebelahnya, “Memang suamiku paling perhatian.”

Kalimat barusan membuat hati Jordan Bo berbunga-bunga. Ia ikut tersenyum tipis seperti istrinya: “Katakan sekali lagi.”

Baru mau mengucapkannya lagi, Stella Han menyadari senyuman nakal Jordan B. Ia mendeham kesal dan membatalkan niatnya: “Aku hanya mau memuji sekali saja.”

Senyuman nakal si pria jadi makin lebar. Daritadi, adegan ini diamati oleh Bretta Lin yang baru keluar dari kamar mandi. Hatinya sakit seperti ditusuk-tusuk jarum. Sejak kapan yang Jordan Bo tatap bukan dirinya lagi?

Ketika Stella Han menoleh ke arah lain, sudut matanya tanpa sengaja menangkap sosok Bretta Lin di kamar mandi. Ia mengernyitkan alis melihat wanita yang kini memakai gaun putih itu. Sambil mengamati wajah Stella Han, Jordan Bo menyadari perubahan raut yang ada di sana. Ia refleks menatap ke arah yang lagi ditatap wanitanya, lalu juga melihat sosok Bretta Lin. Pria itu mengernyitkan alis. Ini kan pesta milik keluarga Bo, kok bisa-bisanya ada dia?

Nyonya Bo berjalan ke Bretta Lin, lalu menggandeng tangannya. Si nyonya membawa wanita itu ke hadapan Jordan Bo dan Stella Han, kemudian berucap: “Jordan Bo, aku lupa cerita denganmu. Bretta Lin dua hari lalu berjumpa denganku di jalan, aku nyaris saja tidak mengenalinya. Coba lihat, dia makin lama makin cantik kan?”

Bretta Lin menundukkan kepala. Ia sungkan melihat Jordan Bo dan Stella Han bergandengan tangan begini. Si wanita menyapa canggung: “Halo Jordan Bo, halo Pengacara Han.”

Jordan Bo dari awal sudah tidak begitu senang melihat kedatangan Bretta Lin kemari. Sekarang, melihat wanita itu bergandengan tangan dengannya, ia menebak pasti dia datang karena diundang mamanya! Pasti begini, tidak mungkin tidak!

Si pria menatap mamanya dengan geram, sementara yang ditatap langsung membuang muka ke Stella Han. Si Nyonya Bo kemudian bertanya pada si istri Jordan Bo: “Bretta Lin dan Stella Han saling kenal? Wah, kebetulan sekali. Oh iya, kalian sama-sama berprofesi sebagai pengacara kan? Kalau begitu, kalian pasti bisa mengobrol banyak.”

Perasaan Stella Han campur aduk tidak karuan. Tujuan Nyonya Bo mengundang Bretta Lin kemari pasti untuk mengancam dirinya secara tidak langsung. Ia sih tidak mengkhawatirkan apa-apa, sebab ia tahu siapa wanita yang sungguh-sungguh punya hati Jordan Bo. Yang ia terus pikirkan, apa Nyonya Bo tidak cemas kehilangan simpati anaknya karena terus macam-macam?

Stella Han berdiri dalam diam, juga melepaskan tangannya dari tangan Jordan Bo. Ia ingin melihat bagaimana kelanjutan dan akhir drama ini.

Pegangannya dilepas, Jordan Bo kembali mengenggam Stella Han. Kekuatan pegangannya kali ini jauh lebih kuat dibanding yang sebelumnya, rasa-rasanya dia sudah mau mematahkan tulang wanitanya saja. Stella Han kesakitan sampai mendongak menatap wajahnya. Melihat kemarahan di wajah suaminya, ia benar-benar bingung mengapa orang ini tiba-tiba emosi.

Bretta Lin tersenyum dengan terpaksa. Ia kira-kira sudah bisa menebak alasan Nyonya Bo mengundangnya ke pesta internal keluarga. Wanita itu berkata lembut: “Tante, aku sudah pernah berjumpa Pengacara Han beberapa kali. Ia sangat terkenal dalam dunia kepengacaraan, bahakan banyak pengacara senior yang mengaguminya. Sungguh, ia merupakan panutanku.”

Mendengar bualan Bretta Lin, Stella Han dalam hati memakinya sebagai seorang pesandiwara! Di hadapan Jordan Bo dan Nyonya Bo, wanita itu selalu saja terlihat sok baik dan sok polos. Di hadapan dirinya, dia malah songong setengah mati!

Nyonya Bo menyapukan pandangan ke Stella Han sekilas, kemudian menanggapi: “Sehebat-hebatnya wanita di luar rumah, sekembalinya ke rumah dia tetap harus bersikap lembut dan rajin melayani keluarga. Bretta Lin, kamu seperti sekarang sudah baik kok. Jadilah dirimu sendiri, jangan jadikan siapa pun panutan.”

Bretta Lin bisa mendengar ketidakpuasan Nyonya Bo pada Stella Han dalam nasehatnya ini. Ia menoleh ke Jordan Bo, kebetulan pria itu juga lagi melihatnya. Tatapan si pria sama sekali tidak mengandung kelembutan. Dia sepertinya lagi menyalahkannya karena ia tidak seharusnya berada di sini.

Bretta Lin jadi merasa tidak enak. Ia menunduk untuk menutupi matanya yang seketika memerah, lalu pamit dengan suara pelan: “Tante, Jordan Bo, aku tiba-tiba ada urusan mendadak. Aku pamit ya.” Setelah bilang begini, Bretta Lin melepaskan tangannya dari tangan Nyonya Bo dan melangkah ke arah pintu.

Mungkin karena jalannya terburu-buru, Bretta Lin tidak sengaja menubruk pelayan yang berjalan di depannya. Si wanita tersungkur dan jatuh di karpet. Tidak sampai di situ, nampan yang dibawa si pelayan juga bergoyang dan gelas-gelas bir yang ada di atasnya tumpah membasahi Bretta Lin. Bir merah, bir hijau, bir putih, semuanya tumpah mengenai gaun cantik yang dikenakannya. Semua orang ternganga melihat adegan ini.

Stella Han mengamati pemandangan Bretta Lin terjatuh, lalu tangan besar yang lagi memegang tangannya tiba-tiba lepas. Ketika ia terbangun dari lamunan, ia hanya melihat sekelebat bayangan yang buru-buru berlari mendatangi Bretta Lin. Jordan Bo, yang daritadi berdiri di hadapannya, kini sudah berjongkok di depan wanita yang menjadi musuh cintanya.

Stella Han termenung menatap spot yang ditinggalkan Jordan Bo. Tangan yang barusan dilepaskan oleh suaminya itu terasa mendingin. Stella Han mengepalkan tangan perlahan-lahan. Ketika ia mendongak ke tempat kejadian adegan barusan, ia melihat Jordan Bo sudah membopong Bretta Lin keluar ruang pesta dengan tergesa-gesa.

Dalam hitungan detik, mata semua orang tertuju pada Stella Han. Ada yang memberi tatapan simpati, ada yang kasih tatapan kasihan, ada pula yang melihatnya dengan tatapan meledek. Stella Han berdiri diam tanpa mengindahkan satu tatapan pun. Hanya dirinya sendiri yang tahu betapa kosong hatinya sekarang. Kosong hingga sakit, kosong hingga mau menangis.”

Kalau bicara siapa yang paling sial hari ini, jawabannya adalah Stella Han dan bukan Bretta Lin. Meski hari ini dirinya tampil dengan sangat menawan, ia tidak lebih dari seorang wanita yang diterlantarkan prianya.

Waktu mau berangkat tadi, Jordan Bo bilang aktor utama hari ini adalah Stella Han. Saat ini, pernyataan itu mendapat pembuktiannya. Tatapan simpatik dan tatapan meremehkan terasa seperti duri yang menusuk tubuh Stella Han. Ia hari ini jadi aktor utama, tetapi aktor utama yang dianggap lelucon!

Dari kejauhan, Ned Guo melihat Stella Han seperti anak yang kehilangan orangtuanya. Rasa sakit terpancar keluar dari hatinya. Ned Guo sendiri diundang ke pesta keluarga Bo karena punya hubungan baik dengan Jordan Bo. Ia tahu bisa bertemu Stella Han di sini, jadi memenuhi undangan itu.

Di pesta ini, kalau pun hanya bisa melihat Stella Han dari jarak jauh, Ned Guo sudah merasa puas. Entah mengapa ia berfirasat, kalau ia tidak bertemu wanita kesayangannya itu hari ini, ia bakal kehilangan jejaknya seumur hidup. Pria itu dari dulu bersedia untuk mengerahkan semua keberuntungan yang tersisa dalam hidupnya untuk mendapatkan Stella Han kembali, namun yang dikejar malah bersikap acuh dan mengabaikannya……

Tidak ada hal apa pun yang lebih membuat Ned Guo sakit hati daripada kenyataan ini. Meski begitu, ia tidak mau menyerah dan meyakini peluangnya membawa Stella Han balik ke kehidupannya masih terbuka lebar. Kalau Jordan Bo tidak tahu soal menghargai pasangan yang sudah dipunyai, biarlah dia yang melakukannya.

Ned Guo menegak habis birnya, lalu melangkah menghampiri Stella Han. Di bawah tatapan semua hadirin, ia memegang pergelangan tangan si wanita dan menggandengnya ke pintu ruangan. Stella Han mengikuti ajakan si pria tanpa tahu alasannya, lalu bertanya di tengah jalan: “Kakak Kelas Ned Guo, kamu ingin membawaku ke mana?”

“Ke mana saja boleh, yang penting pergi dari sini.” Bagi Ned Guo, berada di sini hanya akan membuatnya iba pada Stella Han.

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu